Dalam masalah taubat dan inabah, tangisan para pendosa yang bertaubat lebih Allah cintai. Sedangkan dalam masalah khusyu’, tangisan orang yang taat dan berkhalwah kepada-Nya lebih Allah cintai. Masing-masing tangisan memiliki kedudukannya sendiri, tidak ada keutamaan satu atas yang lain.
Sungguh taubat merupakan kedudukan yang amat sangat mulia, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari Abdullah Ibnu Mas’ud, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ الْمُؤْمِن ِ، مِنْ رَجُلٍ فِي أَرْضٍ دَوِّيَّةٍ مَهْلِكَةٍ ، مَعَهُ رَاحِلَتُهُ ، عَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَنَامَ فَاسْتَيْقَظَ وَقَدْ ذَهَبَتْ، فَطَلَبَهَا حَتَّى أَدْرَكَهُ الْعَطَشُ، ثُمَّ قَالَ: أَرْجِعُ إِلَى مَكَانِيَ الَّذِي كُنْتُ فِيهِ، فَأَنَامُ حَتَّى أَمُوتَ، فَوَضَعَ رَأْسَهُ عَلَى سَاعِدِهِ لِيَمُوتَ، فَاسْتَيْقَظَ وَعِنْدَهُ رَاحِلَتُهُ وَعَلَيْهَا زَادُهُ وَطَعَامُهُ وَشَرَابُهُ ، فَاللهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ الْعَبْدِ الْمُؤْمِنِ مِنْ هَذَا بِرَاحِلَتِهِ وَزَادِهِ
“Allah merasa bergembira karena taubatnya seorang hamba yang beriman melebihi kegembiraan seseorang berada di gurun Sahara yang mencekam dengan ditemani hewan tunggangannya serta perbekalan makanan dan minuman, kemudian ia tertidur. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ternyata hewan tunggangannya terlepas dengan membawa perbekalan makanan dan minumannya. Kemudian orang tersebut mencari hewan tunggangannya tersebut ke sana kemari hingga ia merasa haus. Setelah itu, ia pun berkata; ‘Sebaiknya aku kembali saja ke tempat tidurku semula sampai aku mati.’ Tak lama kemudian orang tersebut membaringkan tubuhnya dengan meletakkan kepalanya di atas lengannya & bersiap-siap untuk mati. Ketika ia terbangun, ternyata hewan tunggangannya itu telah berada di sisinya dengan membawa bekal makanan dan minumannya. Sunguh kegembiraan Allah karena taubatnya seorang hamba-Nya yang beriman melebihi kegembiraan orang yang hewan tunggangannya terlepas lalu kembali dengan membawa perbekalan makanan & minumannya ini.” (Bukhari no. 6308 dan Muslim no. 2744)
Dan sungguh ketaatan dan peribadatan adalah kedudukan yang tak kalah mulia. Ia adalah jalan yang ditempuh oleh para kekasih Allah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman,
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ : كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Tidaklah seorang hamba–Ku mendekatkan diri kepada–Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal–hal yang telah Aku wajibkan baginya. Senantiasa hamba–Ku mendekatkan diri kepada–Ku dengan amalan–amalan nafilah (sunnah) hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Aku menjadi tangannya yang dia gunakan untuk memegang dan Aku menjadi kakinya yang dia gunakan untuk melangkah. Jika dia meminta kepada–Ku pasti Aku memberinya dan jika dia meminta perlindungan kepada–Ku pasti Aku akan melindunginya.” (Hadits Riwayat Bukhari 6502)
Setiap orang yang bertaubat, atau seorang hamba yang khusyu’ beribadah, pasti akan tumbuh rasa takut kepada Allah, dan akan berangan-angan dan berharap untuk melihat wajah-Nya. Dan ia akan tetap menangis karena rasa takut yang amat besar kepada-Nya.
Sungguh hidupnya hati itu seperti hidupnnya tubuh manusia. Tatkala tubuh merasa haus, ia akan mengedepankan minum daripada makan. Dan tatkala tubuh merasa lapar, ia akan mengedepankan makan daripada minum. Seperti itu juga hati, tatkala hati merasa takut, maka ia akan menangis karena rasa takut tersebut. Dan tatkala hati hati merasakan nikmatnya beribadah, maka ia akan menangis karena nikmatnya ketaatan. Dan keduanya tidak saling menyelesihi sebagaimana makanan dan minuman yang tidak saling menyelisihi. Semuanya utama sesuai dengan waktunya.
Maka kapan seorang hamba ingat akan dosa yang ia kerjakan, maka tangisan karena takut lebih Allah cintai. Dan kapan seorang hamba berhusnudzan kepada Allah, ia merasakan nikmatnya ibadah, maka tangisan penuh harap akan ridho dan surga-Nya jauh lebih Allah cintai. Syaikh bin Bazz berkata,
يجب على المؤمن أن يسير إلى الله بين الخوف والرجاء حتى يلقى ربه
“Wajib bagi orang yang beriman untuk berjalan menuju Allah dengan rasa takut atau rasa harap sampai ia bertemu dengan-Nya.” (Fatawa Nur Alad Darb 4/33)
Wallahu A’lam bish Shawab
Diterjemahkan dan diringkas dari
https://islamqa.info/ar/answers/247229/ ايهما-احب-الى-الله-بكاء-التاىبين-ام-بكاء-العابدين