96. Al-Waliy (Yang Melindungi)
Nama al-Waliy diberikan kepada setiap orang yang memegang perkara atau melaksanakannya, penolong, yang mencintai, kawan, teman setia, mertua, tetangga, pengikut, yang memerdekakan dan yang mentaati. Dikatakan bahwa orang yang beriman adalah waliyyullah (maksudnya adalah dekat dengan Allah); hujan disertai/diiringi oleh hujan berikutnya. Al-Waliy adalah lawan dari al-‘Aduww (musuh), penolong dan yang mengurus seluruh makhluk. Pengasuh anak yatim juga disebut dengan wali, demikian juga seorang penguasa.
Ar-Raghib al-Ashfahani berkata, “Al-Wala’ wat- tawaali dipakaikan pada yang dekat dari sisi tempat, keturunan, agama, persahabaan, pertolongan, dan dari sisi keyakinan. Al-wilayah berarti pertolongan, juga berarti memegang perkara. Al-waliy dan al-maula keduanya dipakaikan pada hal yang demikian itu. Dikatakan juga bahwa Allah waliyyul mukminin (Allah pelindung orang-orang yang beriman). Wilayah Allah bukan seperti yang lain-Nya,
“… Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11)
Dia al-Waliy, yang mengurus semua urusan alam dan makhluk, Dia-ah Raja pengatur. Dia al-Waliy yang memberikan kepada para hamba-Nya segala yang bermanfaat bagi agama, dunia, dan akhirat. Dia telah memberikan nama ini bagi diri-Nya, nama ini bagian dari Asma’ul-Husna.
Allah ta’alaa berfirman,
“Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Alah, Dia-lah Pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Asy-Syuura: 9)
“Dan Dia-lah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (Asy-Syuura: 28)
Allah, Dia-lah al-Waliy yang diibadahi dan ditaati oleh para hamba-Nya, dengan mendekatkan diri kepada-Nya dalam berbagai macam ibadah. Dia yang mengurus semua hamba-Nya dengan mengatur mereka dan melaksanakan ketentuan (qadar) pada mereka dan menguasai hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam aturan.
Dia mengurus hamba-hamba-Nya yang beriman secara khusus dengan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya dan mengurus pendidikan mereka dengan kelembutan. Membantu dan menolong semua urusan mereka, Dia memantapkan mereka dengan taufik-Nya dan meluruskan mereka.
Allah ta’aaa berfirman,
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 257)
“Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (Al-Jaatsiyah: 19)
Allah adalah pelindung dan penolong orang-orang yang beriman. Dia melindungi mereka dengan pertolongan dan taufik-Nya. Dia mengeluarkan mereka dari gelapnya kekufuran kepada cahaya iman. Sesungguhnya Dia menjadikan perumpamaan kekufuran itu sebagai kegelapan karena kegelapan adalah tabir/hijab bagi pandangan mata untuk mendapatkan dan menetapkan sesuatu. Demikian juga kekufuran merupakan tabir hati untuk mendapatkan kebenara/hakikat iman dan kekufuran menjadi tabir bagi ilmu, kebenaran dan sebab-sebabnya. Allah mengabarkan kepada hamba-Nya bahwa Dia-lah pelindung orang-orang yang beriman dan memperlihatkan kepada mereka hakikat iman, jalan-jalannya, syari’at-syari’atnya, hujjah-hujjahnya, dan menunjukkan kepada mereka dalil-dalil/bukti untuk menghilangkan keraguan dan menyelamatkan mereka dari ajakan-ajakan kekufuran dan kegelapan tabir pandangan hati.
Bahwasanya Allah telah mengabarkan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membuktikan keimanan mereka dengan melaksanakan segala tuntutan iman, dan meninggalkan segala yang membatalkannya, maka Dia-lah pelindung mereka. Dia melindungi mereka dengan perlindungan khusus, Dia mengurus pendidikan mereka, dan mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan, kekufuran, kemaksiatan, kelalaian, dan berpaling kepada cahaya ilmu, yakin, iman, dan taat. Juga pengabdian yang sempurna kepada Rabb mereka. Dia menerangi hati mereka dengan memberikan padanya cahaya wahyu dan iman, memberikan kemudahan kepada mereka dan menjauhkan mereka dari kesusahan, mendatangkan manfaat bagi mereka dan menjauhkan kemudharatan. Dia-lah pula yang melindungi orang-orang yang shalih.
Allah ta’alaa berfirman,
“Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang shalih.” (Al-A’raaf: 196)
Orang-orang yang baik niat dan perkataannya, tatkala menghadap kepada Rabb dengan iman dan takwa, dan tidak berpaling kepada yang lain yang tidak memberi manfaat dan mudharat, niscaya Allah akan melindungi mereka dan bersifat lembut kepada mereka. Dia akan menolong mereka untuk mendapatkan segala kebaikan dan mashlahat bagi agama dan dunia mereka. Dia membebaskan mereka dari segala yang dibenci dengan keimanan mereka.
Sebagaimana firman Allah ta’alaa,
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman…” (Al-Hajj: 38)
Adapun orang-orang kafir, tatkala mereka berpaling kepada selain Allah, Dia memalingkan kepada apa yang mereka anggap sebagai pelindung mereka. Dia menghinakan dan menyerahkan mereka kepada perlindungan orang yang tidak dapat memberi manfaat dan mudharat, mereka (ilah yang mereka sembah) menyesatkan, mencelakakan, dan menghalangi mereka untuk mendapatkan petunjuk ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, serta menghalangi mereka untuk mendapatkan keberuntungan yang abadi. Oleh sebab itu, Neraka menjadi tempat mereka yang abadi.
Allah mencintai para wali-Nya, menolong, dan meluruskan jalan mereka. Wali Allah, dia mengenal Allah, senantiasa berbuat taat kepada-Nya, ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, dan menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Siapa yang berani memusuhi wali Allah yang seperti itu, Allah menyatakan perang dengannya.
Pada sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabb-nya,
“Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Siapa (yang berani) memusuhi wali-Ku, maka sungguh ia menyatakan perang terhadap-Ku. Tiada satu ibadah yang seorang mendekatkan diri kepada-Ku yang lebih aku sukai selain kewajiban yang aku wajibkan kepada mereka. Seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku engan amalan-amalan Sunnah sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku mencintainya Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia dapat mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya dia bergerak, dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, niscaya Kuberi dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, niscaya Kuberi perlindungan. Aku tidak bimbang terhadap sesuatu sebagaimana Aku bimbang terhadap jiwa seorang Mukmin, ia tidak suka mati, sedangkan Aku tak suka menyakitinya.”
Maknanya adalah apabila ia seorang Wali Allah, niscaya Dia akan memelihara dan meluruskan jalannya, serta memberi taufik kepadanya sehingga ia tidak mendengar, kecuali kepada sesuatu yang membawa keridhaan Rabb-nya. Dia tidak melihat, kecuali kepada yang disukai Rabb-nya, tidak menggerakkan tangannya kecuali terhadap yang diridhai Allah, kakinya tidak melangkah, kecuali untuk berbuat taat kepada Allah. Dia mendapatkan taufik, petunjuk, ilham dari Pelindung, dan Dia-lah Allah. Karena itulah, para ulama, seperti Ibnu Taimiyyah dan yang lainnya, menafsirkan hadits ini seperti di atas tadi karena ada dalam sebuah hadits riwayat yang lain, “Dengan-ku dia mendengar, dengan-Ku ia melihat, dengan-Ku ia menggerakkan tangan dan dengan-Ku dia berjalan.”
Ini menunjukkan adanya pertolongan Allah terhadap hamba-Nya, bantuan-Nya, dan perlindungan-Nya. Maka Allah memberi taufik terhadap amal (ibadah) yang disertai anggota tubuh dan Dia memeliharanya dari perbuatan yang dimurkai Allah.
Sumber: DR. Sa’id Ali bin Wahf al-Qahthani. Syarah Asma’ul Husna”. Terj. Abu Fatimah Muhammad Iqbal Ahmad Ghazali. Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i. 2005.