Seorang muslim terlepas dari rasa cintanya kepada Allah, ia tetap seorang manusia yang lemah. Ia pasti tetap jatuh dalam kesalahan dan dosa. Maka benarlah apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
كلُّ بني آدمَ خطَّاءٌ، وخيرُ الخطائينَ التوابونَ
“Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi 2499 dan Ibnu Majah 4251)
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan bahwa manusia pasti banyak melakukan kesalahan dan dosa, namun sebaik-baik dari mereka adalah orang yang senantiasa bertaubat hari demi hari dan terus berupaya untuk kembali kepada Allah ta’ala.
Adapun syarat taubat adalah dengan terpenuhinya beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Mengikhlaskan niat bahwa ia bertaubat memang karena Allah ta’ala.
- Berhenti melakukan dosa dan menyesali dosa yang pernah dikerjakan.
- Bertekad kuat untuk tidak mengulangi dosa yang pernah dikerjakan.
- Mengembalikan hak orang lain jika dosa yang dikerjakan berkaitan dengan hak orang lain.
Maka hendaknya orang yang berbuat dosa untuk segera bertaubat kepada Allah. Sungguh pintu taubat senantiasa terbuka bagi hamba-Nya yang beriman kecuali pada dua waktu. Pertama, pada saat nyawa sudah sampai pada kerongkongan, saat itulah taubat tidak lagi diterima oleh Allah. Yang kedua, saat matahari telah terbit dari barat. Saat itu, Allah tidak lagi menerima taubat dari manusia.
Banyak sekali keutaman dari taubat kepada Allah. Taubat dapat menjadi penyebab turunnya cinta dari Allah, karena taubat merupakan amal yang dicintai oleh Allah. Dan orang yang melaksanakan taubat menjadi orang yang dicintai oleh-Nya. Allah ta’ala berfirman,
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah: 222)
Taubat juga menjadi penyebab terhapusnya dosa dan diterimanya amal ibadah kita. Ia juga menjadi penyebab masuknya seseorang ke dalam surga, dan terhindar dari api neraka. Bahkan dengan taubat, seorang hamba bisa mendapatkan rahmat dari Allah dan ampunan-Nya.
Namun yang menjadi tanda tanya besar adalah bagaimana kita bisa istiqamah dalam keadaan taubat kepada Allah? Istiqamah dalam keadaan taubat sangatlah mudah bagi mereka yang bersungguh-sungguh. Mereka bisa melakukan hal tersebut dengan berpegang dengan beberapa hal berikut:
- Dengan menyadari bahwa Allah telah menyiapakan pahala yang besar bagi orang yang bertaubat jika ia bertaubat dengan ikhlas, dan menyesali segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya.
- Segera meninggalkan dosa yang telah biasa ia kerjakan. Tekad yang kuat untuk meninggalkan dosa dan kemaksiatan faktor terkuat untuk tetap teguh dalam pertaubatan.
- Meninggalkan segala sesuatu yang dapat menghantarkan kepada maksiat. Sungguh sesuatu yang paling penting yang harus diperhatikan oleh orang yang bertaubat adalah meninggalkan sebab yang menjadikannya kembali melakukan dosa. Maka seorang yang bertaubat hendaknya menghindari teman yang selalu mengajaknya dalam kemaksiatan atau tempat yang meninggikan gairah bermaksiat kepada Allah ta’ala.
- Berkeyakinan bahwa Allah akan merubah keburukan yang pernah dikerjakan menjadi kebaikan jika ia jujur, teguh, dan menjaga pertaubatannya.
- Selalu meminta tolong kepada Allah agar memberinya tekad yang kuat untuk bertaubat dan tekun dalam melaksankan ketaatan.
- Bersegera dalam bertaubat jika ia jatuh dalam lumpur dosa dan kemaksiatan. Dan hendaknya ia tidak menunda-nunda dalam masalah pertaubatan karena ia tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Allah berfirman,
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali-Imran: 133)
- Membulatkan tekad untuk tidak mengulangi dosa. Tekad inilah yang akan mejadi sah tidaknya suatu pertaubatan.
- Benar-benar menyesali dosa yang pernah dilakukan. Penyesalan inilah yang menjadi nilai dari suatu pertaubatan. Barangsiapa yang menyesali perbuatannya, maka dia akan memiliki tekad yang kuat untuk tidak mengulangi kembali.
- Meninggalkan tempat-tempat terjadinya kemaksiatan, dan berupaya untuk tidak menyendiri.
- Berteman dengan orang-orang shalih yang akan membantu dalam ketaatan, selalu memberikan nasehat dan bimbingan. Juga dengan meninggalkan teman yang selalu mengajak kepada keburukan.
- Membiasakan untuk selalu merasa diawasi oleh Allah di dalam setiap ucapan dan perbuatan.
- Selalu menyibukkan diri dengan berbagai hal yang bermanfaat seperti membaca Al-Qur’an atau berdzikir.
- Pastikan untuk selalu bisa hadir dalam melaksanakan shalat lima waktu di masjid. Sungguh shalat akan menjadi penolong seseorang dari perbuatan buruk dan keji. Allah berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (Al ‘Ankabut: 45)
Wallahu A’lam Bish Shawab