Larangan Beristinja

Diriwayatkan dari Salman, bahwa pernah ditanyakan kepadanya, “Nabi kalian saw. telah mengajarkan segala sesuatu hingga tata cara buang hajat.” Salman menjawab, “Benar, beliau melarang kami menghadap kiblat ketika buang hajat besar atau kecil, melarang kami beristinja’ dengan tangan kanan atau beristinja’ dengan kurang dari tiga buah batu atau beristinja’ dengan menggunakan kotoran hewan yang sudah kering atau tulang!”

Kandungan Bab: 

  1. Perintah beristinja’ dan larangan meninggalkannya. Bahkan larangan beristinja’ dengan menggunakan kurang dari tiga buah batu adalah menunjukkan wajibnya beristinja’. 
  2. Batas minimal jumlah batu yang boleh digunakan yaitu tiga buah batu.

    Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud r.a. telah diriwayatkan perintah untuk itu dalam hadits dari ‘Abdullah Ibnu Mas’ud berkata, “Rasulullah memerintahkanku agar membawakan tiga buah batu untuk beliau.”

    Juga dalam hadits Abu Hurairah r.a., disebutkan di dalamnya, “Beliau memerintahkan beristinja’ dengan menggunakan tiga buah batu dan melarang beristinja’ dengan kotoran hewan dan tulang.”

    Demikian pula hadits Khuzaimah bin Tsabit r.a., disebutkan di dalamnya, Rasulullah saw. ditanya tentang tata cara istijmar. Beliau menjawab, “Gunakan tiga buah batu dan jangan gunakan kotoran yang telah mengering.” 

  3. Sebagian ahli ilmu tidak mensyaratkan tiga buah batu dalam beristinja’, mereka berdalil dengan hadits ‘Abdullah bin Mas’ud r.a. di atas, disebutkan di dalamnya, “Aku menemukan dua buah batu, aku ingin mencari yang ketiga namun tidak kutemukan. Aku pun mengambil sebuah kotoran hewan yang telah mengering. Lalu kubawa kepada beliau. Beliau mengambil dua buah batu itu dan membuang kotoran hewan.” Mereka berkata, “Sekiranya tiga buah batu adalah syarat, tentu beliau akan mencari satu batu lagi.”

    Namun argumentasi mereka itu lemah ditinjau dari beberapa sisi:

    1. Sebenarnya Rasulullah saw. telah mencari batu yang ketiga, dalam riwayat Ahmad [I/450] dan ad-Daruquthni [I55] disebutkan, “Beliau membuang kotoran hewan dan berkata, ‘Sesungguhnya benda ini adalah kotoran, carilah batu satu lagi’.” Diriwayatkan dari jalur Ma’mar dari Abu Ishaq, dari ‘Alqamah bin Qais, dari ‘Abdullah bin Mas’ud r.a.. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani [I/257] berkata, “Perawinya tsiqat.” 
    2. Kemungkinan Rasulullah saw. merasa cukup dengan perintah beliau yang pertama, sehingga beliau merasa tidak perlu mengulangi perintah mencari tiga buah batu untuk kedua kalinya.

    Dalam hadits tersebut tidak terdapat dalil tidak adanya pensyaratan tiga buah batu. ‘Abdullah bin Mas’ud r.a. hanya menceritakan bahwa beliau mencarinya, namun tidak mendapatkannya. Dan kemungkinan Rasulullah saw. merasa cukup dengan salah satu sisi dari dua buah batu tersebut sehingga tidak membutuhkan batu yang ketiga. Wallaahu a’lam.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 1/289-290.