Khutabi rahimahullah berkata, “As Samii’ (Maha Mendengar) artinya Allah mendengar rahasia dan bisikan, baik keras maupun pelan, diucapkan atau tidak.
Di antara makna As-Samii’ adalah Dia yang mengabulkan hamba-Nya ketika menghadap kepada-Nya. Ini sebagaimana terdapat dalam doa
اللهم إني أعوذ بك من قلب لا يخشع ومن دعاء لا يُسمع .. ” صحيح الجامع
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari hati yang tidak khusyu dan dari doa yang tidak di dengar.’ (Shahih Jaami)
Maksud didengar di sini adalah dikabulkan. Doa yang tidak didengar maksudnya doa yang tidak dikabulkan.
Makna As-Sam’u (mendengar)
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa as-sam’u memiliki 4 makna:
1. Pendengaran pengetahuan. Ini berkaitan dengan suara. Sebagaimana firman Allah Ta’ala
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ “ [المجادلة:1
Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (Al-Mujadilah: 1)
(لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ ( آل عمران:181
Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.” (Ali Imran: 181)
2. Pendengaran pemahaman. Ini berkaitan dengan makna. Di antaranya firman Allah ta’ala
لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا .. (البقرة:104
“Janganlah kamu katakan, raa’inaa, tetapi katakanlah, “Unzhurnaa” dan dengarkanlah” (Al Baqarah: 104).
Maksudnya bukan sebatas ucapan. Tetapi pendengaran pemahaman.
3. Pendengaran yang mengabulkan dan pemberian atas yang diminta. Di antaranya terdapat dalam ucapan kita dalam i’tidal سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ (Allah mendengar siapa yang memuji-Nya). Maksudnya Ya Allah kabulkanlah dan berilah (permintaan) siapa yang memuji=Mu.
4. Pendengaran ketundukan dan menerima
سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ ( المائدة:41
“Mereka sangat suka mendengar berita bohong.”(Al-Maidah: 41)
Maksudnya menerimanya dan tunduk.”
Juga firman Allah Ta’ala:
وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ [التوبة:47
“Sedang di antara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka,” (At Taubah: 47)
Artinya di antara kalian ada yang mendengarkan dengan menerima dan tunduk.
Penyebutan Kata As Samii’ dalam Al Quran
Di dalam Al-Quran kata As samii’ disebutkan sebanyak 45 kali. Ini Menunjukkan betapa pentingnya nama tersebut. Di antaranya firman Allah Ta’ala
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Wahai Rabb kami terimalah dari kami(amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah: 127)
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Katakanlah: “Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?” Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al Maidah: 76).
Dalam Ayat di atas kata As-Samii’ digabungkan dengan kata Al-‘Aliim (Yang Maha Mengetahui).
Kata As-Samii’ kadang digabungkan dengan kata Al-Bashiir (Maha Mendengar). Sebagaimana firman Allah Ta’ala
( مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ ( لقمان:28
“Menciptakan dan membangkitkan kamu (bagi Allah) hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja (mudah). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Luqman: 28)
Kadang pula digabungkan dengan kata Al-Qarib (Maha Dekat), sebagaimana terdapat dalam firman Allah Ta’ala:
(50: إنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ( سبأ
“Sesungguhnya Ia Maha Mendengar lagi Maha Dekat”(Saba’: 50)
Tuntutan keimanan dengan nama As- Samii’
1. Menetapkan sifat Allah As-Samii’ sebagaimana Allah telah menyifati dirinya.
Dialah Allah maha mendengar yang memiliki pendengaran, dan kami menyifatiNya dengan sifat yang Allah tetapkan untuk dirinya tanpa pembatasan dan takyif . Allah SWT berfirman
(11:لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (الشورى
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11)
2. Pendengaran Allah tidak seperti pendengaran salah satupun dari makhlukNya
Pendengaran Allah meliputi semua yang bisa didengar. Tidak ada satupun yang lewat dari pendengaran Allah Ta’ala baik yang tersembunyi maupun yang nampak.
Dari Urwah bin Zubair dari Aisyah semoga Allah meridhaiNya berkata, “Segala puji bagi Allah yang pendengarannya meliputi semua suara. Telah datang seorang wanita mengadukan kepada Nabi dan saya berada di pojok rumah. Wanita tersebut mengadukan suaminya dan aku tidak mendengarkan apa yang ia katakan. Lalu turunlah firman Allah ” قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا (Allah telah mendengar ucapan wanita yang mengadukan suaminya kepadamu). (HR Ibnu Majah dan dibenarkan oleh AlBani)
3. Allah tidak menerima doa orang yang yang lalai dan riya ketika berdoa. Allah hanya menerima doa dari orang yang berdoa dengan ikhlas. Dari Abdurrahman bin Yazid berkata, “Rabi mendatangi Al-Qomah pada hari Jumat. Jika aku tidak berada di sana, mereka mengutus utusan kepadaku. Suatu ketika ia datang dan aku tidak ada di sana. Lalu Alqamah bertemu denganku dan berkata, ‘Apakah engkau tidak tahu apa yang dibawa oleh Ar-Rabi’?’ Ia berkata, ‘Tahukah engkau alangkah banyak manusia berdoa dan alangkah sedikit yang dikabulkan? Hal itu karena Allah tidak menerima doa kecuali (yang dipanjatkan dengan) ikhlas.’ Lalu aku berkata, ‘Tidaklah Abdullah telah mengucapkan doa demikian?’ Ia bertanya, ‘Apa yang telah diucapkan Abdullah?’ Ia berkata, ‘Aku menjawab, ‘Abdullah berkata, ‘Allah tidak mendengar (doa) orang yang memperdengarkan (doanya), tidak pula yang memamarekan (doanya) dan tidak pula yang bermain-main (dalam doanya) kecuali seorang yang berdoa yang doanya itu mantap dari hatinya.’ Lalu apakah ia menyebut Al Qamah?’ Jawabannya, ‘Ya’.” (Shahih Adabul Mufrad)
Bagian seorang mukmin dengan nama ini
1. Allah mendengar bisikan hatimu
Maka waspadalah bila Allah mendapati hatimu berpaling dariNya dan mengharapkan selain yang tidak diridhaiNya.
2. Senantiasa berdoa (meminta) kepada Allah
Dialah Allah yang Maha Mendengar maka sandarkanlah dan serahkanlah dirimu kepada Allah dengan banyak berdoa. Dan ambillah sebab dikabulkannya doa sampai doamu pantas untuk dikabulkan.
Berdoalah kepada Allah semantara kamu yakin akan dikabulkan. Di waktu waktu yang mustajab.
3. Banyak mengadu dan melapor kepada Allah
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّه (يوسف : 86
Yakub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku,” (Yusuf: 86)
Maksudnya banyak mengadu. Seperti kondisi orang sakit yang merintihkan sakitnya
Demikian juga dengan Nabi Ibrahim alahis salam,
(114 إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ (التوبة
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.”
Haliim (penyantun) di antara manusia artinya punya rasa kasih sayang kepada makhluk dan berlapang dada dari kesalahan yang terjadi.
Maka periksalah kondisi dirimu terhadap Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Yang mendengar ucapanmu dan melihat tempatmu dan mengetahui rahasiamu dan bisikanmu.
4. Allah Taala mendengar doamu setiap saat
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (الإسراء: 110
“dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” (Al Isra: 110)
Baik doa itu dikeraskan atau dipelankan Allah mendengarmu, maka serulah Allah dengan suara yang bisa mengantarkan kepada kekhusuan dan keikhlasan.
5. Senantiasa muraqabah (merasa diawasi) Allah baik sembunyi maupan terang-terangan
Orang mukmin yang bertauhid merasa diawasi Allah ketika sendiri maupun bersama orang banyak. Karena ia tahu bahwa Rabbnya dari atas arsy mendengarnya dan mengetahui kerahasiannya dan bisikannya. Allah berfirman
80: أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ ( الزخرف
“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” (Az Zukhruf: 80)
Maka orang yang benar dalam tauhidnya kepada Rabbnya yang Maha Mendengar, ia tidak akan mendengarkan kecuali apa yang dicintai dan diridhai Rabbnya
6. Jagalah pendengaranmu, Allah akan mengabulkan doamu.
Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Mendengar dan mengabulkan doa. Maka seyogyanya seorang hamba tidak mendengarkan kecuali apa yang dicintai dan diridhaoi Allah. Jika seorang hamba memalingkan pendengarnnya kepada apa yang tidak diridhai-Nya seperti mendengarkan musik atau hal yang munkar maka hukumannya adalah sesuai dengan amalnya, doanya tidak diterima
7. Siapa yang ingin ketenaran dan menyiarkan sebutan baik, Allah akan memperdengarkannya.
Artinya Allah akan menampakannya kepada semua makhluk pada hari kiamat. Rasulullah shallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
من سمَّع سمَّع الله به ، ومن يرائي يرائي الله به متفق عليه
“Barangsia yang sum’ah (memperdengarkan amal kebaikannya supaya dipuji), niscaya Allah akan memperdengarkan (keburukan amalnya). Dan barangsiapa yang riya’ (memperlihatkan amal kebaikannya supaya dipuji), niscaya Allah akan memperlihatkan (keburukan amalnya).”
Bagaimana kita berdoa dengan nama As Samii’
Doa dengan nama Allah As-Samii’ terdapat dalam beberapa tempat di Al Quran dan hadits. Antara lain:
Doa Nabi Ibrahim alahis salam,
وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Al Baqarah: 127)
Doa istri Imran,
اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرَانَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Ali Imran: 35)
Doa Zakaria alaihis salam,
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهٗ ۚ قَالَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ
“Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (Ali Imran: 38)
Dari Aban bin Utsman berkata, Aku mendengar ayahku berkata, Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba berkata di setiap pagi dan setiap sore dengan
بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شيء في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم
“Dengan nama Allah yang dengan namanya tidak membahayakan sesuatupun di bumi dan di langit dan Dia Maha mendngar lagi mengetahui.” (HR Abu Dawud, dishahihkan oleh Albani)
Kita memohon kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala agar menjadikan kita tidak mendengar kecuali apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Dan tidak muncul dari hati kita kecuali apa yang dicintai Allah.
Sumber: Syarkh Asmaul Husna, Syaikh Hani Hilmi.