Salah satu sifat tercela yang tidak layak dimiliki oleh seorang mukmin adalah suuzan, yaitu mengedepankan prasangka buruk daripada prasangka baik. Sifat ini haram dimiliki oleh seorang mukmin karena dampaknya yang sangat besar bagi kerusakan akidah, amal, persatuan dan persaudaraan ummat Islam. Abdullah Ibnu Abbas radhiayallahu anhu berkata,
إنَّ الله قد حرم على المؤمن من المؤمن دمه وماله وعرضه، وأن يظنَّ به ظنَّ السوء
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas setiap mukim, yaitu mengharamkan darahnya (untuk ditumpahkan), mengharamkan hartanya (untuk diambil tanpa izin), mengharamkan kehormatannya, dan mengharamkan bersuuzan (prasangka buruk) kepadanya.” (Ihya’ Ulumud Din, 2/177)
Allah Ta’ala mengharamkan sifat ini untuk dimiliki oleh hamba-Nya dengan berfirman,
ثُمَّ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ الْغَمِّ اَمَنَةً نُّعَاسًا يَّغْشٰى طَۤاىِٕفَةً مِّنْكُمْ ۙ وَطۤاىِٕفَةٌ قَدْ اَهَمَّتْهُمْ اَنْفُسُهُمْ يَظُنُّوْنَ بِاللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ۗ يَقُوْلُوْنَ هَلْ لَّنَا مِنَ الْاَمْرِ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ اِنَّ الْاَمْرَ كُلَّه لِلّٰهِ ۗ يُخْفُوْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ مَّا لَا يُبْدُوْنَ لَكَ ۗ يَقُوْلُوْنَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هٰهُنَا ۗ قُلْ لَّوْ كُنْتُمْ فِيْ بُيُوْتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِيْنَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ اِلٰى مَضَاجِعِهِمْ ۚ وَلِيَبْتَلِيَ اللّٰهُ مَا فِيْ صُدُوْرِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ
Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata, “Sekiranya ada sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Katakanlah (Muhammad), “Meskipun kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.” Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui isi hati.” (Surah Ali-Imran: 154)
Berkata Imam Ibnul Qayyim, “Prasangka ini tidak sesuai dengan sifat Allah, mereka berprasangka bahwa Allah tidak akan menolong rasul-Nya. Mereka berprasangka bahwa urusan yang dibawa oleh rasul-Nya akan musnah. Bahkan mereka berprasangka bahwa Dia akan membiarkan rasul-Nya terbunuh. Mereka menyangka bahwa apa yang menimpa diri mereka bukan karena takdir dan ketentuan-Nya, mereka menyangka bahwa tidak ada hikmah dalam kejadian tersebut. Maka seluruh prasangka ini adalah prasangka yang buruk, prasangka orang jahiliyah yang disandarkan kepada orang-orang bodoh. Mereka berprasangka dengan sesuatu yang tidak baik dan tidak sesuai dengan sifat-sifat Allah yang tinggi dan nama-Nya yang mulia.” (Zaadul Ma’ad, 3/206)
Dan Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُوْنَ اَنْ يَّشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَآ اَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُوْدُكُمْ وَلٰكِنْ ظَنَنْتُمْ اَنَّ اللّٰهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيْرًا مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ وَذٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِيْ ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ اَرْدٰىكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu) bahkan kamu mengira Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu lakukan. Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu (dugaan itu) telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi.” (Surah Fushilat: 22-23)
Berkata Abu Hayyan Al-Andalusi, “Prasangka seperti ini adalah kekufuran, ketidaktahuan akan Allah, dan buruknya akidah yang akan mengantarkan seseorang kepada pendustaan terhadap para rasul dan keraguan terhadap Allah Ta’ala.” (Al-Bahru Al-Muhith, 9/300)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إياكم والظنَّ، فإنَّ الظنَّ أكذب الحديث
“Jauihilah dari kalian prasangka (buruk), karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan paling dusta.” (Hadits riwayat Bukhari, no. 5243 dan Muslim, no. 2563)
Berkata As-Shan’any, “Maksud dari ‘prasangka’ dalam hadits tersebut adalah berburuk sangka kepada Allah dan berburuk sangka kepada kaum muslimin. Dan maksud dari ‘perkataan yang paling dusta’ bahwa prasangka sudah dikategorikan sebagai perkataan, yaitu perkataan hati. Maka ia menjadi perkataan yang paling dusta karena makna dari dusta adalah menyelisihi kenyataan tanpa ada sandaran kepada bukti yang jelas. Dusta tidak perlu untuk dinampakkan karena ia telah nampak dengan sendirinya. Sedangkan orang yang berprasangka buruk menyangka bahwa prasangkanya disandarkan kepada sesuatu, sehingga orang yang mendengar prasangkanya tidak mengetahui bahwa dia adalah pendusta. Oleh karena itu ia dikatakan sebagai perkataan yang paling dusta.” (Subulus Salam, 2/664-665)
Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari berprasangka buruk kepada-Nya dan kepada seluruh ummat Islam. Dan semoga Allah menyelamatkan kita dari seluruh sifat buruk lagi tercela.
Wallahu A’’lam Bish Shawab