Syafa’at
Syafa’atul-Uzhma adalah syafa’at yang diberikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, syafa’at inilah yang diharapkan oleh seluruh makhluk, termasuk al-Khalil Ibrahim Alaihis-salaam dan Musa al-Kalim. Ketika manusia meminta kesediaan Nabi Adam Alaihissalaam agar Allah segera memberikan keputusannya. Namun Nabi Adam menolak, kemudian manusia datang kepada Nabi Nuh, beliau pun menolak, hingga akhirnya sampailah mereka kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau pergi untuk menyampaikan permohonan kepada Allah, agar Dia berkenan datang memberi keputusan kepada hamba-hamba-Nya, dan menghentikan mereka dari menunggu keputusan di padang Mahsyar. Memisahkan siapa yang mukmin dan siapa yang kafir, dengan memasukkan orang mukmin ke surga dan menggiring orang kafir ke neraka.
Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Tuhan-ku telah memerintahkan aku membaca al-Qur’an dengan satu huruf. Maka aku memohon kepada-Nya, ‘Ya Rabb-ku, ringankan umatku.’ Namun Dia memerintahkan agar aku membacanya dengan satu huruf. Maka aku berkata, ‘Ya Rabb-ku, ringankanlah umatku.’ Barulah Dia memerintahkanku untuk ketiga kalinya, ‘Bacalah al-Qur’an dengan tujuh huruf. Dan pada tiap permohonan yang kamu ajukan tadi, kamu boleh mengajukan permintaan.’ Oleh Karen itu, aku berkata, ‘Ya Allah, ampunilah umatku.’ Dan aku menunda permintaanku yang kedua sampai pada hari dimana aku menjadi harapan seluruh makhluk, termasuk Nabi Ibrahim.”
Syafaat Rasulullah agar umatnya masuk surga dan diringankan adzabnya
Al-Qadhi ‘Iyadh dan lainnya menyebutkan macam syafaat lainnya, yang kelima, yaitu syafaat beliau bagi beberapa kaum, yang menyebabkan mereka masuk surga tanpa hisab. Sebagaimana hadits Ukasyah bin Muhsin, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan dia agar termasuk di antara tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab. Hadits ini diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.
Sementara Abu Abdillah al-Qurthubi menyebutkan dalam Tadzkirahnya, jenis syafaat yang lain, yaitu syafaat Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada paman beliau, Abu Thalib, agar diringankan adzabnya. Dalam hal ini Imam al-Qurthubi beralasan dengan sebuah hadits riwayat Abu Sa’id yang terdapat dalam Shahih Muslim, bahwa ketika disebut-sebut nama Abu Thalib di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda,
“Semoga syafaatku bermanfaat baginya pada Hari Kiamat, sehingga dia diletakkan di neraka yang dangkal, dimana apinya mencapai mata kakinya dan menyebabkan otaknya mendidih.”
Kemudian Imam al-Qurthubi berkata, Jika ada yang membantah dengan firman Allah ta’alaa,
“Maka tidak berguna lagi bagi mereka (orang-orang kafir) syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (Al-Muddatsir: 48).
Maka jawabnya, bahwa yang dimaksud “tidak bermanfaat” pada ayat tersebut adalah, tidak bermanfaat untuk keluar dari neraka, seperti halnya bermanfaat syafaat bagi orang-orang ahli tauhid yang berdosa, sehingga mereka dikeluarkan dari neraka karenanya, lalu masuk surga.
Syafaat agar seluruh kaum mukminin diizinkan masuk surga
Ini adalah jenis syafaat Rasulullah yang lainnya, dimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada Allah ta’alaa, agar kaum mukminin yang telah lama menunggu di luar pintu surga diizinkan masuk. Demikian, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku adalah pemberi syafaat pertama untuk memasuki surga.”
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits sangkakala setelah manusia melewati Shirath, dan telah berkumpul di depan pintu surga dan menunggu untuk memasukinya, maka mereka mendatangi Adam ‘Alaihissalaam, namun beliau menolaknya dan memerintahkan untuk menemui Nabi Nuh ‘Alaihissalaam, begitu pula Nabi Nuh, beliau pun menolak untuk memohon kepada Allah agar pintu surga segera dibuka, dan memerintahkan manusia untuk menemui Nabi Musa ‘Alaihissalaam, beliau pun menolak dan menyebut dosa yang pernah beliau lakukan, kemudian memerintahkan agar manusia menemui Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau pun pergi ke surgaa, kemudian memegang gelang-gelang pintunya seraya meminta dibukakan. Maka dibukakanlah pintu untuk beliau.
Syafaat bagi pelaku dosa besar
Imam al-Qurthubi kemudian menyebut syafaat yang diberikan kepada orang-orang yang dulu semasa di dunia pernah melakukan dosa-dosa besar, dan oleh karenanya masuk neraka. Berkat syafaat inilah mereka dikeluarkan dari neraka. Dan dalam hal ini banyak hadits-hadits yang memberitakannya, bahkan sampai ke derajat mutawaatir.
Sikap kaum khawarij dan mu’tazilah terhadap adanya syafaat
Kaum khawarij dan mu’tazilah tidak mengenal, bahkan mengingkari adanya syafaat, dan karenanya mereka menolak keimanan tentang syafaat.
Itu semua dikarenakan ketidaktahuan mereka tentang keshahihan hadits-hadits mengenai syafaat. Dan kalaupun ada di antara mereka yang mengetahuinya, maka mereka keras kepala, dan selanjutnya tetap berpegang pada apa yang mereka yakini.
Syafaat pada pelaku dosa besar juga dilakukan oleh para malaikat, semua para nabi, dan orang-orang beriman. Dan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, syafaat macam ini kelak akan beliau lakukan berulang-ulang.
Sumber: Ibnu Katsir. Huru-Hara Hari Kiamat “An-Nihayah: Fitan wa Ahwaalu Akhiruz-Zamaan”. Terj. Anshari Umar Sitanggal, H. Imron Hasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2002.