Dampak-Dampak Buruk Maksiat (3)

  1. Maksiat adalah penyebab kehinaan seorang hamba

Maksiat menyebabkan seorang hamba menjadi hina di hadapan Allah dan rendah dalam pandangan-Nya.

Al-Hasan al-Bashri berkata, “Mereka adalah orang-orang yang hina di hadapan Allah, sehingga mereka pun bermaksiat kepada-Nya. Sekiranya mereka adalah orang-orang yang mulia di hadapan-Nya, tentulah Dia akan menjaga mereka.”

Jika seorang hamba telah hina di hadapan Allah, maka tidak ada seorang pun yang akan memuliakannya.

Allah berfirman:

… وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِم …

“… Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya….” (QS. Al-Hajj: 18)

Apabila ternyata orang-orang memuliakannya secara lahir, maka itu pasti dikarenakan mereka memiliki hajat terhadapnya, atau takut dengan kejahatannya, padahal dia adalah orang yang paling rendah dan hina di dalam hati mereka.

Seorang hamba terus-menerus melakukan maksiat sehingga maksiat tersebut terasa remeh dan kecil tanda kebinasaan. Dosa, jika terasa semakin kecil dalam hati seorang hamba, maka ia akan semakin besar di sisi Allah.dalam hatinya. Itulah tanda-tanda kebinasaan. Dosa, jika terasa semakin kecil dalam hati seorang hamba, maka ia akan semakin besar di sisi Allah.

Al-Bukhari menyebutkan dalam Shahih-nya, dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Sesungguhnya seorang Mukmin melihat dosa-dosanya seolah-olah sedang berada di kaki gunung; ia takut kalau gunung tersebut menimpanya. Adapun orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya; yang jika ia menghalaunya begini, terbanglah lalat tersebut.”

  1. Maksiat menyebabkan kesialan

Di antara dampak maksiat adalah selain pelaku maksiat juga terkena kesialan dosa, baik dari kalangan manusia maupun hewan ternak. Pelaku maksiat tadi dan yang berada di sekitarnya akan terbakar oleh kesialan dosa dan kezhaliman.

Abu Hurairah berkata, “Sungguh, burung hubara (yang panjang lehernya) bisa mati dalam sarangnya disebabkan kezhaliman orang yang zhalim.”

Mujahid berkata, “Sesungguhnya binatang ternak melaknat para pelaku maksiat dari kalangan anak Adam jika terjadi kemarau yang sangat dan hujan tidak turun. Mereka berkata, ‘Ini disebabkan oleh kesialan dosa anak Adam.”

‘Ikrimah berkata, “Binatang-binatang melata dan serangga-serangga di bumi, sampai kumbang dan kalajengking, berkata: ‘Kami terhalang dari hujan disebabkan dosa anak Adam.”

Pelaku maksiat tidak hanya mendapatkan hukuman dari dosanya, tetapi juga mendapat laknat dari yang tidak berdosa.

  1. Maksiat mewariskan kehinaan

Di antara dampak maksiat adalah mewariskan kehinaan; karena sebenar-benar kemuliaan hanyalah terdapat dalam ketaatan kepada Allah.

Allah berfirman:

مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا …

“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya…” (QS. Faathir: 10)

Artinya, carilah kemuliaan dengan mentaati Allah. Sebab, seseorang tidak akan mendapat kemuliaan melainkan dengan ketaatan kepada-Nya.

Sebagian Salaf berdo’a,

” اللَّهُمَّ أَعِزْنِي بِطَاعَتِكَ وَلَا تُذِلُّنِي بِمَعْصِيَتِكَ.”

“Ya Allah, muliakanlah aku dengan mentaati-Mu dan jangan hinakan aku dengan mendurhakai-Mu.”

Al-Hasan al-Bashri berkata, “Meskipun hentakan kaki bighal- bighal mereka mengeluarkan suara gemerincing dan kuda-kuda mereka berlari kencang, namun kehinaan maksiat tetap tidak terpisah dari hati mereka. Allah pasti menghinakan orang yang mendurhakai-Nya.”

‘Abdullah bin al-Mubarak berkata,

Aku melihat dosa mematikan hati

dan kecanduan dengannya mewariskan kehinaan.

Meninggalkan dosa adalah kehidupan hati,

maka lebih baik bagimu mendurhakai kemaksiatan.

Bukankah yang merusak agama adalah para raja, para ulama yang buruk, serta para pendetanya?

  1. Maksiat merusak akal

Di antara dampak maksiat adalah merusak akal. Sungguh, akal memiliki cahaya, sedangkan maksiat pasti memadamkan cahayanya. Jika cahaya tersebut padam, niscaya kemampuan akal pun berkurang dan melemah.

Sebagian Salaf berkata, “Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Allah melainkan akalnya hilang.”

Hal ini sangat jelas karena apabila akal seseorang sehat, pasti ia akan mencegah pelaku maksiat dari maksiatnya. Akalnya akan menyadarkannya bahwa dia berada dalam genggaman Rabb, dibawah kekuasaan-Nya, di dalam negeri dan bumi-Nya, diawasi oleh Allah, dan para Malaikat melihat serta bertindak sebagai saksinya.

Peringatan al-Qur-an, iman, kematian, dan Neraka akan mencegahnya dari bermaksiat. Kebaikan dunia dan akhirat yang dihilangkannya akibat maksiat berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan kesenangan dan kelezatan maksiat tersebut. Apakah pemilik akal yang waras akan meremehkan semua ini?

sumber: Terjemah Adda’ Wad Dawaa’, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Hal 143-146