Barang siapa yang ragu di dalam shalat apakah ia meninggalkan sebagian ayat dari Al-Fatehah, maka dia mengulangi Al-Fatehah sebelum ruku’, dan tidak diharuskan baginya untuk melaksanakan sujud syahwi. Seperti itu juga seseorang yang ragu apakah ia meninggalkan sebagian dari tasyahud akhir, maka ia mengulangi tasyahudnya sebelum salam, dan tidak diharuskan baginya untuk sujud syahwi.
Pada dasarnya, jika seseorang yang telah selesai membaca Al-fatehah, kemudian ia ragu apakah Al-Fatehah yang ia baca telah sempurna ataukah belum, maka keraguan yang dia rasakan tidak dianggap. Dan ia dianggap teleh menyempurnakannya. Sedangkan orang yang ragu sebelum menyelesaikan Al-Fatehah, maka ia mengulanginya lagi.
Berkata Imam An-Nawawy, berkata Syaikh Abu Muhammad di dalam At-Tabshiroh,
و فرغ من الفاتحة وهو معتقد أنه أتمها ولا يشك في ذلك، ثم عرض له شك في كلمة أو حرف منها، فلا أثر لشكه، وقراءته محكوم بصحتها. ولو فرغ من الفاتحة شاكا في تمامها لزمه إعادتها كما لو شك في أثنائها
“Kalaulah seseorang telah selesai membaca Al-Fatehah, ia tidak ragu dan yakin telah menyempurnakannya, kemudian datang rasa ragu tentang satu kata atau satu huruf, maka hendaknya ia tidak perlu menghiraukan keraguannya, dan hukum bacaannya dianggap sah. Dan kalaulah seseorang telah selesai membaca Al-Fatehah dalam keadaan ragu tentang kesempurnaan bacaanya, maka dia harus mengulangi bacaannya sebagaimana ia ragu tatkala sedang membaca Al-Fatehah.” (Al-Majmu’ Syarhu Muhaddzab 3/394)
Tidak diharuskan untuk melakukan sujud syahwi ketika mengulangi bacaan Al-Fatehah ataupun tasyahud. Karena sengaja mengulangi Al-Fatehah atau tasyahud tidak membatalkan shalat, hukumnya hanya makruh.
Dan kalaulah seseorang salah membaca dalam Al-Fatehah, seperti lafadz “An’amta” kemudian dibaca “An’amtu” maka ia harus sujud syahwi menurut Syafi’iyah.
Wallahu A’lam
Diterjemahkan dan diringkas dari https://islamqa.info/ar/answers/309084/اذا-اعاد-الفاتحة-او-التشهد-لشكه-في-ترك-شيء-منهما-هل-يسجد-للسهو