Menangis karena takut kepada Allah, takut terhadap ancaman-Nya adalah satu buah kondisi yang sangat mulia. Dan seorang muslim dapat membiasakan diri untuk menangis karena takut kepada-Nya melalui beberapa hal di bawah ini:
- Memperdalam rasa takut kepada Allah.
Sungguh tangisan adalah buah dari ilmu yang bermanfaat, sebagaimana Imam Al-Qurthubi menafsirkan firman Allah,
وَيَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا
“Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.”
هذه مبالغةٌ في صفتهم ومدحٌ لهم ؛ وحُقَّ لكلّ من توسّم بالعلم وحصّل منه شيئاً أن يجري إلى هذه المرتبة ؛ فيخشع عند استماع القرآن ويتواضع ويذلّ
“Ini adalah satu majaz untuk mensifati dan memuji mereka. Dan setiap orang yang berilmu dan mendapatkan sesuatu yang baik dari ilmunya berhak untuk berada dalam keadaan tersebut. Maka dia khusyu’ ketika mendengarkan Al-Qur’an, ia bersifat rendah hati dan meresa kecil.” (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an 10/341)
- Senantiasa membaca Al-Quran dan mentadaburi kandungan maknanya.
قُلْ اٰمِنُوْا بِهٓ اَوْ لَا تُؤْمِنُوْاۗ اِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهٓ اِذَا يُتْلٰى عَلَيْهِمْ يَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ سُجَّدًاۙ وَّيَقُوْلُوْنَ سُبْحٰنَ رَبِّنَآ اِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُوْلًا وَيَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا
“Katakanlah (Muhammad), ‘Berimanlah kamu kepadanya (Al-Qur’an) atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Qur’an) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud,’ dan mereka berkata, ‘Mahasuci Tuhan kami; sungguh, janji Tuhan kami pasti dipenuhi.’ Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (Al-Isra’ 107-109)
Allah juga berfirman,
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّنَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍۖ وَّمِنْ ذُرِّيَّةِ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْرَاۤءِيْلَ ۖوَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَاۗ اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا
“Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub) dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.” (Maryam: 58)
وعن ابن مسعودٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ لِي النَّبيُّ – صلى الله عليه وسلم: «اقْرَأْ عَلَيَّ القُرْآنَ»، فقلتُ: يَا رسولَ الله، أَقْرَأُ عَلَيْكَ، وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ؟! قَالَ: «إنِّي أُحِبُّ أَنْ أسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي» فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ، حَتَّى جِئْتُ إِلَى هذِهِ الآية: {فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيدًا} قَالَ: «حَسْبُكَ الآنَ» فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ، فَإذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ. متفقٌ عَلَيْهِ
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu ia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku, “Bacakanlah Al-Quran padaku.” Saya berkata, “Ya Rasulullah, apakah saya akan membaca Al-Quran untukmu, sedangkan Al-Quran itu diturunkan kepadamu?” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Saya senang sekali kalau mendengar Al-Quran itu dari orang lain.” Lalu saya membacakan untuk beliau shallallahu alaihi wa sallam surat An-Nisa’, sehingga sampailah saya pada ayat ini -yang artinya-: “Bagaimanakah ketika Kami datangkan kepada setiap umat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas umat ini. Setelah itu beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Cukup.” Saya menoleh pada beliau shallallahu alaihi wa sallam dan kedua matanya meneteskan air mata.” (Muttafaq ‘alaih)
- Menambahkan pengertian tentang besarnya pahala menangis karena takut kepada Allah terlebih tatkala sedang sendirian.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لا َيَلِجُ النَّارَ رَجْلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّه حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ في الضَّرْع ، وَلا يَجْتَمعُ غُبَارٌ في سَبِيلِ اللَّه ودُخانُ جَهَنَّمَ
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sampai susu kembali dalam putingnya. Tidak akan bersatu debu di jalan Allah dengan asap neraka Jahanam dalam lubang hidung seorang muslim selamanya.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi no. 1633 dan An-Nasa’I no. 3018 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Dan dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إلا ظلُّهُ… وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan ‘Arsy Allah Ta’ala dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya… Seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian sehingga kedua matanya meneteskan air mata.” (Hadits riwayat Bukhari no. 660)
Menangis saat menyendiri itu diprioritaskan karena menyendiri adalah saat di mana hati cenderung semakin keras dan lebih sering bagi seseorang berbuat maksiat ketika menyendiri, dan dengan menyendiri seseroang akan jauh dari kemungkinan riya’.
- Merasa menyesal dan gagal dalam mengemban amanah yang Allah berikan.
Air mata orang yang bertobat di malam hari menghilangkan dahaga dan menyembuhkan penyakit, seperti yang dikatakan oleh Syaikhul Mufassirin, Abu Ja’far al-Thabari dalam firman-Nya,
اَفَمِنْ هٰذَا الْحَدِيْثِ تَعْجَبُوْنَۙ وَتَضْحَكُوْنَ وَلَا تَبْكُوْنَۙ وَاَنْتُمْ سٰمِدُوْنَ
“Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? dan kamu tertawakan dan tidak menangis, sedang kamu lengah (darinya).” (An-Najm: 59-60)
“Janganlah engkau menangisi sesuatu yang di dalamnya terdapat ancaman bagi orang yang bermaksiat kepada Allah, sedangkan engkau bagian dari orang tersebut. “Sedang kamu lengah (darinya)” artinya adalah kamu lalai dari mengambil pelajaran dan peringatan, berpaling dari ayat-Nya.” (Jami’ul Bayan An Ta’wili Ayyil Qur’an 27/82)
- Mendengarkan nasehat dan ceramah yang menyentuh dan menghangatkan hati.
عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بِنْ سَارِيَةَ رضي الله عنه قَالَ: وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُبُ, وَذَرَفَتْ مِنْهِا الْعُيُونُ, فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ, كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ
Dari Abu Najih Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nasehat kepada kami dengan sebuah nasehat yang menyebabkan hati bergetar dan air mata berlinang, lalu kami berkata: ‘Ya Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat orang yang akan berpisah.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4607) dan At Tirmidzi (2676)
Diterjemahkan dan diringkas dari https://islamqa.info/ar/answers/46911/ كيف-تبكي-من-خشية-الله