Titian Antara Surga dan Neraka

Matan

ونؤمن بالبعث، وجزاء الأعمال يوم القيامة، والعرض، والحساب، وقراءة الكتاب، والثواب، والعقاب، والصراط، والميزان

“Kita mengimani Hari Kebangkitan dan balasan amal perbuatan pada Hari Kiamat. Kita juga mengimani penyingkapan amal perbuatan, hisab, pembacaan catatan amal,ganjaran baik dan siksa, juga shirat dan mizan di Hari Kiamat.”

Keterangan

Ash-Shirat adalah titin di atas Jahannam. Yaitu apabila manusia telah keluar dari Mahsyar menuju kegelapan, sebelum sampai ke titian. Aisyah pernah bertutur, sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam pernah ditanya, “Dimanakah manusia berada tatkala bumi dan Langi diganti dengan bumu dan langit yang lainnya?” Beliau menjawab, “Mereka berada di kegelapan, sebelum sampai ke titian.” (Hadits Riwayat Muslim no. 315)

Di tempat itulah kaum mukminin berpisah dengan orang-orang munafik. Orang-orang munafik akan tertinggal, dan kaum mukminin mendahului mereka. Di antara mereka ada pagar yang menghalangi untuk saling bertemu. Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya sendiri dari Masruq, dari Abdullah Ibnu Mas’ud, bahwa ia berkata, “Allah akan mengumpulkan manusia pada Hari Kiamat nanti.” Sampai pada ucapan beliau, “Mereka akan dianugerahi cahaya sesuai dengan amal perbuatan mereka.” Beliau lantas melanjutkan, “Di antaranya ada yang memperoleh cahaya seperti gunung di hapapannya. Ada juga yang mendapatkan cahaya lebih besar dari itu. Ada juga yang mendapatkan cahaya sebesar pokok kurma disebelah kananya. Sampai yang paling ujungnya, ada yang mendapatkan cahaya cuma di ujung jempol kakinya. Sebentar menyala, lalu mati lagi. Dan apabila sedang mati, ia tegak berdiri.” Lalu ia melanjutkan, “Maka orang itu dan yang lainnya melewati titian tadi. Sedangkan titian itu pipih bagaikan mata pedang, licin dan tajam. Diperintahkan kepada mereka, ‘Lewatlah kalian menuruti cahaya masing-masing.’ Di antara mereka ada yang lewat bagaikan lesatan bintang-bintang. Di antaranya ada yang lewat bagaikan angin. Ada juga yang lewat bagaikan kejapan mata. Ada juga yang seperti kuda tunggangan yang kencang. Ada lagi yang berjalan cepat. Mereka semua berjalan sesuai dengan kadar amal perbuatannya. Sampai datang orang yang cahayanya cuma di ujung jempol kakinya untuk lewat. Sekali satu tangannya dikedepankan, yang lain terpaksa digantungkannya. Sekali kaki yang satu kedepan, yang lain juga harus ditahan kuat-kuat. Pinggir-pinggir tubuhnya sempat juga menyentuh api Jahannam. Maka selamatlah mereka sampai ke seberang. Ketika sampai, mereka berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari kamu (neraka) setelah terlebih dahulu memperlihatkan dirimu kepada kami. Sungguh Allah telah menganugerahkan kepada kami apa yang tidak pernah Dia berikan kepada siapapun.” (Hadits secara mauquf pada Ibnu Mas’ud dikeluarkan oleh Al-Hakim II: 376-377)

Pengertian Al-Wurud

Para ulama ahli tafsir berselisih tentang pengertian Al-Wurud yang tercantum dalam firman Allah:

وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا

“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.” (Maryam: 71)

Para ulama berselisih tentang makna “mendatangi” dalam ayat tersebut. Mereka berselisih apakah setiap orang pasti akan masuk ke dalam nereka atau hanya melewati saja. Pengertian yang dzahir dan yang paling kuat adalah melewati neraka melalui titian tanpa harus masuk ke dalamnya.

Dalam Ash-Shahihah disebutkan bahwa Rasulullah bersabda,

الذي نفسي بيده لا يلجُ النارَ أحدٌ بايعَ تحت الشجرةِ

“Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya. Tidak akan pernah masuk ke dalam neraka orang yang pernah berbai’at di bawah pohon.”

Lantas Hafsah bertanya, “Bukankan Allah berfirman:

“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.” (Maryam: 71)

Maka beliau menjawab, “Apakah kamu tidak mendengarkan lanjutan ayat tersebut? Allah berfriman:

ثُمَّ نُنَجِّى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّنَذَرُ الظّٰلِمِيْنَ فِيْهَا جِثِيًّا

“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.” (Hadist Riwayat Muslim no. 24967)

Beliau mengisyaratkan bahwa mendatangi neraka bukan berarti seseorang harus masuk ke dalam neraka dan disiksa di dalamnya. Sebagaimana selamat dari kejahatan bukan berarti seseorang harus mendapatkan kejahatan terlebih dahulu. Meraka hanya datang ke neraka melalui titian untuk melewatinya.

Titian Kedua

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan, “Sesungguhnya kaum mukminin apaila telah menyeberangi sirath, mereka akan berhenti di titian atara surga dan neraka. Sebagian di antara mereka diqishah untuk sebagian yang lain (membalas perilaku zhalim di dunia). Apabila mereka telah dicuci dan dibersihkan dari dosa-dosanya, mereka baru diizinkan masuk ke surga.” (Hadits Riwayat Bukhari 244)

Imam Al-Qurthubi dalam kitabya, At-Tadzkirah menganggap bahwa titian Qantharah ini sebagai titian kedua yang khusus bagi kaum mukminin. Tak seorangpun di antara mereka yang akan jatuh ke dalam neraka.

Wallahu A’lam

Sumber: Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Abdul Hammad Al-Ghunaimi, Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, Dasar-dasar Aqidah menurut ulama salaf. Penerbit Pustaka Tibyan, Solo