Hal yang pertama yang harus dilakukan oleh seorang hamba adalah menjauhi maksiat sekecil apapun dan tetap waspada agar tidak masuk ke dalam sumur dosa. Sungguh kemaksiatan pasti akan berakhir dengan kecelakaan bagi pelakunya. Di bawah ini terdapat dampak maksiat bagi pelakunya menurut Imam Ibnu Qayyim rahimahullah:
- Diharamkannya ilmu baginya. Sungguh ilmu adalah cahaya yang Allah ta’ala tempatkan di dalam hati hamba-Nya. Sedangkan maksiat akan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Asy-Syafi’i sedang duduk di depan Imam Malik, kemudian Imam Asy-Asyafi’i membacakan kepada Imam Malik, lantas Imam Malik takjub akan kecerdasannya, kepandaiannya, dan pemahamannya. Sehingga ketika itu Imam Malik berkata,
إني أرى الله قد ألقى على قلبك نوراً ، فلا تُطفئه بظلمة المعصية
“Sungguh aku melihat bahwa Allah telah memasukkan cahaya ke dalam hatimu, maka jangan padamkan cahaya tersebut dengan gelapnya maksiat.”
- Diharamkannya rizki untuknya. Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dari Tsauban ia berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
إن الرجل ليُحرم الرزق بالذنب يُصيبه
“Sungguh seseorang benar-benar terhalang dari rizkinya oleh dosa yang ia kerjakan.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah no. 4022 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani di Shohih Ibnu Majah.
- Maksiat menjadikan pelakunya merasa terasing dari Allah, dan menjadikannya asing di mata masusia. Sebagian salaf berkata,
إني لأعصي الله ، فأرى ذلك في خلق دابتي وامرأتي
“Sungguh aku berbuat maksiat kepada Allah, dan aku melihat dampak dari maksiat itu merubah perilaku tungganganku dan istriku kepadaku.”
- Semua urusannya menjadi terasa sulit. Tidaklah pelaku kemaksiatan mendapati urusan, kecuali urusan tersebut terasa sulit baginya untuk diselesaikan atau bahkan ia menjadi tidak mampu menyelesaikannya. Dan seperti itu juga dengan sebaliknya, barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka segala urusannya akan menjadi mudah.
- Pelaku kemaksiatan akan mendapatkan hatinya dalam keadaan gelap. Ia merasakan gelapnya hatinya sebagaimana ia merasakan gelapnya malam. Maka gelapnya kemaksiatan akan mempengaruhi hati sebagaimana gelapnya malam akan mempengaruhi pandangan. Sungguh ketaatan adalah cahaya sedangkan kemaksiatan adalah kegelapan. Semakin pekat kegelapan di dalam hatinya, semakin ia terjatuh dalam kemaksiatan-kemaksiatan yang ia tidak sadari. Sebagaimana orang buta yang berjalan sendirian di tengah malam. Kegelaan maksiat ketika semakin menguat, maka kegelapan tersebut akan terpancar dari matanya, bahkan dari wajahnya. Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata,
إن للحسنة ضياءً في الوجه ، ونوراً في القلب ، وسعةً في الرزق ، وقوةًفي البدن ، ومحبةً في قلوب الخلق ، وإن للسيئة سواداً في الوجه ، وظلمةً في القلب ، ووهناً في البدن , ونقصاً في الرزق ، وبغضةً في قلوب الخلق.
“Sesungguhnya di dalam kebaikan terpancar cahaya di wajah pelakunya, cahaya di hatinya, keluasan dalam rizki, kekuatan di dalam badannya, dan kecintaan di dalam hatinya. Dan sungguh di dalam kemaksiatan terdapat kegelapan yang nampak di wajah pelakunya. Kegelapan di hatinya, kelemahan di badannya, kekurangan dalam rizki, dan kebencian di dalam hatinya.
- Kemaksiatan akan mengakibatkan seseorang merasa berat ketika melaksanakan ketaatan kepada Allah. Satu kemaksiatan dapat memutus begitu banyak rantai ketaatan kepada Allah. Ibarat seseorang yang memakan makanan, kemudia ia menjadi sakit dan tidak diperbolehkan memakan begitu banyak makanan yang jauh lebih enak. Sungguh amat merugi orang yang seperti itu.
- Kemaksiatan adalah ladang yang melahirkan kemaksiatan-kemaksiatan yang lain.
- Kemaksiatan melemahkan keinginan hati untuk taat kepada Allah, dan justru menambah kekuatan hati untuk terus bermaksiat. Ia juga melemahkan keinginan hati untuk bertaubat dan beristighfar. Sehingga kita mendapati istigfar dan taubat orang pembohong yang hanya banyak melantunkan di mulut saja. Sementara hatinya terikat dengan kemaksiatan terus menerus melakukannya.
- Terbiasa dengan maksiat sehingga menganggapnya perkara yang wajar, bukan perkara yang buruk, bahkan jika manusia membicarakan kemaksiatan yang ia kerjakan. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
كلُّ أمتي معافى إلا المجاهرون ، وإنَّ من المجاهرة : أن يستر الله العبد ثم يُصبح يفضح نفسه ويقول : يا فلان عملت يوم كذا .. كذا وكذا ، فيهتك نفسه وقد بات يستره ربه
“Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yang terang-terangan (melakukan kemaksiatan). Diantara orang yang terang-terangan adalah ketika Allah telah menutupi kemaksiatannya, justru ketika pagi hari ia membuka aibnya sendiri seraya mengatakan, “Wahai fulan, saya pada hari ini telah melakukan (maksiat) ini dan ini. Sehingga membuka aibnya sendiri padahal malam hari Rabb-nya telah menutupinya.” (Hadits riwayat Bukhari 5949 dan Muslim 2744)
- Apabila kemaksiatan dilanggengkan, maka ia akan menjadi tabiat dan karakter seseorang sehingga ia senantiasa menjadi orang yang lalai. Allah ta’ala berfirman,
كلا بل ران على قلوبهم ما كانوا يكسبون
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Al-Mutoffifin: 14)
Diterjemahkan dan diringkas dari
https://islamqa.info/ar/answers/23425/المعصية-واثرها-على-صاحبها