Al-Haudh Telaga Terkhusus Kaum Nabi Muhammad

 

Matan

والحوض الذي أكرمه الله تعالى به غياثاً لأمته حق.

“Haudh atau telaga Al-Kautsar yang dihadikan Allah kemuliaan bagi Nabi Muhammad dan pertolongan bagi umatnya adalah benar.”

Keterangan

Hadits-hadits yang meriwayatkan tentang Al-Haudh sudah mencapai derajat mutawatir. Kalangan Sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut mencapai tiga puluh orang. Diantara hadits-hadits tersebut sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  bersabda

إنَّ قَدْرَ حَوْضِي كما بيْنَ أيْلَةَ وصَنْعاءَ مِنَ اليَمَنِ، وإنَّ فيه مِنَ الأبارِيقِ كَعَدَدِ نُجُومِ السَّماءِ.

“Sesungguhnya luas Al-Haudh itu antara Iilah sampai ke Shan’a di Yaman. Dan sesungguhnya di dalamnya terdapat cawan-cawan air sebanyak bintang di langit.” (Hadits Riwayat Bukhari no. 2580 dan Muslim no. 2303)

Yang dapat disimpulkan dari hadits-hadits tersebut adalah gambaran Al-Haudh atau telaga yang sangat besar, merupakan sumber air yang mulia yang dikhususkan untuk ummat Nabi Muhammad. Dianugerahkan sebagai minuman Jannah dari telaga Kautsar. Sebuah telaga yang digambarkan putih layaknya susu, lebih dingin daripada es, lebih manis dari madu, dan lebih wangi daripada minyak kasturi. Luasnya amat sangat. Panjang dan lebarnya sama. Antara satu sudut dan sudut yang lain berjarak satu bulan perjalanan. Dalam sebagaian hadits disebutkan “Setiap kali airnya diteguk, airnya semakin bertambah dan telaga itu semakin luas. Dan di tanah yang lembut ia menumbuhkan kasturi, dan bebatuan kecil, mutiara, dan batangan emas. Ia juga memunculkan bercorak ragam batu permata. Maha Suci Allah Maha Pencipta yang tidak dapat dikalahkan oleh sesuatu apapun.”

Adapun Al-Haudh diperlihatkan sebelum Ash-Shirat karena kaum yang murtad sepeninggal nabi Muhammad tidak akan melewati Ash-Shirat. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Jundub bin Abdillah Al-Bajali, ia bertutur, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  bersabda

أنا فطركم إلى الحوض

“Saya adalah pendahulu kamu sekalian menuju Al-Haudh.” (Hadits Riwayat Bukhari no. 6589 dan  Muslim 2289)

Imam Al-Qurtgubi Rahimahullah Ta’ala menyatakan di dalam At-Tadzkirah, “Ada perselisihan tentang Al-Mizan dan Al-Haudh mana yang lebih dahulu diperlihatkan. Ada yang berpendapat Al-Mizan lebih dahulu diperlihatkan, dan ada juga yang berpendapat sebaliknya.” Abu Hasan Al-Qabisi menyatakan, “Yang benar bahwa Al-Haudh lebih dahulu.” Al-Qurthubi menanggapi, “Secara arti, pendapat tersebut terdukung karena manusia keluar dari kubur-kubur mereka dalam keadaan haus. Maka Al-Haudh didahulukan daripada Al-Mizan dan Ash-Shirat.” Kemudian Al-Qurthubi melanjutkan, “Jangan sampai terbesit dalam pikiranmu bahwa Al-Haudh itu ada di bumi kita ini. Al-Haudh terletak di bumi yang putih terhampar laksana perak, tidak pernah tertumpah darah di atasnya. Dan tidak pernah ada yang berbuat dzalim di sana. Semua akan nampak, menyambut kedatangan Yang Maha Perkasa untuk memutuskan perkara.” (At-Tadzkirah hal. 350)

Semoga Allah membinasakan mereka yang mengingkari adanya Al-Haudh itu. Dan sudah sepantasnya mereka terhalangi untuk menikmati air telaga tersebut di hari yang penuh rasa haus itu.

Wallahu A’lam bish-Shawab

Sumber: Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Abdul Hammad Al-Ghunaimi, Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, Dasar-dasar Aqidah menurut ulama salaf. Penerbit Pustaka Tibyan, Solo