Larangan Menyebut Buah Anggur dengan Nama Karam (Mulia)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Mereka mengatakan anggur dengan sebutan al-karam, sesungguhnya al-karam adalah hati seorang muslim,” (HR Bukhari [6183] dam Muslim [2247]).

Dalam riwayat lain tercantum, “Jangan kalian katakan buah anggur dengan sebutan al-karam (mulia), sebab al-karam adalah seorang muslim.”

Diriwayatkan dari Wail bin Hujr r.a, dari Nabi saw. bersabda, “Jangan kalian katakan al-karam, tetapi katakanlah al-‘inab dan al-hablah,” (HR Muslim [2248]).

Kandungan Bab:

  1. Haram hukumnya menamakan buah anggur dengan nama karam untuk memusnahkan khamr dengan cara menghapus namanya yang mungkin nama tersebut akan membuat perasaan lega karena menganggap bahwa khamr dapat menumbuhkan kemuliaan dan kebaikan, sebagaimana yang diyakini oleh orang Arab sebelum Islam.
  2. Tidak boleh menamakan sesuatu yang keji dengan nama yang dapat menghiasinya dan menimbulkan perasaan lega atas kehalalannya. Masalah ini telah disinggung pada kitab al-Asyribah.
  3. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Zaadul Ma’aad (IV/469) berkata, “Hadits ini memiliki dua makna:

    Pertama, orang-orang dahulu menyebut pohon anggur dengan nama al-karam karena memiliki banyak faedah dan kebaikan. Lalu Nabi saw. tidak suka dengan nama itu karena akan menumbuhkan kecintaan terhadap pohon tersebut dan kecintaan terhadap minuman memabukkan yang terbuat dari pohon tersebut, sementara minuman tersebut adalah ummul khabaits (induk segala kekejian). Oleh karena itu beliau benci menamakan bahan baku khamr dengan nama yang baik dan mengandung banyak kebaikan.

    Kedua, masalah ini seperti dalam bab hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Orang miskin itu bukanlah orang yang berkeliling mendatangi orang-orang.” Maksudnya, kalian menyebut pohon anggur itu dengan nama karam karena banyak mengandung manfaat, sementara hati seorang mukmin atau laki-laki muslim lebih utama dinamakan dengan nama ini. Sebab hati seorang mukmin seluruhnya baik dan banyak mengandung manfaat. Hal ini termasuk bab mengingatkan dan menjelaskan tentang hati seorang mukmin yang memiliki kebaikan, kedermawanan, keimanan, cahay, hidayah, taqwa dan sifat-sifat lainnya yang lebih berhak untuk dinamakan dengan nama ini daripada pohon anggur.”

    Coba baca pembahasan berbobot yang disebutkan oleh Ibnu Qayyim dalam kitabnya Tahdzibus Sunnan (VII/268).

  4. Pohon anggur disebut dengan nama anggur, hablah, hada’iqul a’naab, dan ‘araa’isyal a’naab.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/273-275.