Banyaknya Gempa Adalah Tanda-Tanda Kiamat

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan bahwa banyaknya gempa adalah tanda bahwa kita sudah berada di akhir zaman. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ

“Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al haraj -yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada kalian.” (Hadits riwayat Bukhari, no. 978)

Gempa adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang ditujukan untuk menjadikan para hamba takut kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا نُرْسِلُ بِالْاٰيٰتِ اِلَّا تَخْوِيْفًا

“Dan Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (Al-Isra’: 59)

Tanda-tanda kebesaran Allah sangat banyak sekali, seperti gunung berapi, tsunami, angin topan, kekeringan, dan lain sebagainya. Maka naif sekali jika menganggap gempa bumi hanya sebagai fenomena alam. Semua kejadian itu Allah gunakan sebagai adzab, cobaan, dan peringatan bagi orang yang lalai. Allah berfirman tentang kaum Nabi Nuh,

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِه فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ

“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Surah Al-Ankabut: 14)

Allah Ta’ala menerangkan bahwa sebab dari banjir besar yang menimpa mereka adalah karena mereka berlaku dzalim dengan tidak menerima risalah yang dibawa oleh Nabi Nuh. Allah juga bercerita tentang kisah Nabi Shalih, Allah berfirman,

وَقَالُوْا يٰصٰلِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَ

“Mereka berkata, ‘Wahai Saleh! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul.’ Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka.” (Surah Al-A’raf: 77-78)

Maka selayaknya kita menjadikan bencana alam yang terjadi sebagai pelajaran yang membuat kita semakin ingat kepada Allah. Menjadikan kita hamba yang takut kepada-Nya di setiap saat. Dan selayaknya bagi kita untuk mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang telah ditampakkan di dunia ini.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita dapatkan dari gempa bumi yang menimpa saudara-saudara kita. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Wajibnya ridho dan sabar atas keadaan yang berat dan menyulitkan. Karena sabar dalam masa-masa sulit bukanlah pilihan, namun kewajiban. Dan ingatlah bahwa musibah tidak abadi, ia pasti akan berlalu. Sehingga kita hanya bisa pasrah dan berlindung kepada Allah dalam setiap keadaan. Allah berfirman,

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَه فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ

“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Surah Al-Ahzab: 36)

Apa yang telah telah terjadi berupa bencana yang menimpa umat manusia adalah bagian dari ketentuan dan ketetapan-Nya. Maka tidak layak bagi para hamba-Nya untuk menentang keputusan Allah dengan sikap tidak sabar.

  1. Ujian dan cobaan sebagai pengingat terhadap orang-orang yang lalai. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dari Anas bin Malik, bahwa beliau bersama seorang lelaki lainnya pernah menemui Aisyah. Lelaki ini bertanya, “Wahai Ummul Mukminin, jelaskan kepada kami tentang fenomena gempa bumi!” Aisyah menjawab, “Jika mereka sudah membiarkan zina, minum khamr, bermain musik, maka Allah yang ada di atas akan cemburu. Kemudian Allah perintahkan kepada bumi: ‘Berguncanglah, jika mereka bertaubat dan meninggalkan maksiat, berhentilah. Jika tidak, hancurkan mereka’.” (Al-Uqubaat, 29)
  2. Saling membantu adalah kewajiban ummat Islam. Terkadang kita butuh bencana agar hati kita melunak sehingga kita mau meluangkan waktu, tenaga, bahkan harta untuk membantu saudara-saudara kita. Dengan melihat bencana yang menimpa saudara kita, maka hati kita akan tergerak untuk membantu dan mendoakan. Dan keadaan seperti ini lah yang diinginkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

مثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (Hadits riwayat Muslim, no. 4685)

  1. Bersiap sedia menyambut datangnya kematian setiap saat. Gempa yang memorak-porandakan wilayah tertentu bisa saja datang pada malam hari saat umat manusia sedang lelap tertidur. Siapakah yang menyangka bahwa saat seseorang tidur, ternyata ia tidak bisa bangun kembali. Atau gempa itu datang ketika pagi hari saat semua orang sedang bercengkerama dengan keluarganya. Siapa yang menyangka bahwa itu adalah pertemuan terakhir dengan anak-anak mereka. Atau bahkan gempa itu datang pada siang hari saat semua orang sibuk dengan pekerjaannya. Siapakah yang menyangka bahwa ia pergi dari rumah tanpa bisa kembali. Maka tidak ada yang aman dari rencana Allah. Allah berfirman,

اَفَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَّهُمْ نَاۤىِٕمُوْنَۗ اَوَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَّهُمْ يَلْعَبُوْنَ اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ

“Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.” (Surah Al-A’raf: 97-99)

Oleh karena itu persiapkanlah bekal terbaik untuk perjalanan yang amat panjang. Karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, dan dalam keadaan bagaimana ajal menjemput.

Wallahu A’lam bish shawab