Salah satu kebaikan yang dibawa oleh Islam adalah adanya saling menasehati di antara para pemeluknya. Ini adalah adab yang agung dan syariat Islam yang telah lama hilang dari sebagian kaum muslimin. Tidak banyak orang yang memberi nasehat, dan orang yang diberi nasehat pun tidak mendengarkannya. Maka hilanglah tradisi saling memberi nasehat di antara kaum muslimin. Padahal, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah menerangkan bahwa hak setiap orang adalah mendapatkan nasehat. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
حق المسلم على المسلم… وإذا استنصحك فانصحه
“Hak setiap muslim atas muslim yang lain…apabila ia meminta nasehat, maka nasehatilah.” (Hadits riwayat Muslim 2162)
Sungguh para nabi dan rasul datang dengan membawa nasehat bagi kaumnya. Allah berfirman berkenaan dengan Nabi Nuh,
أُبَلِّغُكُمْ رِسَٰلَٰتِ رَبِّى وَأَنصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-A’raf 62)
Allah juga berfirman tentang Nabi Hud,
اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنَا۠ لَكُمْ نَاصِحٌ اَمِيْنٌ
“Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku dan pemberi nasihat yang terpercaya kepada kamu.” (Al-A’raf 68)
Bahkan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam pun menerangkan bahwa agama Islam seluruhnya adalah nasehat. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قلنا: لمن؟ قال: لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم
“Agama itu nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)”. (Hadits riwayat Muslim no.55)
Dalam memberikan nasehat, seseorang harus memperhatikan adab agar nasehat itu masuk ke dalam hati dan agar tidak melukai perasaan. Di antara adab memberi nasehat adalah sebagai berikut:
- Hendaknya niat dalam memberi nasehat karena menginginkan kebaikan bagi saudaranya dan tidak menginginkan jika saudaranya tertimpa keburukan. Tidak karena ingin dianggap hebat atau karena ingin menjatuhkan orang yang diberi nasehat. Berkata Imam Ibnu Rajab,
وأما النصيحة للمسلمين فأن يحب لهم ما يحب لنفسه ، ويكره لهم ما يكره لنفسه ، ويشفق عليهم ويرحم صغيرهم ، ويوقر كبيرهم ويحزن لحزنهم ، ويفرح لفرحهم
“Nasehat kepada kaum muslimin adalah hendaknya mencintai jika saudaranya mendapatkan sesuatu yang ia cintai, dan ia membenci jika saudaranya tertimpa sesuatu yang tidak ia suka. sayangi mereka, sayangi mereka yang muda, hormati yang lebih tua, berdukacita karena kesedihan mereka, dan bergembiralah karena kegembiraan mereka.” (Jami’ul Ulul Wal Hikam hal. 80)
- Hendaknya ikhlas mencari ridha Allah ta’ala, bukan karena ingin terlihat lebih baik dari saudaranya.
- Hendaknya nasehat yang diberikan adalah tidak mengandung unsur penipuan dan pengkhianatan. Syaikh bin Bazz berkata,
النصح هو الإخلاص في الشيء وعدم الغش والخيانة فيه . فالمسلم لعظم ولايته لأخيه ومحبته لأخيه ينصح له ويوجهه إلى كل ما ينفعه
“Nasihat adalah keikhlasan dalam sesuatu dan tidak melaksanakan kecurangan dan pengkhianatan di dalamnya. Maka seorang muslim, karena kesetiaannya yang besar kepada saudaranya dan cintanya kepada saudaranya, dia menasihatinya dan mengarahkannya ke segala sesuatu yang bermanfaat baginya.” (Majmu’ Fatawa li Bin Bazz 5/90)
- Tidak dalam rangka melabeli seseorang dan mencelanya.
- Nasehat itu harus dalam semangat persaudaraan dan kasih sayang, tidak bersikap keras dan kasar. Allah ta’ala berfirman,
ادْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)
- Menasehati dengan ilmu, keterangan, dan hujjah yang jelas. Berkata Imam As-Sa’di, “Merupakan bentuk kebijaksankaan adalah berdakwah dengan menggunakan ilmu, bukan atas dasar ketidaktahuan. Berdakwah dengan memulai dari orang yang paling penting, baru orang setelahnya, mendahulukan orang yang paling dekat pemahamannya.” (Tafsir As-Sa’di hal. 452)
- Hendaknya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, bukan pada khalayak ramai kecuali memang ada mashlahat yang besar. Berkata Imam Ibnu Rajab,
كان السَّلفُ إذا أرادوا نصيحةَ أحدٍ ، وعظوه سراً ، حتّى قال بعضهم : مَنْ وعظ أخاه فيما بينه وبينَه فهي نصيحة ، ومن وعظه على رؤوس الناس فإنَّما وبخه
“Dahulu para salaf apabila hendak memberi nasehat kepada seseorang, mereka menasehatinya dengan sembunyi-sembunyi, sampai sebagian dari mereka berkata, ‘Barangsiapa yang memberi nasehat kepada saudaranya yang hanya diketahui antara dirinya dan saudaranya, maka itulah nasehat. Barangsiapa yang memberi nasehat di khalayak ramai, maka ia telah memarahinya.” (Jami’ul Ulum Wal Hikam 1/236)
- Selalu menjaga aib saudara yang ia beri nasehat.
- Mencari waktu terbaik untuk memberikan nasehat. Berkata Abdullah Ibnu Mas’ud,
إِنَّ لِهَذِهِ الْقُلُوبِ شَهْوَةً وَإِقْبَالًا ، وَإِنَّ لَهَا فَتْرَةً وَإِدْبَارًا ، فَخُذُوهَا عِنْدَ شَهْوَتِهَا وَإِقْبَالِهَا ، وَذَرُوهَا عِنْدَ فَتْرَتِهَا وَإِدْبَارِهَا
“Hati ini mengalami dorongan dan semangat, juga mengalami masa-masa malas dan berpaling. Gunakan (untuk kebaikan) saat dia terdorong dan semangat dan tinggalkan saat dia malas dan berpaling.” (Riwayat Ibnu Mubarak dalam kitab Az-Zuhd 1331)
Dan masih banyak sekali adab yang harus diperhatikan oleh orang yang memberi nasehat agar nasehat itu menjadi wasilah seorang hamba menuju pribadi yang lebih baik.
Wallahu a’lam bish shawab