Matan
ونؤمن بالبعث، وجزاء الأعمال يوم القيامة، والعرض، والحساب، وقراءة الكتاب، والثواب، والعقاب، والصراط، والميزان
“Kita mengimani Hari Kebangkitan dan balasan amal perbuatan pada Hari Kiamat. Kita juga mengimani penyingkapan amal perbuatan, hisab, pembacaan catatan amal,ganjaran baik dan siksa, juga shirat dan mizan di Hari Kiamat.”
Keterangan
Allah Ta’ala memberi kabar berkenaan dengan Al-Mizan atau Timbangan dengan firman-Nya,
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حٰسِبِيْنَ
“Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.” (Al-Anbiya’: 47)
Imam Al-Qurthubi berkata, “ Para Ulama menyatakan apabila hisab telah selesai, baru ditimbanglah amal perbuatan. Ditimbangnya amal agar dapat diberikan balasannya. Maka seyogyanya ia terjadi setelah penghisaban untuk menetapkan amal perbuatan. Sedangkan penimbangan untuk menetapkan ukuran amalan perbuatan tersebut agar diberi ganjaran yang setimpal.” (At-Tadzkirah hal.359)
Menimbang Catatan-Catatn Amal Perbuatan
Telah diterangkan di dalam As-Sunnah bahwa neraca timbangan itu memiliki dua sisi piring timbangan yang tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan. Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Abu Abdirrahman Al-Hubuli bahwa ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah melepas seorang dari kalangan umatku ke tengah-tengah kerumunan para manusia pada Hari Kiamat. Lalu Allah membeberkan 99 arsip catatan amal. Masing-masing arsip tersebut seluas mata memandang. Kemudian Allah bertanya, ‘Apakah ada yang kamu sanggah dari catatan ini? Apakah malaikat pencatat mendzalimimu?’ Ia menjawab, ‘Tidak wahai Rabbku.’ Allah bertanya kembali, ‘Apakah kamu memiliki alasan, atau mepunyai kebaikan?’ Lelaki itupun terbungkam, lalu berkata, ‘Tidak ada wahai Rabbku.’Allah berfirman, ‘Memang, tetapi kamu masih memiliki satu kebaikan. Tidak ada lagi yang akan mendzalimi kamu sejak hari ini.’ Lalu dikeluarkanlah sejenis kartu yang bertuliskan
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Allah berfirman, ‘Bawalah kartu itu kemari!’ Lelaki itu bertanya, ‘Apa gerangan hubungan kartu itu dengan catatan-catatan amalku ini?’ Allah berfirman, ‘Engkau tidak akan terdzalimi.’ Maka catatan-catatan amal itupun diletakkan pada salah satu sisi piringan timbangan, sedangkan kartu tadi diletakkan pada sisi yang lain.
“Maka catatan-catatan itupun berterbangan dan kartu itupun lebih berat. Tiada satupun dari amal itu yang lebih berat timbangannya dibanding nama Allah Yang Maha Rahman dan Rahim.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi 2639, Ibnu Majah 4300 dan Al-Hakim I: 529)
Penimbangan Pelaku Amal Perbuatan
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hrairah, dari Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya akan datang pada Hari Kiamat nanti seorang lelaki yang tinggi besar, namun di sisi Allah tak lebih berat dari sayap nyamuk.” Beliau lalu bersabda, “Kalau kalian ingin mengetahuinya bacalah firman Allah (Surat Al-Kahfi ayat 105)
فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًا
“Dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.” (Hadits Riwayat Bukhari no. 4729 dan Muslim 2785)
Imam Ahmad meriwayatkan dri Ibnu Mas’ud bahwa ia pernah mencabut Araak untuk dijadikan siwak. Dan kedua betis beliau sangat kecil. Ketika angin berhembus, tersingkaplah kedua betis beliau itu. Maka orang-orang pun tertawa. Kemudian Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
مما تضحكون؟ قالوا: يا نبي الله من دقة ساقيه، فقال: والذي نفسي بيده لهما أثقل في الميزان من أُحُد.
“Apa yang kalian tertawakan?” Mereka menjawab, “Kedua betisnya yang kurus itu.” Maka beliau menjawab, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanyan-Nya, sungguh kedua betis itu lebih berat timbangannya di sisi Allah daripada gunung Uhud.” (Hadits Riwayat Ahmad I: 421-422)
Dalam hal ini, terdapat pelajaran yang amat besar yaitu bahwa orang yang beramal akan ditimbang sekaligus dengan amal yang ia kerjakan.
Telah diriwayatkan juga dalam beberap hadits yang menjelaskan bahwa selain orang, amal perbuatan juga ditimbang. Sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Muslim, dari Abu Malik Al-Asy’ari, dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
الطهور شطر الإيمان، والحمد لله تملأ الميزان.
“Bersuci adalah separuh keimanan dan (ucapan) Alhamdulillah itu memenuhi timbangan.” (Hadits Riwayat Muslim no. 223)
Dalam hadits tersebut mengisyaratkan bahwa kelak yang akan ditimbang adalah amal perbuatan yang dikerjakan semasa hidupnya di dunia. Maka dari menggabungkan dua hadits di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kelak yang akan ditimbang adalah tubuh kita secara fisik dan amal perbuatan kita.
Wallahu A’lam bish-Shawab
Sumber: Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Abdul Hammad Al-Ghunaimi, Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, Dasar-dasar Aqidah menurut ulama salaf. Penerbit Pustaka Tibyan, Solo