Ashabul A’raf
Allah ta’alaa berfirman,
“Dan di antara keduanya (surga dan neraka) ada batas. Dan di atas A’raf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari kedua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga, ‘Salaamun ‘alaikum (sejahtera atas kalian).’ Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, jangan Engkau tempatkan kami bersama-sama dengan orang-orang yang zhalim itu.” (Al-A’raaf: 46-47)
Ibnu Abbas dan lainnya mengatakan, bahwa A’raaf adalah pagar yang terletak antara surga dan neraka.
Sedang al-‘Ataby meriwayatkan dari Shilah bin Zufar, dari Hudzaifah, dia berkata, “Ashabul-A’raaf adalah orang-orang yang diselamatkan oleh kebaikan-kebaikannya dari neraka, namun terhalang oleh dosa-dosanya untuk masuk surga.”
“Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, jangan Engkau tempatkan kami bersama-sama dengan orang-orang yang zhalim itu.” (Al-A’raaf:: 47).
Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah Allah menemui mereka seraya berfirman, “Bangkitlah dan masuklah ke surga. Sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian.”
Sedang menurut riwayat al-Baihaqi dari jalur lainnya, dari Abdullah bin Harits bin Naufal, dia berkata, Ashabul-A’raf adalah orang-orang yang kebaikan dan keburukannya seimbang. Oleh karena itu, mereka kemudian dibawa ke sebuah sungai yang disebut Nahrul-Hayat (sungai kehidupan). Tanahanya berupa waras dan za’rafan (dua jenis tumbuhan yang berbau harum dan berwarna kemilau indah) kedua tepinya berupa batangan-batangan emas, bertatahkan intan. Mereka mandi di sana. Maka tampaklah tanpa putih pada leher mereka. Kemudian mereka mandi lagi, maka tanpa putih itu semakin nampak. Lalu dikatakan kepada mereka, “Berangan-anganlah kamu tentang apa pun yang kamu inginkan.” Maka mereka pun berangan-angan tentang apa-apa yang mereka inginkan. Tiba-tiba dikatakan kepada mereka, “Kalian mendapat apa-apa yang kalian inginkan, ditambah tujuh puluh kali lipatnya.” Mereka adalah kaum miskin di tengah penghuni surga lainnya.
Mereka yang terakhir keluar dari neraka dan terakhir masuk surga
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghifari Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya aku benar-benar tahu penghuni surga yang terakhir kali masuk surga, dan penghuni neraka yang terakhir kali keluar dari neraka, yaitu seorang laki-laki yang didatangkan pada Hari Kiamat, lalu ditanya, ‘Kamu melakukan pada hari ini, ini, dan ini? Dan kamu melakukan pada hari ini, ini, dan ini?’ Maka dia menjawab, ‘Ya.’ Tanpa bisa memungkirinya. Sementara dia sangat takut dosa-dosa besarnya akan diperlihatkan padanya. Tapi ternyata dikatakan kepadanya, ‘Sesungguhnya tiap-tiap keburukanmu diganti dengan satu kebaikan.’ Oleh karena itu dia berkata, ‘Ya Rabb-ku, aku dulu telah melakukan beberapa hal, tapi tidak aku lihat di sini.”
Abu Dzar berkata, “Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa, sampai kelihatan gigi-gigi gerahamnya.”
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ada seorang hamba dalam neraka Jahannam memanggil-manggil selama seribu tahun, ‘Ya Hannan, Ya Mannan.’ Lalu Allah berfirman kepada Jibril, ‘Pergi dan bawalah kemari hamba-Ku itu.’ Maka berangkatlah Jibril, tetapi dia dapati para penghuni neraka sedang telungkup sambil menangis. Maka dia kembali kepada Tuhan-nya memberitahukan keadaan neraka. Allah berfirman, ‘Bawalah dia kemari. Dia ada di tempat begini-begini.’ Dan akhirnya orang itu pun didatangkan dan dihadapkan kepada Allah. Allah bertanya, ‘Wahai hamba-Ku, bagaimana kamu lihat keadaan tempat tinggalmu dan tempat istirahatmu?’ Dia menjawab, ‘Ya Rabb-ku, tempat tinggal dan tempat istirahat yang terburuk.’ Allah berfirman, ‘Kembalikan hamba-Ku ini!’
Maka orang itu berkata, ‘Aku tidak pernah berharap, apabila Engkau telah mengeluarkan aku dari neraka, dan Engkau akan tega mengembalikan aku ke sana.’
Maka Allah berfirman, ‘Biarkan hamba-Ku!’”
Dan Imam Ahmad meriwayatkan pula dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada empat orang dikeluarkan dari neraka –Abu Imran mengatakan empat orang, sedang Tsabit mengatkaan dua orang—lalu dihadapkan kepada Allah, kemudian keempat orang itu –atau kedua orang itu— disuruh dikembalikan ke neraka. Maka salah seorang dari mereka menoleh seraya berkata, ‘Ya Rabb-ku sungguh, tadinya aku berharap, apabila Engkau telah mengeluarkan aku dari neraka, Engkau tidak akan mengembalikan aku lagi ke sana.’ Maka Allah pun melepaskan mereka dari neraka.”
Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Hammad bin Salamah.
Mereka yang kekal di neraka
Apabila penghuni neraka yang masuk ke sana karena dosa-dosanya, telah keluar semuanya dari negeri celaka itu, dan tinggal orang-orang kafir saja yang menjadi penghuninya, maka mereka tidak akan mati dan tidak pula hidup. Sebagaimana difirmankan oleh Allah ta’alaa,
“Maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka.” (Al-Jaatsiyah: 35)
Maksudnya, tidak ada jalan untuk melepaskan mereka dari neraka bahkan mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah orang-orang yang dinyatakan oleh al-Qur’an sebagai kaum tahanan dan diputuskan kekal di sana.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Umar Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila para penghuni surga telah masuk ke surga, dan penghuni neraka telah masuk ke neraka, maka didatangkanlah ‘maut’, sehingga terletaklah dia di antara surga dan neraka, lalu disembelih. Kemudian terdengarlah seruan, ‘Wahai sekalian penghuni surga, kekallah kalian, tidak ada lagi kematian. Wahai sekalian penghuni neraka, kekallah kalian, tidak ada lagi kematian.’ Maka, penghuni surga bertambah gembira, sedang penghuni neraka semakin sedih.”
Masih dari Imam Ahmad, beliau meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pada hari kiamat ‘maut’ akan didatangkan lalu diletakkan di atas Shirath. Maka diserukanlah, ‘Hai sekalian penghuni surga!’ maka mereka pun bermunculan dengan rasa takut. Mereka khawatir jangan-jangan akan dikeluarkan dari tempat tinggal mereka. Ternyata mereka ditanya, ‘Tahukah kalian, apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya, kami tahu, ya Rabb kami, itu adalah maut.’ Sesudah itu diserukan pula, ‘Hai, sekalian penghuni neraka!’ Maka mereka pun bermunculan dengan penuh gembira. Mereka sangat berharap akan dikeluarkan dari tempat tinggal mereka. Ternyata mereka ditanya, ‘Tahukah kalian, apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya. Itu adalah maut.’ Maka maut itu kemudian disuruh disembelih di atas Shirath lalu dikatakan kepada kedua golongan itu masing-masing. ‘Kekallah pada apa yang kalian temui, tidak ada lagi maut buat selama-lamanya.’”
Sanad hadits sini jayyid qowiy sesuai syarat hadits shahih, meski tidak ada seorang pun selain Ahmad yang meriwayatkannya dari jalur ini.
C