Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a. dari Rasulullah saw, bahwa beliau melarang jual beli hababul habalah (menjual anak binatang yang masih dalam kandungan-pent), (HR Muslim [1514]).
Masih dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a, bahwa Rasulullah saw. melarang jual beli hababul habalah. Dahulu kaum Jahiliyyah melakukan praktek jual beli seperti ini, bentuknya seorang unta (dengan pembayaran bertempo) sehingga beranak unta itu dan beranak pula anaknya yang lahir itu, (HR Bukhari [2143]).
Kandungan Bab:
Jual beli semacam ini termasuk jual beli gharar, karena terdapat dua perkara yang tidak jelas. Oleh sebab itu, pula tidak boleh dipraktekkan.
At-Tirmidzi berkata [III/531], “Inilah yang berlaku di kalangan ahli ilmu. Hababul habalah adalah jual beli anak unta yang masih dalam kandungan. Jual beli ini tidak sah dalam padangan ahli ilmu dan termasuk jual beli gharar.”
Al-Baghawi berkata dalam Syarhus Sunnah (VIII/137), “Inilah pendapat yang diamalkan oleh mayoritas ahli ilmu, yaitu menjual anak unta yang masih dalam kandungan tidak boleh karena barang yang dijual masih belum jelas dan belum ada. Jual beli ini termasuk jual beli Jahiliyyah. Andai kata ia menjual binatang dengan harga tertentu hingga binatang tersebut lahir juga bathil karena belum ada kejelasannya.”
Ibnu Hibban berkata (XI/323), “Larangan jual beli habalul habalah adalah seseorang membeli unta (dengan pembayaran bertempo) yang harus ia lunasi pembayarannya sampai unta tersebut beranak kemudian anak yang dilahirkannya itu beranak pula. Terdapat dua bentuk ketidakjelasan dalam jual beli ini dan tidak boleh dipraktekkan.”
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 1/297-298.