Hukum Memberi Nama Anak Dengan Kata Iman, Islam, dan Ad-Din

Dalam masalah memberi nama dengan kata Iman, Islam, dan kata yang disandarkan kepada Ad-Din, maka terdapat dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, Allah mensyariatkan untuk memberi nama anak dengan nama-nama yang baik, dan melarang untuk menggunkan nama-nama yang buruk dan nama-nama yang mengandung tazkiyah (pujian terhadap diri sendiri). Maka dalam nama-nama yang baik pula, terdapat pengkhususan agar nama-nama tersebut dihindari. Yaitu nama-nama yang mengandung tazkiyah , pujian, dan pensucian terhadap dirinya dengan menggunakan nama tersebut. Dari Muhammad bin ‘Amru bin ‘Atha dia berkata; “Aku menamai anak perempuanku ‘Barrah’. Maka Zainab binti Abu Salamah berkata kepadaku; ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang memberi nama anak dengan nama ini. Dahulu namaku pun Barrah, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Janganlah kamu menganggap dirimu telah suci, Allah Taala-lah yang lebih tahu siapa saja sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu.’ Para sahabat bertanya; ‘Lalu nama apakah yang harus kami berikan kepadanya?’ Beliau menjawab: ‘Namai dia Zainab’. (HR Muslim no. 2142)

Berkata Imam Ibnu Hajar, berkata Imam Ath-Thabary,

لَا تَنْبَغِي التَّسْمِيَةُ بِاسْمٍ قَبِيحِ الْمَعْنَى ، وَلَا بِاسْمٍ يَقْتَضِي التَّزْكِيَةَ لَهُ

“Tidak selayaknya memberi nama dengan nama yang buruk maknanya. Dan tidak (layak) juga memberi nama dengan nama yang mengandung pujian kepada dirinya sendiri.”

Kedua, para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan nama Iman. Sebagian dari mereka menganggap bahwa nama Iman mengandung unsur pujian dan penyucian terhadap diri sendiri, sehingga kata Iman dilarang untuk dijadikan sebagai nama. Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya perihal nama Iman, beliau menjawab,

 الذي أرى أن اسم إيمان فيه تزكية ، وقد صح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه غير اسم ” برة ” خوفا من التزكية ، ففي صحيح البخاري (6192) عن أبي هريرة رضي الله عنه : ( أن زينب كان اسمها برة ، فقيل : تزكي نفسها ، فسماها رسول الله صلى الله عليه وسلم زينب ) … وعلى هذا ينبغي تغيير اسم إيمان ؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عما فيه تزكية

“Menurut saya nama Iman mengandung unsur tazkiyah. Telah datang kabar dari Nabi Muhamamd bahwa beliau mengganti seseorang yang bernama ‘Barrah’ lantaran takut dijadikan sebagai pujian terhadap diri sendiri. Di dalam Shahih Al-Bukhari (6192) dari Abu Hurairah ia berkata, ‘Bahwa Zainab dahulu namanya adalah Barrah (kebaikan). Maka dikatakan kepadanya, ‘Engkau memuji dirimu sendiri (dengan nama tersebut).’ Maka Rasulullah menggantinya dengan nama Zainab.” Oleh karena itu, selayaknya seseorang yang bernama Iman untuk menggati namanya, karena Nabi Muhammad melarang nama yang mengandung unsur tazkiyah.” (Majmu’ Fatawa, Ibnu Utsaimin 3/87)

Imam Shalih Al-Fauzan juga pernah ditanya berkenaan dengan nama Iman, Abrar, Ghufran. Beliau menjawab,

لا تحرم التسمية بهذه الأسماء ، ولكن الأولى ترك التسمية بها ؛ لما في ذلك من التزكية ، ولأنه قد يقال ‏:‏ هل هنا إيمان ‏، ونحو ذلك‏ ، فيقال‏ :‏ لا‏

“Tidak haram memberikan nama dengan nama-nama tersebut. Akan tetapi lebih utama meninggalkan penamaan dengan nama-nama tersebut, karena di dalamnya terdapat unsur tazkiyah. Dan karena ketika ditanya, “Apakah disana ada Iman?” atau semisalnya, akan dikatakan, “Tidak (disana tidak ada Iman)” (Al-Muntaqa Fi Fatawa Al-Fauzan no.7947)

Dan sebagian dari para ulama memperbolehkan penggunaan dengan nama Iman dan Islam, karena menurut mereka di dalamnya tidak terdapat unsur tazkiyah. Berkata para ulama Lajnah lil Ifta’,

التسمية بهدى وإيمان : لا نعلم مانعا شرعيا فيها 

“Penamaan dengan nama Huda dan Iman, kami tidak melihat larangan syar’i di dalamnya” (Al-Majmuah Al-Ula, Al-Lajnah Ad-Daimah 11/463)

Begitu pula dengan Syaikh Bin Bazz ketika ditanya berkenaan dengan nama Huda, Nur, dan Iman beliau menjawab,

لا أعلم فيها بأساً

“Di dalamnya (nama-nama tersebut) tidak ada masalah.” (http://www.binbaz.org.sa/mat/9215)

Dan dari pendapat-pendapat di atas, maka bentuk paling hati-hati adalah dengan meninggalkan penamaan dengan menggunakan nama Iman, Islam, dan sesuatu yang disandarkan kepada Ad-Din seperti Syamsuddin, Shalahuddin dan lain sebagainya untuk keluar dari perbedaan pendapat. Karena jika alasan penggunaan nama tersebut adalah bahwa nama tersebut mubah, maka lebih banyak nama mubah yang lain. Apabila sudah terlanjur menggunakan nama tersebut, jika ia mampu dan tidak memberatkan untuk merubah, maka merubahnya lebih baik. Namun jika merubahnya bukan masalah yang mudah, maka tidak mengapa jika ia tetap menggunakan nama-nama tersebut.

Sumber: Diringkas dan diterjemahkan dari

https://islamqa.info/ar/answers/ 222715/حكم-تسمية-الطفلة-بــ-ايمان