Mendapatkan Cobaan Sesuai Dengan Ucapan

Pertama, ungkapan bahwa ‘cobaan diakibatkan oleh perkataan’ bukan berasal dari Al-Qur’an maupun hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Ia hanya atsar dari sebagian sahabat nabi dan para tabi’in. Sebagaimana permisalan yang ada di arab sejak zaman dahulu.

Memang terdapat hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad, namun hadits tersebut tidak shahih. Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf, dari Abdullah bin Mas’ud berkata,

الْبَلاَءُ مُوَكَّلٌ بِالْقَوْلِ

“Cobaan itu dikarenakan ucapan.” (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam As-Silsilah Adh-Dha’ifah 7/395)

Atsar ini juga diriwayatkan oleh Qadhi Abu Yusuf di dalam kitab Al-Atsar dari A’isyah radhiyallahu anha. Imam As-Sakhawi mengatakan, “Dikuatkan isinya dengan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sasllam kepada orang Badui ketika beliau menjenguknya.” (Maqashidul Hasanah, hal. 242)

Imam As-Sakhawi mengisyaratkan apa yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengunjungi seseorang seraya mendoakan,

لاَ بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّه

“Tidak mengapa, sembuh insya Allah.

Maka orang itu menyela, “Tidak (sembuh), tapi  panas yang menyerang kepada orang yang telah tua agar segera mengunjungi kuburan.” Maka Nabi Shallallahu alai wa sallam bersabda,

فَنَعَمْ إِذًا

“Kalau begitu iya (seperti yang kamu katakan).” (Hadits riwayat Bukhari no. 5338)

Kedua, maksud dari ungkapan ‘cobaan diakibatkan oleh perkataan’ adalah bahwa terkadang seseorang mengucapkan satu kalimat yang dengan kalimat tersebut, ia mendapatkan cobaan sesuai dengan apa yang ia ucapkan. Dan ungkapan ini benar adanya. Hal ini sesuai dengan nash-nash yang ada dan kejadian-kejadian pada masa sekarang maupun masa yang telah berlalu.

Abul Khori Al-Hasyimi mengatakan, “Terkena cobaan karena perkataan, maksudnya terkadang seseorang mengatakan satu  kalimat yang manjadi sebab terkena cobaan.” (Al-Amtsal hal. 91)

Az- Zamakhsyari mengatakan, “Seseorang mengcapkan suatu perkataaan. Sehingga perkataan tersebut menjadi sebab terkena cobaan.” (Al-Mustaqsho Fi Amtsalil Arab, 1/305)

Ketiga, dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa ungkapan tersebut bukan merupakan kaedah umum.  Sehingga tidak dapat dikatakan, ‘Segala apa yang diucapkan akan menjadi cobaan bagi  yang mengucapkannya.’ Bukan seperti itu maksud dari ungkapan semacam ini.

Maksud dari ungkapan tersebut adalah peringatan kepada manusia agar tidak berkata dengan perkataan yang buruk, mencela dirinya, dan pesimis dengan keadaannya. Dan agar seseorang selalu menjaga ucapannya, memilih kalimat yang bermakna baik, bermanfaat, dan mengandung optimisme, harapan, juga kegembiraan.

Diriwayatkan dari Ibnu Abdi Dunya dari Ibrahim An-Nakha’i, ia berkata,

إِنِّي لأَجِدُ نَفْسِي تُحَدِّثُنِي بِالشَّيْءِ، فَمَا يَمْنَعُنِي أَنْ أَتَكَلَّمَ بِهِ؛ إِلاَّ مَخَافَةَ أَنِ أُبْتَلَى بِهِ

“Aku mendapati diriku akan mengatakan sesuatu, tidak ada yang menghalangiku untuk mengatakannya kecuali karena kekhawatiranku akan mendapatkan cobaan dengan perkataanku sendiri.” (Ash-Shumtu Wa Adabil Lisan, hal. 169)

Siapa yang terkena cobaan semacam itu, hendaknya dia memohon ampunan kepada Allah dari kesakitan dan cobaan yang menimpanya. Hendaknya berbaik sangka kepada Allah Rabb seluruh alam. Karena Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Bertawakallah kepada-Nya karena siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang Allah tidak kehendaki tidak akan terjadi.

Wallahu A’lam bish Shawab

Diringkas dan diterjemahkan dari

https://islamqa.info/ar/answers/302603/ هل-البلاء-موكل-بالمنطق