Larangan Berlebih-Lebihan dalam Memilih Batu untuk Melempar Jumrah

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas r.a, ia berkata, “Rasulullah saw. berkata kepadaku pada pagi hari ‘Aqabah, saat itu beliau berada di atas kendaraannya, ‘Pungutlah untukku batu-batu kerikil.’

Maka aku pun memungut tujuh buah batu kerikil untuk melempar jumrah. Rasul berkata, ‘Lemparlah jumrah dengan batu-batu kerikil seperti ini.’ Kemudian beliau berkata, ‘Wahai sekalian manusia! Hindarilah sikap berlebih-lebihan dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasanan orang-orang sebelum kamu adalah sikap berlebih-lebihan dalam agama’,” (Shahih, HR an-Nasa’i [V/268], Ibnu Majah [3029], Ahmad [I/215], Abu Ya’la [2427 dan 2472], al-Hakim [I/466], Ibnu Jarud dalam al-Muntaqaa’ [473], ath-Thabrani dalam al-Kabiir [12747]).

Kandungan Bab:

  1. Boleh memungut batu untuk melempar jumrah dari tempat mana saja yang disukai. Rasulullah saw tidak membatasi tempat tertentu. Apa yang dilakukan oleh para jama’ah haji yang memungut batu dari Muzdalifah termasuk sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dan takalluf (memberatkan diri). 
  2. Termasuk sikap ghuluw adalah melempar jumrah dengan batu yang lebih besar dari batu-batu kerikil (batu kecil). Ukurannya kira-kira lebih besar dari biji kacang dan lebih kecil dari peluru. 
  3. Termasuk sikap berlebihan dalam agama dan bertentangan dengan sunnah Rasulullah saw adalah perbuatan sebagian jama’ah haji yang melempar jumrah dengan sandal.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 1/601-602.