Orang yang mengajak kepada kebaikan akan mendapat pahala sebagaimana pahala orang yang mengikuti ajakannya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.” (Hadits riwayat Muslim, no. 2674)
Mengajak kepada kebaikan bisa lewat lisan, bisa juga lewat perbuatan dengan memberi contoh. Dahulu para salaf mengikuti perkataan dan perbuatan ulama’ mereka.
Berkata Ibnu Muflih, “Dari A’masy ia berkata, ‘Para salaf terbiasa mempelajari segala sesuatu dari orang faqih (berilmu) bahkan cara berpakaian dan memakai sandal.’ Aly bin Al-Madiny dan yang lainnya datang kepada Yahya bin Sa’id Al-Qathan, mereka tidak datang untuk mendengarkan apapun kecuali hanya sebatas melihat petunjuk dan karakter Yahya bin Said.” (Al-Adab Asy-Syar’iyah, 2/149)
Maka barang siapa yang menjadi percontohan dalam kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala amal seperti pahalanya orang yang beramal karena mencontohnya. Diriwayatkan dari Jarir bin Abdillah, ia berkata, “Pada suatu ketika, beberapa orang Arab badui datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengenakan pakaian dari bulu domba (wol). Lalu Rasulullah memperhatikan kondisi mereka yang menyedihkan. Selain itu, mereka pun sangat membutuhkan pertolongan. Akhirnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menganjurkan para sahabat untuk memberikan sedekahnya kepada mereka. Tetapi sayangnya, para sahabat sangat lamban untuk melaksanakan anjuran Rasulullah itu, hingga kekecewaan terlihat pada wajah beliau. Tak lama kemudian seorang sahabat dari kaum Anshar datang memberikan bantuan sesuatu yang dibungkus dengan daun dan kemudian diikuti oleh beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu, datanglah beberapa orang sahabat yang turut serta menyumbangkan sedekahnya (untuk diserahkan kepada orang-orang Arab badui tersebut) hingga tampaklah keceriaan pada wajah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
“Barang siapa dapat memberikan suri tauladan yang baik dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat untuknya pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka peroleh. Sebaliknya, barang siapa memberikan suri tauladan yang buruk dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh sedikitpun.” (Hadits riwayat Muslim, no. 1017)
Berkata Imam An-Nawawy, “Sebab dari sabda nabi, ‘Barang siapa dapat memberikan suri tauladan yang baik dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat untuknya pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya’ adalah karena perkataan Jabir bin Abdillah, ‘tak lama kemudian seorang sahabat dari kaum Anshar datang memberikan bantuan sesuatu yang dibungkus dengan daun dan kemudian diikuti oleh beberapa orang sahabat lainnya.’. Maka keutamaan yang sangat agung bagi orang yang memulai kebaikan ini dan membuka pintu ihsan bagi banyak orang.” (Syarah Shahih Muslim, 7/104)
Berkata Imam Ibnul Jauzi menjelaskan sabda Nabi, “Maksudnya adalah mengerjakan perbuatan baik sehingga diikuti, seperti itu pula jika mengerjakan perbuatan buruk kemudian diikuti oleh banyak orang. Maka hendaknya seseorang bersungguh-sungguh dalam melakukan perbuatan baik, maka ia akan tetap mendapatkan pahala setelah kematian. Dan berhati-hatilah dari perbuatan buruk, maka bisa saja seseorang masih mendapatkan dosa meskipun ia telah meninggalkannya.” (Kaysful Musykil, 1/434)
Oleh karena itu, maka diharapkan bagi orang tua untuk tetap mendapatkan pahala jika ia menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Wallahu A’lam Bish Shawab
Diterjemahkan dan diringkas dari https://islamqa.info/ar/answers/393097/ هل-يوجر-الوالد-ان-تشبه-به-ولده-في-الاعمال-الصالحة