Apa yang Anda Ketahui Tentang Tauhid dan Macam-Macamnya? (Bag. Pertama)

Jawaban:

Tauhid secara bahasa adalah bentuk masdar dari bentuk wahhada yuwahhidu atau 'menjadikan sesuatu hanya satu'. Tauhid ini tidak akan terealisasi kecuali dengan menolak dan menegaskan, yaitu menolak hukum selain yang satu dan menegaskannya. Misalnya kita katakan, "Tidak sempurna tauhid seseorang hingga dia bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah," maka dia menolak tuhan-tuhan selain Allah, dan hanya menegaskan Allah semata sebagai Tuhan. Penolakan yang utuh berarti pengabaian secara utuh dan penegasan secara utuh berarti tidak memberikan ruang bagi yang lain untuk terlibat dalam hukum. Jika Anda katakan "si Fulan berdiri" maka pernyataan itu menegaskan bahwa dia berdiri tetapi tidak berarti hanya dia yang berdiri, karena bisa jadi ada juga orang lain yang berdiri. Tetapi jika Anda katakan, "Tidak ada orang yang berdiri," berarti Anda telah menyatakan penolakan secara tegas, sehingga tidak ada seorang pun yang berdiri. Jika Anda mengatakan, "Tidak ada yang berdiri selain Zaid," berarti hanya Zaid saja yang berdiri dan menolak orang lain berdiri. Itulah hakekat tauhid dalam realitas, atau tauhid tidak terjadi hingga mengandung unsure penolakan dan penegasan.

Mentauhidkan Allah dalam arti umum adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala  dengan sesuatu yang khusus kepada-Nya. 

Tauhid ini menurut ahli ilmi terdiri darti tiga macam:

Pertama, tauhid rubbiyah

Kedua, tauhid uluhiyah

Ketiga: tauhid asma' dan sifat

Ketiga macam tauhid itu bisa diketahui dengan cara melihat, menelaah, dan meneliti ayat-ayat dan hadits-hadist, sehingga mereka dapati bahwa tauhid tidak keluar dari ketiga macam tauhid ini. Penjelasan dari ketiga tauhid itu adalah sebagaimana berikut:

Pertama, tauhid Rububiyah, yaitu mengesakan Allah dalam penciptaan, kekuasaan dan pengaturan. Rinciannya adalah sebagai berikut: 

1.     Dilihat dari sisi keesaan Allah dalam penciptaan maka hanya Allahlah Yang Maha Menciptakan, tidak ada Pencipta selain-Nya, Allah Subhanahu wa Ta'ala   berfirman, "Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?" (Fathir:3).

Mengenai kebatilan orang-orang kafir Allah berfirman, "Maka Apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran." (An-Nahl: 17).

Hanya Allah-lah Yang Maha Menciptakan, menciptakan segala sesuatu lalu menentukannya dengan ketentuan takdir yang sempurna. Ciptaan-Nya mencakup segala makhluk  dan apa yang diperbuat oleh makhluk-Nya. Maka dari itu di antara tanda kesempurnaan iman terhadap takdir adalah beriman bahwa Allah-lah Yang Menciptakan amal perbuatan manusia, seperti yang difirmankan-Nya, "Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu." (Ash-Shoffat: 96). 

Demikian itu karena perbuatan hamba termasuk sifat-Nya dan hamba diciptakan oleh Allah, maka Pencipta segala sesuatu berupaya juga Pencipta sifat-sifat-Nya. Dari sisi lain bahwa perbuatan hamba terjadi karena kehendak yang mutlak dan ketetapan yang pasti, sementara kehendak dan ketetapan semuanya diciptakan oleh Allah dan Pencipta berarti juga berarti pencipta sesuatu yang disebabkan.  

Jika ditanyakan: bagaimana kita mempertemukan antara keyakinan bahwa hanya Allah-lah Yang Maha Menciptakan padahal dalam hadits juga ditegaskan bahwa penciptaan juga disandarkan kepada selain Allah? Di satu sisi Allah berfirman, "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik." (Al-Mukminun: 14).

Tetapi di sisi lain Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam  bersabda kepada orang-orang yang menggambar, "Dikatakan kepada mereka, 'Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan'."

Jawabannya bahwa selain Allah tidak menciptakan seperti penciptaan Allah. Tidak mungkin bagi makhluk menciptakan sesuatu dari ketiadaan dan tidak mungkin baginya menghidupkan orang mati. Tetapi yang dilakukan manusia hanyalah mengubah, yaitu mengubah sesuatu dari satu sifat kepada sifat yang lain, sehingga dikatakan bahwa yang menciptakannya tetap Allah. Seorang pemahat misalnya, jika dia membuat patung sebenarnya dia tidak menciptakan sesuatu, tetapi dia hanya mengubah dari sesuatu kepada sesuatu yang lain, seperti mengubah tanah menjadi seperti bentuk burung atau onta. Begitu juga dia hanya mengubah warna dari warna putih menjadi warna-warna lain, sementara bahan-bahannay dari ciptaan Allah, karena kertas putih adalah ciptaan Allah. Itulah perbedaan dalam penegasan penciptaan kepada Allah, dan penegasan pembuatan kepada manusia. Dengan demikian hanya Allah-lah yang menciptakan. 

2.     Hanya Allah-lah yang memiliki kerajaan dan Dialah rajanya, seperti yang difirmankan Allah, "Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al-Mulk:1).

Kemudian firman Allah, "Katakanlah, 'Siapa yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?" (Al-Mukminun:88). 

Dengan demikian raja diraja yang mutlak secara umum dan menyeluruh adalah Allah semata, sedangkan penisbatan kekuasaan kepada selain-Nya adalah penisbatan semu. Allah Subhanahu wa Ta'ala sendiri, memang telah menegaskan adanya kekuasaan kepada selain-Nya, seperti yang difirmankan-Nya, "Atau di rumah yang kamu kuasai kuncinya…" (An-Nuur: 61). 

Kemudian firman Allah, "Kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya maka sesungguhnya mereka tidak tercela." (Al-Mukmin:6). 

Masih banyak lagi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa selain Allah juga mempunyai kekuasaan. Tetapi kekuasaan itu tidak seperti kekuasaan Allah, yaitu kekuasaan yang bersifat terbatas dan terikat. Kekuasaan yang bersifat terbatas tidak menyeluruh. Rumah yang dimiliki Yazid tidak dimiliki oleh Amru dan rumah yang dimiliki Amru tidak dimiliki Zaid. Kekuasaan semacam itu terikat sehingga seseorang tidak bisa memperlakukan apa yang dimilikinya kecuali pada batas-batas yang diizinkan Allah di dalamnya. Maka dari itu Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam untuk menyia-nyiakan harta, sehingga Allah berfirman, "Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." (An-Nisa':5).

Ini menjadi bukti bahwa kekuasaan manusia itu terbatas dan terikat. Lain halnya dengan kekuasaan Allah adalah kekuasaan yang umum, menyeluruh dan mutlak. Allah bebas berkehendak sesuka hati-Nya dan tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, sedangkan mereka ditanya. 

3.     Pengaturan. Hanya Allahlah Yang Maha Mengatur. Dia mengatur makhluk, mengatur langit dan bumi; seperti difirmankan Allah, "Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam." (Al-A'raaf: 54).

Pengaturan Allah ini menyeluruh, tidak dibatasi oleh selain-Nya, dan tidak ada yang menghalangi-Nya. Sedangkan pengaturan sebagian makhluk seperti manusia mengatur harta, anak-anak, pembantu-pembantunya dan sebagainya adalah pengaturan yang sempit lagi terbatas serta terikat dan tidak mutlak. Dengan demikian tampaklah kebenaran dari pendapat kami bahwa tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan.

Sumber: Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, terj. Munirul Abidin, M.Ag. (Darul Falah 1426 H.), hlm. 3 – 7.

Baca Juga