Peradaban Arab Jahiliyah dikenal sebagai peradaban paling hina. Selain suka melakukan peperangan juga juga melakukan segala perilaku jahat, di antaranya membunuh anak perempuan karena dianggap kehinaan.
Para ulama mencatat ada 128 perilaku buruk yang dirubah oleh Rasulullah saw. Dan ada 60 perilaku baik yang diteruskan.
Selama berdakwah 13 tahun di Mekah, Nabi Muhammad shallallahu alahi wa sallam tidak melakukan perlawanan, meskipun beliau dan para pengikutnya diganggu dengan penyiksaan fisik, pemboikotan ekonomi, sampai pembunuhan seperti yang dialami oleh Sumayyah ibu Ammar bin Yasir, Justru yang dilakukan Nabi shallallahu alahi wa sallam menghindar. Beliau menghindar ke Thaif kemudian ke Madinah. Ketika Nabi shallallahu alahi wa sallam bersama para sahabat hijrah ke Madinah, mereka masih dikejar untuk diganggu bahkan dihancurkan sampailah terjadi pertempuran Badar, Uhud, dan lain-lain.
Bahkan kaum kuffar Makkah berkerja sama dengan para pengkhianat dan penduduk Madinah dari kalangan Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraidhah), serta kaum munafikun dari kalangan umat Islam lemah iman yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Akhirnya terjadilah perang Ahzab atas kolaborasi 3 pihak itu untuk menghabisi kekuatan umat Islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad shallallahu alahi wa sallam. Namun, pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’la datang dan menang. Itu terjadi pada tahun ke 5 hijrah.
Pada tahun ke-6 hijrah, Nabi shallallahu alahi wa sallam mengubah strategi bukan benturan tapi dengan cara berdamai. Terjadilah Shulhul Hudaibiyah (perjanjian Hudaibiyah) dan
Jumlah umat Islam yang waktu itu sebanyak 1.400 orang meningkat menjadi 10.000 orang dalam waktu dua tahun. Ini menunjukkan bahwa cara damai lebih berhasil daripada perang.
Pada tahun ke-8 hijrah, Nabi shallallahu alahi wa sallam membawa pasukan sebanyak 10.000 orang memasuki kota Mekah dan orang-orang kafir Qurays mengangkat bendera putih tanda kalah dan menyerah. Nabi Muhammad shallallahu alahi wa sallam memaafkan mereka. Menang tanpa perang.
Itulah sekelumit peristiwa penting dari kehidupan umat Islam di masa kenabian.
Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa kemenangan Islam karena dibawa oleh generasi hebat yang dididik Nabi Muhammad shallallahu alahi wa sallam mulai dari rumah Arqam bin Abil Arqam berlanjut di masjid Nabawi dan diterjunkan ke dalam medan perjuangan serta didukung dengan pengorbanan harta dan semua potensi untuk memenangkan Islam.
Perhatikan jawaban sahabat Rib’ie bin Amir ketika berhadapan dengan komandan Persi bernama Rustum. Rustum bertanya, “Apa yang kalian serukan?” Rib’ie menjawab, “Kami diutus Allah untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan manusia kepada penyembahan hanya kepada Allah. Mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya. Mengeluarkan manusia dari kedhaliman agama- agama kepada keadilan Islam. Mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat.”
Ketika Rasulullah shallallahu alahi wa sallam wafat, Jazirah Arab sudah menjadi wilayah Islam, bahkan beliau menetapkan di Jazirah Arab tidak boleh ada dua agama.
Estafet kepemimpinan dilanjutkan Abu Bakar Ash Shiddiq yang terpilih secara aklamasi setelah memperhatikan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi shallallahu alahi wa sallam. Bahwa selama Rasulullah shallallahu alahi wa sallam sakit, berhalangan memimpin shalat, maka hendaknya diganti oleh Abu Bakar, radhiyallahu anhu. Bila ada masalah umat, sementara Rasululullah shallallahu alahi wa sallam berhalangan maka umat bisa menyampaikan kepada Abu Bakar radhiyallahu anhu. Semua pintu masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar radhiyallahu anhu. Ternyata kepemimpinan Abu Bakar radhiyallahu anhu sangat piawai. Dibentuklah tim pengumpulan Al Quran yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit, sahabat yang jenius, pernah beliau ditugasi Nabi shallallahu alahi wa sallam untuk mempelajari bahasa Ibrani, hanya dalam waktu 16 hari, ia sudah bisa menguasainya. Beliau dipuji Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai ahli hukum waris. Alhamdulillah, setelah mushaf dibukukan, pada masa berikutnya mushaf digandakan oleh Khalifah Utsman untuk dikirim ke wilayah-wilayah yang sudah ditaklukan oleh kekuasaan Islam.
Keputusan Khalifah Abu Bakar yang spektakuler adalah membasmi kelempok murtad karena menolak membayar zakat sampai berhasil padam. Dan keputusan fenomenal adalah memberangus kekuatan nabi palsu Musailamah Al Kadzab yang didukung oleh sahabat yang murtad bernama Ar Rajjal bin Unfuwah. Jumlah pasukan Musailamah 40.000 dan berhasil dikalahkan. Bahkan Musailamah dibunuh oleh Wahsyi, mantan budak yang pernah membunuh paman Nabi shallallahu alahi wa sallam, Hamzah bin Abdul Muthalib.
Pada waktu perang Uhud, Wahsyi masuk Islam, hanya saja Nabi shallallahu alahi wa sallam mengatakan kepadanya, “Saya terima Islammu tapi singkirkan wajahmu dariku karena mengingatkan pamanku Hamzah yang kamu bunuh.” Sejak saat itu Wahsyi menghilang dan muncul saat penyerangan terhadap pasukan nabi palsu. Wahsyi berhasil membunuh Musailamah Al Kadzab dan berkata, “Alhamdulillah yang memberikan kepadaku menggantikan orang yang paling dicintai Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib, dengan orang yang paling dibenci Nabi shallallahu alahi wa sallam, Musailamah Al- Kadzab.”
Abu Bakar menjadi khalifah selama 2 tahun, 3 bulan dan 10 hari.
Setelah Abu Bakar radhiyallahu anhu wafat, estafet kepemimpinan dipegang oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Pada masa inilah kekuasaan Islam terus meluas mengalahkan kekuasaan Romawi di wilayah Syam (dulu termasuk Palestina, Suriah, Lebanon, dan Yordania sekarang ini) termasuk wilayah Mesir. Persia tumbang pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.
Manajemen pemerintahan Islam terus diperbaiki dan diperbaharui. Harta rampasan perang melimpah. Rakyat sejahtera hanya saja para pejabat pemerintah oleh Khalifah Umar diminta hidup sederhana.
Kebijaksanaan Umar yang paling menarik adalah memecat Khalid bin Walid sebagai komandan perang umat Islam di wilayah Syam digantikan oleh Abu Ubaidah Amir bin Jarrah. Padahal Khalid tidak pernah kalah dalam memimpin perang. Apa alasannya? Ternyata agar umat tidak merasa bahwa kemenangan itu karena kehebatan Khalid, tapi karena pertolongan Allah. Luar biasa, Allahu Akbar. Kematian Umar merupakan konspirasi atas kekalahan Persia, dilaksankan oleh Abu Lu’luah.
Umar bin Khattab menjadi khalifah selama 12 tahun.
Selanjutnya estafet kekuasaan dilanjutkan oleh Khalifah Utsman bin Affan. Kekuasaan semakian meluas dan rakyat semakin sejahtera karena kebijaksanaan Utsman menambah kebutuhan ekonomi bagi rakyat dan pasukan Islam.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab sahabat senior dilarang meninggalkan Madinah. Tapi pada masa khalifah Utsman justru diizinkan keluar sehingga ilmu semakin menyebar dan kebaikan semakin meluas. Hanya saja pada masa akhir pemerintahan Utsman bin Affan digoyang oleh para pemberontak yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam. Ia menyuarakan bahwa Khalifah Utsman tidak becus memimpin harus ditumbangkan karena yang lebih berhak adalah Ali bin Abi Thalib sebagai sepupu dan menantu Rasulullah shallallahu alahi wa sallam.
Para pemuda dari berbagai wilayah terpengaruh terutama dari wilayah Irak sehingga mereka datang berduyun-duyun ke Madinah, sementara khalifah Utsman tidak mau menyikapi mereka dengan senjata. Akibatnya, justru para pemberontak itu semakin nekat dan berhasil membunuh Khalifah Utsman radhiyallahu anhu. Inilah fitnah besar yang terjadi pada masa akhir pemerintah khalifah utsman akibat ulah para pemberontak. Khalifah utsman memerintah selama 11 tahun.
Estafeta kepemimpinan umat islam dilanjutkan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. hanya saja terjadi 4 sikap para sahabat terkait dengan hukuman terhadap para pemberontak pembunuh Utsman radhiyallahu anhu. Pertama,mayoritas para sahabat mendukung Khalifah Ali apapun keputusannya. Kedua, sejumlah sahabat yang dipimpin oleh Aisyah, Zubair dan Thalhah, memberikan tenggang waktu Selama 4 bulan untuk menghukum para pembunuh Khalifah Utsman radhiyallahu anhu. Ketiga, para sahabat yang dari Syam yang dipimpin oleh Gubernur Muawiyah radhiyallahu anhu menuntut agar para pembunuh segera dieksekusi. Kalau tidak, tidak mau menyerahkan kekuasaannya ke pemerintah pusat. Keempat, sebagian sahabat menarik diri tidak mau terlibat fitnah di antaranya adalah Abdullah bin Umar dan Muhammad bin Maslamah.
Masalahnya semua kalangan pemberontak bergabung dengan pasukan pemerintah yang dipimpin oleh Khalifah Ali radhiyallahu anhu. Maka kebijaksanaan khalifah memindahkan ibu kota dari Madinah ke Kufah di Irak. Sambil melihat perkembangan dari verifikasi siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan Utsman radhiyallahu anhu.
Dalam proses menata pemerintahannya, masa tenggat 4 bulan sudah berakhir. Sehingga rombongan Aisyah, Zubair bin Awwam dan Thalhah bersama penduduk Makkah pergi menuju Kufah. Inilah kalau boleh disebut demonstrasi dalam sejarah Islam. Karena demo itu menuntut khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu agar menghukum para pembunuh Utsman radhiyallahu anhu. Mereka bukan memberontak membuat gerakan yang menyebabkan kekacuan disebut dengan waqiah yaitu peristiwa. Banyak penerjemah salah menyebut dengan perang Jamal. Padahal yang sebenarnya adalah peristiwa jamal (onta). Kalau perang, niscaya ibu Aisyah radhiyallahu anha ditawan. Ternyata tidak, bahkan dipulangkan ke Mekah secara terhormat. Sementara Zubair bin Awwam dan Thalhah radhiyallahu anhuma keduanya terbunuh. Peristiwa yang tragis.
Selanjutnya terjadi peristiwa Shiffin antara pasukan khalifah dengan rombongan dari Syam yang dipimpin oleh Gubernur Muawiyah radhiyallahu anhu yang menuntut agar para pembunuh Utsman radhiyallahu anhu dihukum qishash karena Muawiyah adalah sepupunya. Akhirnya terjadilah tragedi kedua yang memakan banyak korban. Wallahu Musta’an. Meskipun berujung dengan perdamaian melalui diplomasi dari pihak Khalifah Ali, diwakili oleh sahabat Abu Musa Al-Asy’ari dan dari pihak Muawiyah diwakili oleh sahabat Amru bin Ash.
Berikutnya muncullah golongan garis keras yang dikenal berikutnya dengan kelompok Khawarij yang mengkafirkan kedua belah pihak, pihak khalifah Ali dan pihak Muawiyah. Dan berujung dengan pembunuhan Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu oleh Abdurrahman bin Muljam. Pasukan Ali radhiyallahu anhu membasmi mereka setelah berdialog dengan Ibnu Abbas sehingga separuh mereka sadar dan separuhnya diberangus oleh pasukan Ali radhiyallahu anhu. Khalifah Ali radhiyallahu anhu di posisi benar, berhasil memberantas aliran sesat khawarij yang suka mengkafirkan orang muslim. Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah selama 5 tahun.
Berikutnya estafeta kepemimpinan dilanjutkan oleh Hasan bin Ali radhiyallahu anhu hanya berjalan 6 bulan kemudian beliau mengalah. Padahal pasukannya ada 40.000 tapi beliau tidak mau darah umat tertumpah. Hal itu sesuai dengan nubuwat (prediksi) Rasulullah shallallahu alahi wa sallam bahwa cucuku ini (yakni Hasan bin Ali) akan mendamaikan dua golongan umat Islam yang berselisih. Peristiwa penyerahan kekuasaan ini terjadi pada tahun ke-41 H. Akhirnya kekuasaan sepenuhnya di tangan Muawiyah radhiyallahu anhu yang pemerintahannya berpusat di Syam (sekarang Suriah).
Persatuan umat Islam dalam pemerintahan yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu anhu dikenal dengan “”aam jamaah.”
Setelah merapikan manajemen pemerintahannya, Muawiyah radhiyallahu anhu memperluas kekuasaan termasuk mengirim pasukan ke pusat pemerintahan Romawi yang berada di Konstantinopel (sekarang Istanbul Turki). Pasukan itu dipimpin oleh putra beliau bernama Yazid. Di antara pasukan itu ada sahabat tua yang bernama Abu Ayyub Al Anshari. Beliau bersikeras untuk ikut meskipun sudah dan menempuh perjalanan ribuan kilometer. Ini dikarenakan beliau mendengar Rasulullah shallahu alahi wa sallam bersabda “Engkau akan dikebumikan di bumi Romawi.” Dalam perjalanan yang panjang itu beliau sakit dan berpesan kepada komandan, “Bila saya mati dalam perjalanan belum sampai perang melawan pasukan Romawi jangan dikubur sampai engkau ikutkan aku dalam pertempuran.” Allahu Akbar, ternyata betul beliau wafat dan jenazahnya, setelah dimandikan, dikafani dan dishalatkan, diikutkan dalam perjalanan sampai mendekati benteng musuh yaitu di Konstantinopel. Mereka setelah mengetahui ada jenazah sahabat bernama Abu Ayyub Al Anshari minta diikutkan perang, maka bergetarlah hati komandan Romawi. Penulis sempat berkunjung ke kuburan sahabat nabi Abu Ayyub di Istanbul wilayah Ayyubiyah, ramai kaum muslimin yang mengunjunginya di Turki.
Pada masa pemerintahan Muawiyah radhiyallahu anhu juga dikembangkan perkapalan sehingga para ahli sejarah memperkirakan sampainya Islam ke Indonesia menuju ke Tiongkok terjadi di masa beliau. Perjalanan sejarah dinasti Umayyah berjalan sampai tahun 132 hijriah. Hanya saja disayangkan generasi berikutnya ditunjuk putranya sendiri Yazid bin Muawiyah sehingga menimbulkan banyak penolakan dari kalangan sahabat nabi radhiyallahu anhu di antaranya Imam Husain radhiyallahu anhu, cucu nabi sendiri sampai terjadi peristiwa menyedihkan “Karbala” yang berujung meninggalnya beliau dengan cara yang memilukan.
Pada akhirnya Dinasti Umayyah dijatuhkan oleh Dinasti Abbasiyah pada tahun 132 hijriah dengan cara mengenaskan. Yaitu dibantai seluruh keluarga kerajaan kecuali seorang pemuda yang lolos dari pembantaian dan melompat ke sungai kemudian lari sampai ke Morocco, Afrika Utara dan bergabung dengan masyarakat dan suku Arab Badui sampai nantinya berhasil membentuk pasukan dan berhasil masuk menaklukan Spanyol dari Malaga sampai Cordoba. Dikenal di masa itu dengan Andalusia. Kekuasaan Islam di Spanyol itu berjalan lama dari tahun 711 M sampai tahun 1492 M, hampir 800 tahun.
Masa Dinasti Umayyah yang paling cemerlang adalah masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz sampai rakyatnya tidak ada yang menerima zakat karena makmurnya. Begitulah kekuasaan dipergilirkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya
قُلِ اللَّهُمَّ مَلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki, di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran: 26)
Kekuasaan Islam terus berkembang sampai ke India terus ke Kamboja ke Indonesia dalam bentuk kerajaan Islam di berbagai daerah termasuk Aceh, Demak, dan lain-lain.
Kekuasaan umat Islam terluas dan cukup lama adalah Dinasti Utsmaniyah dikenal dengan Ottoman Empire dari abad ke-13 sampai abad ke-20, dari tahun 1300-1924 M. Dipimpin oleh 38 sultan dan luas kekuasannya seluruh Timur Tengah sebagian Eropa dan sebagian Asia dengan pusat pemerintahan di Turkey. Selain itu, Islam berjaya di India ratusan tahun.
Peradaban Islam begitu hebat diakui oleh Wiel Durant dalam bukunya The History of Civilization dan Thomas Walker Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam bahwa peran Islam mencahayai dunia dengan ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban bagi kemajuan kemanusiaan merupakan suatu kenyataan sejarah dan akan terus mengukir karena Islam adalah kebenaran dan keadilan.
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-An’am: 115)
Itu hanya sekelumit perjalanan sejarah peradaban Islam. Belum lagi Islam berjaya di Persia (sekarang Iran) selama 900 tahun lebih dengan pemerintahan Ahlus Sunah sampai dijatuhkan oleh Ismail Ash-Shofawi pada tahun 907 H. Begitu pula kemenangan Shalahuddin di Palestina merupakan sejarah gemilang. Andalusia, Spanyol telah melahirkan ilmuwan dan mencahayai bumi Eropa yang diakui oleh Zyghryd Honke شمس العرب تسطع على الغرب dalam bukunya berbahasa Arab Matahari Arab terbit di Barat. Lebih luas silakan dipelajari Sejarah Umat Islam oleh Prof. Dr. Hamka.
Sumber: Wahai Mukminin Bersatulah, Farid Ahmad Okbah, UFO Publishing, Hal 13-25