Nikmat Dan Adzab Kubur

Kematian merupakan hakikat yang menakutkan. Dia akan mendatangi seluruh makhluk hidup dan tidak ada yang kuasa untuk menolak maupun menahannya. Kematian merupakan ketetapan Allâh Azza wa Jalla, maka sudah sepantasnya bagi setiap orang untuk bersiap diri menghadapinya dengan iman sejati dan amal shalih yang murni.

Dan fase setelah kematian adalah fase yang sangat berat dan menakutkan. Barang siapa yang berhasil selamat dari keburukannya, maka jalan  yang ia tempuh setelahnya akan menjadi mudah. Namun barang siapa yang terkena adzab ketika melawati fase tersebut, maka jalan ia tempuh setelahnya akan menjadi berat dan penuh dengan siksaan.

Dari Hani’ Radhiyallahu anhu, bekas budak Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu , berkata, “Kebiasaan Utsman Radhiyallahu anhu jika berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya. Lalu beliau Radhiyallahu anhu ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini (melihat kubur), (Mengapa demikian?)’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat. Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.’”(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah; dihasankan oleh syaikh al-Albâni.)

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

”Seorang hamba ketika diletakkan didalam kuburnya dan ditinggal pergi sahabat-sahabatnya sampai-sampai ia mendengar terompah mereka, maka datanglah kepadanya dua malaikat dan mendudukannya. Mereka bertanya kepadanya, ‘Apa yang kamu katakana tentang laki-laki bernama Muhammad Shalallahu Alaihi wa Salla mini? Maka ia menjawab, Saya bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.’ Maka dikatakanlah kepadanya, ‘Lihatlah, tempatmu (yang semula)dari api neraka telah Allah ganti dengan tempat dari surga.’ Sehingga ia melihat keduanya (surga dan neraka). Adapun orang kafir atau orang munafik, maka ia aka menjawab, ‘Aku tidak tahu, aku hanya mengatakan apa yang dikatakan orang-orang.’ Sehingga dikatakan kepadanya, ‘Kamu tidak tahu dan tidak membaca?’ Kemudian dia dipukul dengan palu besi dengan sekali pukulan antara kedua telinganya hingga teriakannya terdengar oleh siapa yang di sekitarnya kecuali jin dan manusia.” (Hadits riwayat al-Bukhari no. 1338 dan Muslim no. 1870)

Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang telah meninggal dunia dan memasuki alam kubur, maka ia akan melewati fase itu dalam dua keadaan; mendapatkan nikmat kubur atau mendapatkan adzab kubur. Adapun adzab kubur diperuntukkan bagi mereka yang kufur kepada Allah, mereka yang berlaku munafik, dan mereka yang bermaksiat kepada Allah dari kalangan orang yang beriman. Sedangkan nikmat kubur diperuntukkan bagi mereka yang beriman kepada Allah dan beramal shalih.

Adzab Kubur

Adzab kubur terbagi menjadi dua. Pertama, adzab kubur yang terjadi secara terus menerus dan tidak terputus sampai hari kiamat. Adzab ini diperuntukkan bagi orang kafir dan munafik. Allah ta’ala berfirman,

ٱلنَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ أَدْخِلُوٓا۟ ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ ٱلْعَذَابِ

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”.” (Ghafir: 46)

Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar didalam kitabnya Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir menjelaskan,

“Arwah-arwah mereka ditunjukkan kepada neraka saat berada di alam barzah (alam setelah kematian dan sebelum kiamat) setiap pagi dan sore untuk membuat mereka gelisah. Ditampakkan pula azab yang menimpa jasad mereka, meskipun jasadnya telah  hancur. Dan adzab kubur itu abadi bagi mereka.”

Kedua, Adzab yang mempunyai tempo panjang kemudian terputus. Yaitu adzab bagi orang-orang yang berbuat maksiat dari kalangan hamba yang muwahhidiin (mengesakan Allah). Mereka diadzab sesuai dengan kadar kejahatan yang dilakukan, kemudian diringankan adzab mereka, atau dihilangkan adzab tersebut oleh Allah dengan sebab rahmat-Nya. Atau karena adanya penghapusan dosa dari shadaqah jariah atau ilmu yang bermanfaat atau anak saleh yang berdo’a untuknya dan semisalnya.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, Rasulullah  Shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

إن أحدكم إذا مات عرض عليه مقعده بالغداة والعشي إن كان من أهل الجنة فمن أهل الجنة وإن كان من أهل النار فمن أهل النار فيقال هذا مقعدك حتى يبعثك الله يوم القيامة. متفق عليه

“Sesungguhnya jika salah seorang dari kalian meninggal dunia, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya (di akhirat nanti) pada pagi dan petang hari. Jika termasuk penghuni surga, maka ia akan menghuni surga, dan jika termasuk penghuni neraka, maka ia akan menghuni neraka. Dan dikatakan kepadanya, “Inilah tempat tinggalmu hingga Allah membangkitkanmu di hari kiamat.” (Muttafaqun Alaihi, dikeluarkan oleh al-Bukhari no. 1379 dan Muslim no. 2866)

Nikmat Kubur

Selain siksa kubur, Allah ta’ala juga menjanjikan nikmat kubur bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih. Mereka akan diberikan imbalan berupa nikmat kubur dengan berbagai macam dan bentuknya. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Fushshilat : 30)

Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi mengatakan didalam kitabnya An-Nafahat Al-Makkiyah,

“Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang para wali-Nya, dimana di dalamnya terdapat dorongan agar mengikuti mereka. Yakni istiqamah diatas tauhid dan kewajiban lainnya. Mereka mengakui dan mengatakan dengan keridhoan bahwa Rabbnya adalah Allah, berserah diri kepada perintah-Nya dan istiqamah di atas jalan yang lurus baik yang berupa ilmu maupun amal, maka mereka –sebagaimana diterangkan dalam ayat di atas- mendapatkan kabar gembira (nikmat kubur) dalam kehidupan dunia dan akhirat, kematian dan peristiwa setelahnya. Yakni ditiadakan dari mereka sesuatu yang tidak mereka inginkan (adzab kubur).”

Dari al-Bara’ bin Azib Radhiyallahu anhu, Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam ,

…ينادي مناد من السماء: أن صدق عبدي، فأفرشوه من الجنة، وألبسوه من الجنة، وافتحوا له باباً إلى الجنة، قال: فيأتيه من روحها وطيبها، ويفسح له في قبره مدّ بصره. أخرجه أحمد و أبو داود

“…dari langit terdengar suara menyeru, ‘Sungguh hamba-Ku berkata jujur, maka hamparkanlah dia di surga, pakaikanlah ia dari pakaian surga dan bukakan baginya pintu menuju surga.’ Rasulullah bersabda, “Maka datanglah kepadanya angin dan wewangian surga serta kuburnya diluaskan sepanjang mata memandang.” (Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Ahmad no 18733 dan Abu Dawud no 4753.)

Wallahu a’lam bish shawab

Sumber: Ensiklopedia Islam Al-Kamil karya Syaikh Muhammad bin Ibrahimbin Abdullah at- Tuwaijiri