Pertanyaan:
Saya membeli sebuah buku untuk anakku, supaya ia bisa membacanya ketika ia mulai tumbuh. Dan selesai saya membelinya, saya membaca buku tersebut dan menemukan beberapa informasi yang ingin saya pastikan kebenarannya. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa Abu Thalib mengetahui Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi Nabi ketika beliau sudah dewasa nanti. Juga bahwasanya Khadijah melihat dalam mimpinya sebelum beliau menikah dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam, bahwasanya Muhammad akan menjadi seorang nabi. Apakah kedua penyataan ini benar adanya. Karena saya tidak ingin memberikan informasi-informasi yang salah kepada anak saya mengenai kekasih kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jawaban:
Alhamdulillah,
Yang pertama,
Diriwayatkan dari Tirmidzi (3620), dari Abu Musa al-Asy’ari, Abu Thalib pergi ke Syam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi dengannya bersama dengan pembesar-pembesar kaum Quraisy. Ketika mereka menjumpai seorang rahib, mereka singgah dan berhenti dari perjalanan mereka. Lalu seorang Rahib pun keluar menemui mereka. Padahal biasanya pada waktu-waktu sebelum itu, rahib tersebut tidak pernah keluar dan tidak peduli ketika mereka melewatinya.
Abu Musa berkata, “Lalu mereka meletakkan perbekalan mereka, kemudian Rahib itu membuka jalan hingga mereka sampai di hadapannya. Lalu ia memegang tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, “Anak ini akan menjadi penghulu semesta alam, anak ini akan menjadi Rasul dari Rabbul ‘Alamin yang akan di utus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
Maka pembesar Quraisy berkata, “Dari mana Anda tahu hal itu?”. Rahib menjawab, “Sebenarnya semenjak kalian tiba di ‘Aqabah, tidak ada bebatuan dan pepohonan melainkan mereka bersimpuh sujud, dan mereka tidak sujud melainkan kepada seorang Nabi. Selain itu, aku juga dapat mengetahui dari stempel kenabian yang berada di bagian bawah tulang rawan bahunya yang mirip seperti buah apel.”
Kemudian Rahib itu kembali ke dalam dan menyiapkan makanan. Ketika Rahib mendatangi rombongan, Nabi sedang berada diantara unta-unta. Rahib itu berkata, “Tolong utuslah beberapa orang untuk menjemputnya dari sana.” Maka kemudian Nabi datang dengan dinaungi sekumpulan awan di atas beliau. Ketika Rahib mendekati rombongan, ia temukan mereka tengah berebutan mencari naungan dari bayang-bayang pohon. Anehnya ketika Nabi duduk, justru bayang-bayang pohon itu menaungi beliau. Kontan si Rahib mengatakan, “Coba kalian perhatikan, bayang-bayang pohon justru menaunginya.”
Abu Musa berkata, ketika sang rahib berdiri menghadap rombongan, ia memberi peringatan agar rombongan tidak meneruskan perjalanan ke Romawi. Sebab jika mereka melihatnya, tentu mereka akan mengetahuinya dengan tanda-tandanya itu, dan mereka akan membunuhnya. Ketika sang rahib menoleh, ternyata ada tujuh orang yang baru datang dari Romawi dan menemui rombongan. Rahib bertanya kepada mereka, “Apa yang membuat kalian datang kemari?” Rombongan itu menjawab, “Begini, kami berangkat karena ada seorang nabi yang diutus bulan ini. Oleh karena itu tak ada rute jalan lagi melainkan pasti diutus beberapa orang untuk mencarinya. Dan kami diberi tahu bahwa ia akan ditemui di rute ini.” Si rahib lantas bertanya, “Apakah dibelakang kalian ada rombongan lain yang lebih baik dari kalian?” Mereka menjawab, “Hanya kami yang diberi tahu bahwa ia akan ditemui di rute ini.” Si rahib bertanya lagi, “Menurut kalian, jika Allah berkeinginan untuk memutuskan sesuatu adakah orang yang dapat menolaknya?” Mereka berkata, “Tentu tidak ada.” Selanjutnya rombongan dari Romawi itu berbaiat kepada si rahib dan tinggal bersamanya.
Rahib berkata, “Aku nasehatkan kalian untuk berpegang pada Allah, namun siapa walinya anak ini?” Rombongan Quraisy menjawab, “Abu Thalib.” Si rahib tiada henti-hentinya menasehati Abu Thalib hingga ia mau mengembalikan Nabi ke Mekkah.
Hadits di atas menunjukkan bahwa Abu Thalib mengetahui tanda kenabian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau remaja. Namun Abu Thalib tidak percaya terhadap tanda kenabian tersebut. Dan beliau meninggal di atas keyakinan kaumnya.
Yang kedua,
Adapun Khadijah Radliyallahu ‘anhaa, kami tidak mengetahui informasi yang benar bahwasanya Khadijah mengetahui tanda kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum Allah memuliakan Muhammad dengan menikahi Khadijah. Juga mengenai kabar bahwa Khadijah melihat dalam mimpinya sebelum beliau menikahi Muhammad, bahwasanya Muhammad akan menjadi seorang Nabi.
Adapun yang disebutkan oleh kebanyakan orang adalah, bahwasanya Khadijah melihat dalam mimpinya, rumahnya bercahaya seolah-olah ada matahari di dalamnya. Kemudian ia pergi menemui Waraqah bin Naufal untuk menanyakan kepadanya tentang mimpinya tersebut. Maka Waraqah berkata kepada Khadijah, “Aku memberi kabar gembira kepadamu wahai sepupuku. Jika Allah membenarkan mimpimu, sungguh akan masuk ke dalam rumahmu cahaya kenabian. Dan sungguh akan meluap darinya cahaya dari Nabi yang terakhir.”
Kami tidak mengetahui apakah riwayat ini memiliki landasan, baik dari kitab-kitab ahli hadits, maupun dari kitab-kitab ahli sirah.
Wallahu a’lam.
Sumber: http://islamqa.info/ar/230131