Pertama, orang yang bertaubat akan mendapatkan keistimewaan seoalah-olah ia tidak memiliki dosa. Tatkala seseorang berbuat dosa besar maupun kecil, kemudia ia bertaubat kepada Allah, maka Allah pun menerima taubatnya dan mengampuni dosa-dosanya. Allah berfirman,
وَهُوَ الَّذِيْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِه وَيَعْفُوْا عَنِ السَّيِّاٰتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَۙ
“Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-Syura: 25)
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
التائب من الذنب كمن لا ذنب له
“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa.” (HR. Ibnu Majah, Baihaqi, dan dishahihkan Al-Albani)
Kedua, menjadi waliyullah. Orang yang bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha, maka hal tersebut akan mengantarkannya kepada ketakwaan. Sedangkan orang beriman dan bertakwa akan mendapatkan bagian dari penjagaan dan perwalian-Nya yang sesuai dengan kadar keimanannya. Allah ta’ala berfirman,
اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ
“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (Yunus: 62-63)
Berkata Imam Ibnu Taimiyah,
فَكُلُّ مَنْ كَانَ مُؤْمِنًا تَقِيًّا، كَانَ لِلَّهِ وَلِيًّا. وَهُمْ عَلَى دَرَجَتَيْنِ: السَّابِقُونَ الْمُقَرَّبُونَ وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ الْمُقْتَصِدُونَ
“Setiap orang yang beriman dan bertakwa, maka dia akan menjadi wali Allah. Mereka terbagi menjadi dua derajat, yaitu assabiqunal muqarrabun dan ashabul yamin yang berada di pertengahan.” (Majmu’ Fatawa 2/234)
Ketiga, keburukan akan dirubah menjadi kebaikan setelah bertaubat. Allah ta’ala berfirman,
وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا يُّضٰعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْه مُهَانًا اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Al-Furqan: 68-70)
Para ulama berpendapat bahwa perubahan dari keburukan menjadi kebaikan terjadi pada hari kiamat saat dilakukan perhitungan. Hal ini didasari oleh sabda Nabi Muhammad,
إِنِّيْ لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُوْلًا الْجَنَّةَ وَ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوْجًا مِنْهَا رَجُلٌ يُؤْتَى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ اعْرِضُوْا عَلَيْهِ صِغَارَ ذُنُوْبِهِ وَ ارْفَعُوْا عَنْهُ كِبَارَهَا فَتُعْرَضُ عَلَيْهِ صِغَارُ ذُنُوْبِهِ فَيُقَالُ عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَ كَذَا كَذَا وَ كَذَا وَ عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَ كَذَا كَذَا وَ كَذَا فَيَقُوْلُ نَعَمْ لَا يَسْتَطِيْعُ أَنْ يُنْكِرَ وَ هُوَ مُشْفِقٌ مِنْ كِبَارِ ذُنُوْبِهِ أَنْ تُعْرَضَ عَلَيْهِ فَيُقَالُ لَهُ فَإِنَّ لَكَ مَكَانَ كُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً فَيَقُوْلُ رَبِّ قَدْ عَمِلْتُ أَشْيَاءَ لَا أَرَاهَا هَا هُنَا فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ
“Sesungguhnya aku mengetahui penduduk surga yang terakhir kali masuk dan penduduk neraka yang terakhir kali keluar darinya, yaitu seorang laki-laki didatangkan pada hari kiamat (ke hadapan Rabb), lalu dikatakan kepadanya: “Tampakkanlah kepadanya dosa-dosanya yang kecil dan hapuskan dosa-dosanya yang besar.” Lalu ditampakkanlah dosa-dosanya yang kecil. Lalu dikatakan kepadanya: “Kamu telah melakukan demikian, demikian, dan demikian. Dan kamu telah melakukan demikian, demikian, dan demikian pada suatu hari.” Lalu dia menjawab: “Ya.”
Dia tidak bisa mengingkari, dan dia meminta belas kasihan dari dosa-dosa besarnya untuk diungkapkan atasnya. Lalu dikatakan kepadanya: “Sesungguhnya kamu mendapatkan tempat kejelekan menjadi kebaikan.” Lalu dia berkata: “Wahai Rabbku, sungguh aku telah melakukan sesuatu yang mana aku tidak melihatnya dalam catatan ‘amal di sini.”
Perawi berkata: “Sungguh aku telah melihat Rasūlullāh tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya”. (Hadits riwayat Muslim 190)
Keempat, orang yang bertaubat akan mendapatkan keluasan hati, ketenangan, dan kekhusyu’an dalam shalat.
Wallahu A’lam Bish Shawab
Diterjemahkan dan diringkas dari https://islamqa.info/ar/answers/346194/حول-جزاء-التاىب-في-الدنيا-والاخرة