Sungai Surga

Tanaman Surga

Dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam para suatu hari berbincang-bincang dengan para shahabat dan di sebelah beliau terdapat orang Badui. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya penghuni surga meminta izin kepada Rabb-nya ‘Azza wa Jalla untuk menanam tanaman. Rabb bertanya kepadanya, ‘Bukankah engkau telah mendapat apa yang engkau inginkan?’ orang tersebut menjawab, ‘Ya, benar. Tapi aku ingin menanam dengan tanganku sendiri kemudian hasil tanamanku tumbuh dengan cepat.’ Orang tersebut segera menabur benih dan tidak lama kemudian tumbuh menjadi tanaman yang siap dipanen dan tinggi menjulang seperti gunung. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Wahai anak Adam, ambillah! Engkau tidak puas dengan apapun.” Orang Badui itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, orang tersebut pasti berasal dari kalangan Quraisy dan Anshar karena mereka ahli bercocok-tanam. Sedangkan kita ini bukan ahli menanam.” Mendengar perkataannya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum.” (Riwayat Bukhari dalam kitab Tauhid bab Dialog Allah dengan Penghuni surga)

Hal ini menunjukkan bahwa di surga juga terdapat tanaman dan bibitnya juga berasal dari surga.

Sungai Surga

Mengenai sungai di surga, banyak ayat yang menyebutkan tentangnya, salah satunya,

Mengalir dari bawah mereka sungai-sungai.” (Al-A’raf: 43)

Ini menunjukkan beberapa hal penting;

Pertama, eksistensi sungai-sungai sebagai sesuatu yang nyata.

Kedua, bahwa sungai-sungai surga mengalir terus dan tidak pernah berhenti di satu tempat.

Ketiga, bahwa sungai-sungai surga terletak di bawah ghuraf, istana-istana dan taman-taman penghuni surga sebagaimana sungai-sungai dunia.

Abdullah bin Idris berkata kepada kami dari ayahnya dari Abu Ishaq dari Barra’ yang berkata bahwa dua sungai yang mengalir jauh lebih baik daripada dua sungai yang sekedar memancar. Allah berfirman,

(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidi sehingga memotong-motong ususnya.” (Muhammad: 15)

Di sini, Allah menyebutkan bahwa sungai surga berjumlah empat dan Dia menghilangkan segala macam yang merusaknya. Ancaman bagi air adalah bau karena terlalu lama mengendap dan diam. Ancaman bagi susu adalah berubah rasanya menjadi tidak segar. Ancaman bagi khamr adalah rasanya berubah menjadi tidak memuaskan. Dan ancaman bagi madu adalah tidak murni seratus persen lagi. Ini di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, bagaimana sungai tersebut mengalir dengan empat macam rasa yang berbeda dan bagaimana sungai tersebut mengalir tidak melalui saluran air serta Allah menghilangkan berbagai kekurangan yang bisa mengurangi kelezatannya. Perbuatan keempat sungai di atas, ia adalah minuman yang paling diminati manusia. Sungai pertama untuk minuman, sungai kedua untuk kekuatan dan konsumsi mereka, sungai ketiga untuk kenikmatan dan kebahagiaan mereka. Dan sungai keempat untuk kesembuhan dan manfaat lainnya bagi mereka.
Disebutkan juga dalam Shahih Bukhari hadits dari Hammam dari Qatadah dari Anas Radliyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ketika aku berjalan dalam surga, kebetulan bertemu dengan sebuah sungai, kedua tepinya kubah mutiara yang berlobang di dalamnya. Aku bertanya, ‘Apakah ini, wahai Jibril?’ Jawabnya, ‘Inilah sungai Kautsar yang diberikan Tuhan kepadamu, sedang aromanya bagai kesturi yang harum semerbak.’”

Abu Nu’aim al-Fadhl berkata, bahwa berkata kepada kami Abu Ja’far yang tidak lain adalah ar-Razi yang berkata kepada kami Ibnu Abu Najih dari Mujahid tentang firman Allah,

Sesungguhnya Kami telah memerikan kepadamu nikmat yang banyak.” (Al-Kautsar: 1)

Mujahid berkata, “Al-Kautsar yang dimaksud adalah kebaikan yang teramat banyak.” Aisyah berkata, “Al-Kautsar adalah sungai di surga. Apabila seseorang memasukkan kedua tangannya ke kedua telinganya, maka pasti ia mendengar bunyi airnya. Inilah dan hanya Allah Yang Maha Tahu bahwa bunyi sungai tersebut adalah mirip dengan bunyi yang didengar orang ketika memasukkan kedua tangannya ke daam kedua telinganya.”

Hakim berkata, bahwa berkata kepada kami Al-Asham yang berkata, bahwa berkata kepada kami, Rabi’ bin Sulaiman yang berkata, bahwa berkata kepada kami Asad bin Musa yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ibnu Tsauban dari Atha’ bin Qurrah dari Abdullah bin Samurah dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Barangsiapa berminat diberi minuman oleh Allah ‘Azza wa Jalla khamr di akhirat, maka hendaknya ia meninggalkan khamr di dunia. Barangsiapa tertarik diberi pakaian sutra oleh Allah di akhirat, maka hendaklah ia meninggalkannya di dunia. Sungai-sungai surga mengalir dari bawah dataran tinggi atau dari bawah pegungungan yang aromanya seperti kesturi. Apabila perhiasan penghuni surga terendah di bandingkan dengan keseluruhan perhiasan penghuni dunia, maka pasti perhiasan yang dikenalan Allah pada orang di akhirat jauh lebih baik dibandingkan dengan seluruh perhiasan penghuni dunia.”

Utsman bin Sa’id ad-Darimi berkata bahwa berkata kepada kami Sa’id bin Sabiq yang berkata, bahwa berkata kepada kami Musallamah bin Ali dari Muqatil bin Hibban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas Radliyallahu ‘anhumaa dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Allah menurunkan lima sungai, Sehan yaitu sungai di India, Sungai Jehan di Balkh, Sungai Dajlah dan Eufrat di irak, dan Sungai Nil di Mesir. Allah menurunkan kelima sungai tersebut dari satu mata air surga dari tingkatan surga paling rendah melalu sayat malaikat Jibril Alaihis-Salaam. Jibril menitipkannya pada gunung-gunung kemudian mengalirkannya di bumi dan menjadikan banyak manfaat dalam kehidupan bagi manusia dari sungai-sungai tersebut. Itulah maksud firman Allah, ‘Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.’” (Riwayat Abu Nu’aim)

Namun Ahmad bin Adi ketika membahas profol Musallamah dan hadits-hadits lainnya berkata, “Keseluruhan haditsnya tidak bisa dipegang.” Intinya ia termasuk kelompok perawi yang lemah. Bukhari berkata, “Haditsnya Munkar.” Nasa’i berkata, “Haditsnya tidak bisa dipakai sebagai hujjah.”

Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015