Allah ta’alaa berfirman,
“Sesungguhya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman. (Yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutra yang halus dan sutra yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan.” (Ad-Dukhan: 51-53)
Zajjaz berkata, “Sundus dan istabraq adalah dua jenis sutra. Sutra yang paling bagus adaah yang berwarna hijau dan pakaian yang paling halus adalah sutra. Untuk penghuni surga disediaka pakaian yang menghimpun kedua kenikmatan sekaligus. Pakaian yang indah dipandang mata dan pakaian yang halus dan enak dikenakan badan.”
Ibnu Wahab berkata, bahwa berkata kepada kami Abu Luhaiah dari Aqil bin Khalid dari Hasan dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu yang berkata, Abu Umamah berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbincang-bincang dengan para shahabat. Dalam perbincangannya, beliau menyisipkan pembahasan tentang perhiasan penghuni surga, beliau bersabda,
“Mereka diberi gelang dari emas dan perak dan diberi mahkota intan berlian. Di atas kepada mereka terdapat mahkota dari intan belian dan mutiara yakut. Di atas kepala mereka juga terdapat mahkota seperti mahkota raja. Mereka senantiasa muda, belum tumbuh jenggotnya dan memakai celak.”
Imam Ahmad berkata, bahwa berkata kepada kami Yunus bin Muhammad yang berkata, bahwa berkata kepada kami al-Khazraji bin Utsman as-Sa’di yang berkata, bahwa berkata kepada kami Abu Ayyub mantan budak Utsman bin Affan dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh, tali cemeti salah seorang dari kalian di surga lebih baik daripada dunia dan seisinya. Sungguh, busur panah salah seorang dari kalian di surga lebih baik daripada dunia dan seisinya. Sungguh, nashif wanita di surga lebih baik daripada dunia dan seisinya.’ Abu Hurairah berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud engan nashif itu?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Nashif adalah kerudung wanita.’” (Riwayat Ahmad)
Ibnu Abu Dunya berkata, bahwa berkata kepada kami Abdullah bin Abu Khaitsamah yang berkata, bahwa berkata kepada kami hasan bin Musa yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ibnu Luhaiah yang berkata, bahwa berkata kepada kami Diraj Abu Samah, bahwa Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu berkata, dari Abu Sa’id al-Khudri Radliyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada beliau,
“Wahai Rasulullah, Thuba adalah milik orang yang melihatmu dan beriman kepadamu.” Beliau bersabda, “Thuba adalah milik orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Thuba dan thuba bagi orang yang beriman kepadaku kendati ia tidak pernah melihatku.” Ada orang bertanya, “Apa yang dimaksud dengan Thuba?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Thuba adalah salah satu pohon di surga, besarnya sepanjang perjalanan seratus tahun. Pakaian penghuni surga dibuat dari kelopaknya.”
Dalam Shahihain, disebutkan hadits dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu yang berkata, bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat hadiah berupa pakaian sutra. Para sahabat tertegun melihatnya karena begitu halusnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalian takjub terhadap pakaian sutra ini? Sungguh handuk Muadz bin Jabal di surga lebih baik daripada pakaian sutra ini.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad menyebutkan dalam Musnadnya hadits dari Abu Buraidah dari ayahnya dan memarfu’kannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Pelajarilah surat al-Baqarah, karena mengambil surat al-Baqarah adalah keberkahan dan meninggalkannya adalah kerugian. Itu semua tidak bisa dikerjakan oleh ahli sihir.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diam sejenak, kemudian beliau melanjutkan sabdanya, “Pelajarilah surat al-Baqarah dan Ali Imran karena keduanya adalah bunga dan keduanya menaungi orang yang membacanya pada Hari Kiamat. Keduanya saat itu laksana dua awan atau dua bayangan atau sekawanan burung yang banyak. Pada Hari Kiamat ketika kubur terbelah, al-Qur’an menemui pembacanya seperti orang yang pucat pasi. Al-Qur’an berkata, ‘Apakah engkau kenal denganku?’ orang tersebut menjawab, ‘ Aku tidak kenal denganmu. Siapa kamu?’ al-Qur’an berkata, ‘Akulah yang membuatmu kehausan di siang hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang berjalan di belakang barang dagangannya. Dan sekarang engkau, berjalan di belakang semua barang daganganmu.’ Lalu Allah memberinya kerajaan dengan Tangan Kanan-Nya, keabadian dengan Tangan Kiri-Nya dan meletakkan mahkota al-Qaqar di atas kepalanya. Selain itu, kedua orangtuanya diberi dua pakaian yang tidak sanggup dipikul oleh dunia. Kedua orangtuanya bertanaya,’Apa yang menyebabkan kami diberi pakaian seperti ini?’ dikatakan kepada keduanya, ‘Kalian berdua diberi pakaian seperti ini karena anakmu berpegang teguh dengan al-Qur’an.’ Dikatakan kepada anaknya, ‘Bacalah dan naiklah menuju tangga surga dan mahligainya. Ia naik ke atas selagi menghafal al-Qur’an atau membacanya dengan tartil.”
Ibnu Wahab berkata, bahwa berkata kepada kami Amr bin Harits dari Diraj Abu Smah dari Abu Haitsam dari Abu Sa’id al-Khudri Radliyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang firman Allah ta’alaa,
“Dan kasur-kasur yang tinggi.” Beliau bersabda, “Jarak antara dua kasur seperti jarak antara langit dan bumi.”
Thabrani berkata, bahwa berkata kepada kami Ibrahim bin Nailah yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ismail bin Amr al-Bajali yang berkata, bahwa berkata kepada kami Israil dari Ja’far bin Zubair dari Qasim dari Abu Umamah yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang yang dimaksud dengan kasur-kasur yang tinggi. Beliau menjawab, “Seandainya saja kasur dilepas dari atas surga, maka ia jatuh ke bagian dasar surga selama seratus tahun.”
Ibnu Abu Dunya berkata, bahwa berkata kepada kami Ishaq bin Ismail yang berkata, bahwa berkata kepada kami Muadz bin Hisyam yang berkata, bahwa saya temukan dalam buku ayahku dari Qasim dari Abu Umamah tentang firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Kasur-kasur yang tinggi.” (Al-Waqi’ah: 34) Abu Umamah berkata, “Seandainya ia dijatuhkan dari bagian atas surga, maka ia mencapai dasar surga selama empat puluh tahun.”
Allah ta’alaa berfirman,
“Di dalamnya terdapat tahta-tahta yang ditinggikan. Dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya). Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun. Dan permadani-permadani yang terhampar.” (Al-Ghasyiyyah: 13-16)
Kalbi berkata, “An-Namariqu adalah bantal-bantal yang ditumpuk-tumpuk.” Muqatil berkata, “An-Namariqu, adalah bantal-bantal yang disusun di atas permadani.” Az-Zarabiyyu juga berarti permadani. Abu Ishaq berkata, “Banyak orang mengatakan bahwa kata ar-rafrafu adalah taman surga. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah bantal, juga mengartikannya dengan seprai. Ada juga yang mengartikannya sisa seprai yang dijadikan kasur.” Mubarrab berkata, ar-rafrafu adalah sisa pakaian yang dijadikan sebagai kasur atau lainnya oleh para raja.” Al-Wahidi berkata, “Definisi yang paling mendekati kebenaran adalah definisi terakhir. Sebab orang-orang Arab menamakan sobekan tenda dan kain yang dijahit di bawah tenda dengan sebutan rafrafu.
Kemudian mengenai al-Abqari, ibnu Abbas berkata, “Al-Abqari adalah permadani.” Al-Kalbi berkata, “Al-Abqari adalah permadani bermutu tinggi.” Mujahid berkata, “Al-Abqari adalah sutra tebal.”
Selanjutnya Allah ta’alaa berfirman,
“Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.” (Ar-Rahmaan: 72)
Dalam Shahihain disebutkan sebuah hadits dari Abu Musa al-Asy’ari Radliyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya bagi setiap mukmin di surga disiapkan kemah dari satu mutiara lu’lu’ yang berongga. Tingginya enam puluh mil. Di dalamnya terdapat keluarganya dan orang beriman berjalan mengelilingi mereka. Sebagian mereka tidak bisa melihat sebagian yang lain.”
Ibnu Abu Dunya berkata, bahwa berkata kepada kami Husain bin Abdurrahman dari Ahmad bin Abu Hawari yang berkata bahwa, aku mendengar Abu Sulaiman berkata, “Allah menciptakan wanita-wanita surga yang matanya jelita. Ketika penciptaan mereka telah sempurna, malaikat menempatkan mereka di dalam kemah-kemah.”
Ibnu Abu Dunya juga menambahkan, berkata kepada kami Ali bin Al-Ja’du yang berkata, bahwa berkata kepada kami Syu’bah bin Abdul Malik bin Maisarah yang berkata, bahwa aku mendengar Abu al-Ahwash berkata dari Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu ‘anhu mengenai maksud firman Allah, “Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.” (Ar-Rahmaan: 72). Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu ‘anhu berkata, “Kemah yang dimaksud adalah mutiara yang berlubang.”
Adapun tentang ranjang penghuni surga, maka Allah ta’alaa berfirman,
“Mereka bertelekan di atas ranjang-ranjang berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jelita.” (At-Thuur: 20)
“Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan segolongan kecil dari orang-orang yang belakangan. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata. Seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.” (Al-Waqi’ah: 13-16).
Allah ta’alaa menjelaskan bahwa ranjang-ranjang penghuni surga adalah berderetam antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada yang posisinya membelakangi atau berjauhan dengan ranjang-ranjang lainnya.
Atha’ berkata, dari Ibnu Abbas Radliyallahu ‘anhumaa yang berkata, “Ranjang-ranjang yang terbuat dari ems, di lapisi dengan mutiara zabarjad, intan berlian dan mutiara yakut. Ranjang-ranjang tersebut ukurannya sepanjang Makkah dan Ailah.”
Al-Kalbi berkata, “Ketinggian ranjang di surga adalah seratus hasta. Jika seseorang ingin duduk di atasnya maka ranjang tersebut merendahkan diri kepada orang tersebut hingga ia bisa duduk di atasnya. Jika orang tersebut sudah duduk di atasnya. Maka ranjang naik ke tempatnya semula dengan membawa orang tersebut.
Allah ta’alaa berfirman,
“Mereka duduk sambil bersandar di atas sofa-sofa yang indah.” (Al-Kahfi: 31)
Ibnu Abbas berkata, “Al-Arikah adalah sofa spesial yang disiapkan di kamar pengantin. Selain itu, tidak bisa dinamakan al-arikah. Kamar pengantin tanpa sofa di sampingnya juga tidak bisa dinamakan al-arikah. Sofa dan ranjang pasti berdampingan dalam kamar pengantin. Jadi jika keduanya ada di kamar pengantin, maka perpaduan keduanya dinamakan al-arikah.”
Dalam kitab ash-Shihhah dikatakan, “Al-Arikah adalah ranjang indah yang ada di kubah atau rumah. Jika di dalamnya tidak ada ranjang, maka ia rumah biasa.”
Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015