Keabadian Neraka
Sehubungan dengan keabadian dan kelanggengan neraka, maka di kalangan manusia ada delapan pendapat.
Pertama: Barangsiapa yang memasukinya, ia tidak akan pernah lagi untuk bisa keluar dari neraka untuk selama-lamanya. Ini adalah pendapat Khawarij dan Mu’tazilah.
Kedua: Para penghuninya akan disiksa. Namun hilag tabi’at mereka yang lama dan akan berganti dengan tabi’at neraka. Sehingga mereka akan terbiasa menjalani hidup di dalam neraka dan mampu untuk bersenang-senang di dalamnya. Ini adalah pendapat dari gembong Al-Ittihadiyah atau sering disebut dengan wihdatul wujud atau manunggaling kawula gusti, yaitu Ibnu ‘Arabi Ath-Tha’i
Ketiga: Para penghuninya akan disiksa sampai batas waktu tertentu, kemudian akan dikeluarkan darinya dan digantikan oleh kaum yang lain. Ini adalah pendapat yang dilontarkan oleh Yahudi kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, namu Nabi-pun mengingkari hal tersebut. Hal ini sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Bukhari no. 3169. Allah sendiri juga mengingkarinya dengan firman-Nya:
وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدَةً ۗ قُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ عَهْدَهٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْن. بَلٰى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَّاَحَاطَتْ بِه خَطِيْۤـَٔتُه فَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ.
“Dan mereka berkata, ‘Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.’ Katakanlah, ‘Sudahkah kamu menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, ataukah kamu mengatakan tentang Allah, sesuatu yang tidak kamu ketahui.’ Bukan demikian! Barangsiapa berbuat keburukan, dan dosanya telah menenggelamkannya, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 80-81)
Keempat: Semua penghuni neraka akan keluar, sehingga neraka tidak lagi berpenghuni dan kembali seperti semua tanpa ada seorangpun di dalamnya.
Kelima: Sesungguhnya neraka itu sendiri akan punah. Karena seluruh makhluk tidak ada yang abadi. Ini adalah pendapat Jahm bin Shofwan dan pengikut-pengikutnya. Bagi mereka tidak ada bedanya antara surga dan neraka.
Keenam: Di dalamnya seluruh aktivitas penghuninya akan berhenti, mereka akan berubah menjadi benda padat. Tidak lagi merasakan saki. Ini adalah pendapat Abu Hudzail Al-‘Allaf.
Ketujuh: Allah akan mengeluarkan dari neraka siapa yang Dia kehendaki, sebagaimana yang diriwayatkan dalam As-Sunnah. Lalu Allah akan menetapkan neraka itu selama beberapa waktu, setelah itu Dia akan memusnahkan neraka. Jadi Allah menetapkan eksistensi neraka hanya dalam kurun waktu yang terbatas.
Kedelapan: Allah akan mengeluarkan darinya siapa yang Dia kehendaki, sebagaimana diriwayatkan dalam As-Sunnah. Tinggallah didalamnya orang-orang kafir untuk selama-lamanya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaikh Ath-Thahawi Rahimahullah. Selain dari pendapat ini, semuanya adalah bathil.
Kefanaan Neraka
Di antara dalil-dalil yang digunakan untuk oleh kelompok yang berpendapat bahwa neraka itu fana adalah firman Allah,
قَالَ النَّارُ مَثْوٰىكُمْ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ
“Allah berfirman, ‘Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana, Maha Mengetahui.” (Al’An’am: 128)
Allah juga berfirman,
وَاَمَّا الَّذِيْنَ سُعِدُوْا فَفِى الْجَنَّةِ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ اِلَّا مَا شَاۤءَ رَبُّكَۗ عَطَاۤءً غَيْرَ مَجْذُوْذٍ
“Dan adapun orang-orang yang berbahagia, maka (tempatnya) di dalam surga; mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tidak ada putus-putusnya.” (Hud 108)
Mereka beranggapan bahwa neraka adalah konsekuensi dari kemurkaan Allah, sebagaimana surga adalah konsekuensi dari rahmat Allah. Sedangkan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Setelah Allah menciptakan seluruh makhluk, Allah menulis sebuah buku yang ada di sisi-Nya di atas ‘Arsy: “Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku.” (HR Bukhari no 7404 dan Muslim no 2751)
Allah berfirman,
قَالَ عَذَابِيْٓ اُصِيْبُ بِه مَنْ اَشَاۤءُۚ وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“(Allah) berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (Al-A’raf: 156)
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa rahmat-Nya meliputi orang-orang yang disiksa itu. Kalau mereka mendekam dalam adzab tanpa batas waktu, berarti mereka tidaklah terliputi rahmat tersebut.
Pendapat Bahwa Neraka Adalah Kekal
Diantara dalil yang digunakan sebagai landasan dalam perndapat ini adalah firman Allah,
يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنَ النَّارِ وَمَا هُمْ بِخَارِجِيْنَ مِنْهَا ۖوَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ
“Mereka ingin keluar dari neraka, tetapi tidak akan dapat keluar dari sana. Dan mereka mendapat azab yang kekal.” (Al-Maidah: 37)
لَا يُفَتَّرُ عَنۡهُمۡ وَهُمۡ فِيۡهِ مُبۡلِسُوۡنَۚ
“Tidak diringankan (azab) itu dari mereka, dan mereka berputus asa di dalamnya.” (Az-Zukhruf: 75)
اِلَّا طَرِيْقَ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗوَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا
“Kecuali jalan ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan hal itu (sangat) mudah bagi Allah.” (An-Nisa’: 169)
وَقَالَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا لَوْ اَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّاَ مِنْهُمْ ۗ كَمَا تَبَرَّءُوْا مِنَّا ۗ كَذٰلِكَ يُرِيْهِمُ اللّٰهُ اَعْمَالَهُمْ حَسَرٰتٍ عَلَيْهِمْ ۗ وَمَا هُمْ بِخَارِجِيْنَ مِنَ النَّارِ ࣖ
“ Dan orang-orang yang mengikuti berkata, “Sekiranya kami mendapat kesempatan (kembali ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka, sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal per-buatan mereka yang menjadi penyesalan mereka. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Al-Baqarah: 167)
Artinya adalah kekal dan terus-menerus. Mereka yang dikeluarkan dari neraka adalah mereka yang memiliki iman di dalam hatinya, walaupun hanya sedikit saja. Sedangkan mereka yang tidak memiliki keimanan, maka mereka akan kekal. Jika mereka kekal, lantas tempat yang dijadikan mereka berkumpul tentulah juga kekal.
Wallahu A’lam
Sumber: Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Abdul Hammad Al-Ghunaimi, Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, Dasar-dasar Aqidah menurut ulama salaf. Penerbit Pustaka Tibyan, Solo