Buah-buah dalam Surga
Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk menikmatinya atas karunia dan kemurahan-Nya.
Allah ta’alaa berfirman,
“Di dalam kedua surga itu ada (bermacam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima.” (Ar-Rahman: 68).
Dan Allah ta’alaa juga berfirman,
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang memetiknya.” (Al-Waqi’ah: 33).
“Tidak terhenti”, maksudnya, tidak seperti buah-buahan di dunia ini yang pada suatu musim ada, dan pada musim lainnya tidak ada, sedang pohonnya berdaun pada suatu musim dan rontok di musim yang lain.
”Tidak terlarang”, maksudnya siapa pun menginginkan buah-buah itu, maka tidak ada halangan ataupun larangan yang mencegah. Tetapi siapapun yang mau, maka buah-buah itu selalu ada, mudah, dan dekat memetiknya. Bahkan, sekalipun buah itu ada di atas pohon, lalu ada keinginan untuk memetiknya, maka buah itu sendiri yang mendekat dan siap dipetik.
Buah-buahan tersebut selain matang dan lezat, juga tidak ada di dunia, selain nama-namanya saja. Ibnu Abbas Radliyallahu ‘anhu berkata, “Di surga tidak ada apa-apa yang berasal dari dunia ini, selain nama-nama yang sama.”
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa di surga terdapat apa yang tidak pernah dilihat mata siapa pun, tidak pernah didengar telinga siapa pun, dan tidak pernah terdetik dalam hati siapa pun. Semoga Allah menganugerahkan itu semua kepada kita.
Dalam Shahihain terdapat riwayat dari Ibnu Abbas, dalam hadits tentang shalat Gerhana,
“Para Shahabat berkata, ‘Ya Rasulullah, kami lihat engkau mengambil sesuatu dari tempatmu ini, kemudian kami lihat engkau melepaskannya.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Aku melihat surga, lalu aku mengambil setandan bauh darinya. Andaikan tadi jadi mengambilnya, niscaya kamu bisa memakannya selagi dunia masih terkembang.’”
Sedang dalam al-Musnad dari Jabir, dinyatakan bahwa,
“Sesungguhnnya telah diperlihatkan kepadaku surga dan seisinya yang berupa keindahan dan keelokan. Maka aku mengambil beberapa anggur untuk aku berikan kepadamu.namun aku dihalangi dari anggur itu. Andaikan aku berhasil membawanya kepadamu, niscaya bisa dimakan oleh seluruh makhluk di langit dan bumi, sedang mereka tidak membuatnya berkurang.”
Pakaian dan Perhiasan Penghuni Surga
Allah ta’alaa berfirman,
“Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal, dan dikenakan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberi mereka minuman yang bersih.” (Al-Insan: 21).
Dalam ayat lain Allah ta’alaa berfirman,
“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan kebaikan. Mereka itulah (orang-orang) yang memperoleh Surga Adn, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas, dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (Al-Kahfi: 30-31).
Hasan al-Bashri berkata, “Perhiasan kaum lelaki di surga lebih indah daripada perhiasan kaum wanita.”
Sedang Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa masuk surga, maka dia mendapat kenikmatan tanpa mengalami kesusahan, tidak hancur pakaiannya, dan tidak hilang kemudahannya. Dalam surga terdapat apa-apa yang tidak pernah dilihat mata siapa pun, tidak pernah didengar telinga siapa pun, dan tidak terdetik dalam hati manusia manapun.”
Dan ath-Thabrani meriwayatkan dari Abdullah, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Rombongan pertama yang masuk surga, wajah mereka bagaikan cahaya bulan di malam purnama. Rombongan kedua bagaikan bintang yang bercahaya yang paling terang di langit. Setiap lelaki dari mereka diberi dua orang istri dari bidadari, yang masing-masing memakai tujuh puluh macam perhiasan. Sumsum pada betis keduanya kelihatan dari balik daging dan perhiasan mereka, sebagaimana minuman berwarna merah bisa dilihat dalam gelas kaca yang putih.”
Sumber: Ibnu Katsir. Huru-Hara Hari Kiamat “An-Nihayah: Fitan wa Ahwaalu Akhiruz-Zamaan”. Terj. Anshari Umar Sitanggal, H. Imron Hasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2002.