Beberapa Rahasia Do’a

Th (3)

Kita sering menjumpai do’a sejumlah orang yang dikabulkan Allah. Do’a-do’a tersebut kadang dipanjatkan ketika kondisi terjepit, dengan disertai ketundukan hati kepada Allah, bertepatan dengan waktu-waktu dikabulkannya do’a, dan atas dasar kebaikan yang pernah dilakukan sebelumnya sehingga Allah mengabulkan do’a tersebut sebagai tanda syukur terhadap kebaikan orang yang berdo’a, serta hal-hal lain yang menyebabkan do’a-do’a terkabul.

Orang yang salah persepsi menyangka bahwa rahasia terkabulnya do’a tadi ada pada lafazh (kalimat) do’a yang digunakan. Ia pun memakai lafazh itu, tetapi mengabaikan berbagai perkara dan kondisi yang menyertai orang yang do’anya dikabulkan tadi.

Peristiwa ini diumpamakan seperti seseorang yang menggunakan obat yang manjur, pada waktu dan cara yang tepat, sehingga obat itu bermanfaat baginya. Kemudian, orang lain menyangka bahwa ia dapat memperoleh manfaat yang serupa hanya dengan sekadar memakai obat yang sama (sementara ia mengabaikan berbagai segi lain yang menyertai penggunaan obat tersebut). Orang seperti ini benar- benar telah salah persepsi. Memang, banyak orang yang salah dalam memahami permasalahan ini.

Contoh lain dari kekeliruan mereka, kadang ada orang yang benar-benar berada dalam kondisi terjepit berdo’a di kuburan, lalu do’anya pun dikabulkan. Orang yang bodoh lantas menyangka bahwa rahasia terkabulnya do’a tadi terletak pada kuburan.” la tidak tahu bahwa rahasia sebenarnya dari dikabulkannya do’a tersebut justru terletak pada kondisi pemohon yang benar-benar terjepit dan kesungguhannya dalam memohon kepada Allah. Sekiranya hal itu dilakukan di dalam salah satu rumah Allah, tentulah akan lebih baik dan lebih dicintai oleh-Nya.

Sumber: Terjemah Adda’ wad Dawaa’, Ibnul Qayyim Al Jauziyyah, hal 32-33.