Allah Bosan

Pertanyaan,

Aku pernah mendengar sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tidak akan pernah bosan sampai kalian merasa bosan.” Apakah ini berarti bahwasanya Allah memiliki sifat bosan?

Jawaban:

Al-Bukhari Rahimahullah berkata :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ هِشَامٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبِي، عَنْ عَائِشَةَ، ” أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا امْرَأَةٌ، قَالَ: مَنْ هَذِهِ؟ قَالَتْ: فُلَانَةُ تَذْكُرُ مِنْ صَلَاتِهَا، قَالَ: مَهْ عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ، فَوَاللَّهِ لَا يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا، وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَا دَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ ”

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsannaa, telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari Hisyaam, ia berkata, ” Telah mengkhabarkan kepadaku ayahku, dari ‘Aisyah, bahwasannya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemuinya yang waktu itu di sebelahnya ada seorang wanita. Beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah ini ?”. Aisyah berkata, “Fulaanah”. Lalu ia (Aisyah) menyebutkan tentang shalatnya (yang banyak dan lama). Beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Ah, wajib bagimu beramal sesuai sesuai dengan kemampuanmu. Demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian bosan.  Agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dirutinkan oleh pelakunya.” [Shahih Al-Bukhari no. 43].

Para ulama dewan Lajnah Daimah Lil-Iftaa’ ditanya mengenai hadits ini, maka mereka menjawab,

“Yang seharusnya adalah meletakkan hadits ini sebagaimana ia diriwayatkan, disertai dengan iman terhadap sifat Allah. Dan bahwasnya hal ini adalah benar, dilihat bahwasanya ini adalah sifat yang ada pada Allah, tanpa menyerupakan-Nya dan tanpa mendiskripsikan-Nya, sebagaimana sifat makar Allah dan tipu daya Allah yang termaktub dalam Kitab Allah ‘Azza wa Jalla. Dan semua itu adalah sifat yang benar-benar ada pada Allah Subhanahu wa Ta’alaa namun dengan kaidah, “Ia tidak seperti apa pun dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Di antara ulama ada yang berkata, Sesungguhnya hadits ini merupakan dalil penetapan sifat al-malal (bosan) bagi Allah. Akan tetapi, sifat bosan Allah tidaklah seperti sifat bosan makhluk. Sifat bosan makhluk adalah kekurangan, karena hal itu menunjukkan kejemuan dan kebosanan akan sesuatu. Adapun sifat bosan Allah adalah sempurna tanpa ada padanya kekurangan. Sifat ini berjalan sebagaimana seluruh sifat-sifat yang kita tetapkan bagi Allah dalam kesempurnaan; meskipun jika itu ada pada makhluk tidak menunjukkan kesempurnaan.

Di antara ulama ada yang berkata, Sesungguhnya sabda beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Allah tidak akan bosan hingga engkau bosan.’, yang dimaksudkan dengannya adalah penjelasan bahwa apabila engkau melakukan suatu amalan, maka Allah akan memberikan balasan pahala atasnya. Maka beramallah selama kalian mampu, karena Allah tidak akan bosan untuk memberikan pahalanya, hingga engkau bosan untuk beramal. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan al-malal (bosan) adalah kelaziman al-malal itu sendiri.

Di antara ulama ada yang berkata, Sesungguhnya hadits ini tidak menunjukkan pada sifat bosan bagi Allah secara mutlak. Hal itu sebagaimana perkataan, laa aquumu hattaa taquumu (aku tidak akan berdiri hingga engkau berdiri) – tidaklah melazimkan berdiri yang kedua (dari si pengucap perkataan). Begitu juga dengan perkataan, Allah tidak bosan hingga engkau bosan’ ; tidaklah melazimkan penetapan sifat bosan bagi Allah ‘Azza wa jalla.

Dengan demikian, wajib bagi kita untuk meyakini bahwasannya Allah ta’ala terhindar dari setiap sifat kurang dari sifat bosan atau yang lainnya. Dan apabila telah shahih bahwa hadits ini menunjukkan sifat bosan, maka maksud dari sifat bosan itu, tidaklah seperti sifat bosannya makhluk.” [Majmuu’ah Duruus wa Fataawaa Al-Haram, 1/152].

Wallaahu a’lam.