
Dalam bergaul, Anda pasti bertemu dengan tiga sosok:
- Orang yang tidak Anda kenal, sehingga Anda tidak tahu apakah ia lebih mulia atau lebih hina daripada Anda.
- Orang yang Anda ketahui lebih baik. Anda tidak mungkin menyombongkan diri di hadapan sosok pertama dan kedua ini.
- Orang yang Anda ketahui bahwa maksiat dan aibnya lebih banyak daripada Anda. Anda mengetahui betul dosa dan maksiat yang Anda lakukan, sementara Anda mengira bahwa maksiat dan dosanya lebih banyak. Apabila ketakutan Anda terhadap siksa lebih besar daripada kekhawatiran atas nasibnya di akhirat, Anda tidak sombong. Sebaliknya, kalau Anda lebih mencemaskannya ketimbang mencemaskan diri sendiri, Anda takabur. Pangkal kecemasan di sini adalah dosa dan maksiat. Anda tidak mungkin mencemaskan nasib seseorang di akhirat yang maksiat dan dosanya jauh lebih sedikit daripada Anda sendiri. Anda bahkan tidak perlu mencemaskan orang lain yang maksiatnya lebih banyak daripada Anda.
Cara menepis kesombongan ini adalah menyadari rahmat Allah Swt. yang membuat Anda terpelihara dari maksiat seperti yang dilakukannya, tetapi jangan merasa yakin bahwa Anda pasti masuk surga dan ia pasti masuk neraka! Karena, Anda tidak tahu dengan perbuatan apa Allah Swt. menutup usia Anda dan usianya. Anda diperintahkan untuk menakut-nakuti diri sendiri, bukan orang lain, kecuali jika Anda menyayanginya. Itu pun sebatas mengingatkannya dengan akhir buruk yang mungkin terjadi, sebab banyak orang durjana yang mengakhiri hidup dengan indah dan banyak ahli ibadah yang menutup usia dengan buruk: Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lain, [karena) boleh jadi mereka [yang diolok-olok] lebih baik daripada mereka [yang mengolok-olok]. (Al-Hujurat: 49)
Anda harus membenci pelaku bidah karena Allah Swt., tetapi jangan merendahkannya dengan menganggap Anda lebih mulia daripadanya di sisi Allah Swt., sebab nasib seseorang sangat ditentukan oleh perbuatan terakhirnya. Anda tidak pernah tahu perbuatan apa yang terakhir Anda dan ia lakukan. Anda juga harus membenci dan memusuhi orang kafir karena Allah Swt. Jangan pernah menyombongkan diri dan meyakini bahwa nasib Anda di akhirat pasti lebih beruntung daripadanya, sebab tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi pada orang lain nanti.
Tak ada orang yang tahu perbuatan apa yang akan ia lakukan di akhir usianya. Banyak sahabat yang murtad dan mati dalam keadaan itu. Banyak orang kafir yang direndahkan ternyata kemudian menjadi mulia. Apakah Anda tidak tahu bahwa ‘Umar ibn al-Khaththab masuk Islam lebih lambat dibandingkan para sahabat lain? Betapa mereka memandangnya rendah saat itu, tetapi siapakah yang ragu bahwa ia lebih mulia daripada mereka di sisi Allah Swt.?
Orang sombong bukanlah orang yang memberitahukan keutamaannya kepada orang lain. Orang sombong adalah orang yang menghina orang lain karena memiliki keutamaan padahal tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Sumber: Belajar Ikhlas, Izzuddin Ibn Abdissalam, Zaman, Hal 212-214.