Naungan di Surga

Allah ta’alaa berfirman,

Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri. Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang uas. Dan air yang tercurah. Dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (bauhnya) dan tidak terlarang mengambilnya.” (Al-Waqi’ah: 27-33)

Ibnu Abu Daud berkata, bahwa berkata kepada kami Muhammad bin Mushaffa yang berkata, bahwa telah berkata kepada kami Muhammad bin Mubarak yang berkata, telah berkata kepada kami Yahya bin Hamzah yang berkata, bahwa berkata kepada kami Tsaur bin Yazid yang berkata, bahwa berkata kepda kami Habib bin Abid dari Utbah bin as-Salami Radliyallahu ‘anhu yang berkata,

“Aku sedang duduk-duduk bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datanglah orang Badui. Ia berkata, ‘Rasulullah, aku dengar baginda menyebutkan bahwa di surga terdapat pohon yang durinya sangat banyak. Menurut sepengetahuanku tidak ada pohon yang durinya lebih banyak daripada pohon Ath-Thalhu?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Sesungguhnya Allah menggantkan bekas setiap tempat duri dengan buah-buahan persis seperti domba yang bulunya lebat. Di dalam buah-buahan tersebut, terdapat tujuh puluh rasa, dan rasa yang satu berbeda dengan rasa yang lain.’” (Riwayat Abu Nu’aim)

Dalam Shahihain, disebutkan hadits dari Abu Zayyad dari al-A’raj dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya di surga, terdapat satu pohon. Penunggang kuda berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun. Namun ia tidak kuasa melewatinya. Jka kalian tidak keberatan, silahkan baca ayat, ‘Dan naungan yang terbentang luas.’”

Ibnu Abu Dunya berkata, bahwa berkata kepada kami Ibrahim dari Sa’id al-Jauhari yang berkata, bahwa berkata kepada kami Abu Amir al-Aqdi yang berkata, bahwa telah berkata kepada kami Rabi’ah bin Shalih dari Salamah bin Wahran dari Ikrimah dari Ibnu Abbas Radliyallahu ‘anhu maa tentang maksud firman Allah ta’alaa,

Dan naungan yang terbentang luas.”

Ibnu Abbas berkata, “Ia adalah sebatang pohon di surga. Batangnya sebesar perjalanan penunggang kuda di bawah naungannya selama seratus tahun di setiap sudutnya. Penghuni surga dan penghuni ghuraf menuju pohon tersebut untuk ngobrol sesama mereka di bawah naungan pohon tersebut. Sebagian di antara mereka rindu dengan hiburan di dunia. Lalu Allah mengutus angin yang menggerak-gerakkan pohon tersebut kemudian pohon tersebut memberikan semua hiburan yang pernah ada di dunia.”

Ibnu Wahab berkata, bahwa berkata kepada kami Amr bin Harits, bahwa Diraj Abu Samah berkata kepadanya dari Abu Haitsam dari Abu Sa’id al-Khudri Radliyallahu ‘anhu yang berkata, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan thuba?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Thuba adalah pohon di surga. Ukurannya sepanjang perjalanan selama seribu tahun. Pakaian penghuni surga diprodusi dari kelopak bunganya.”

Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015