Dari Adi bin Hatim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tiap orang dari kalian benar-benar akan berdiri di hadapan Allah tanpa hijab yang menghalanginya dari Rabb-nya, dan tanpa juru bahasa yang menerjemahkan untuknya. Allah bertanya, ‘Bukankah Aku telah memberimu harta?’ ‘Benar.’ Jawab orang itu. Allah bertanya kembali, ‘Bukankah aku telah mengutus kepadamu seorang Rasul?’ ‘Benar.’ Jawab orang itu pula. Lalu dia melihat ke sebelah kanannya, ternyata yang dilihatnya hanya neraka. Dan dia melihat pula ke sebelah kirinya, ternyata yang dilihatnya hanya neraka. Oleh karena itu, hendaklah tiap orang dari kalian menjaga dirinya dari neraka, walaupun dengan (bersedekah) separuh buah kurma. Dan jika itu pun tidak ada , maka dengan mengucapkan perkataan yang baik.”
Imam Muslim dan al-Baihaqi telah meriwayatkan pula –lafazh hadits ini menurut al-Baihaqi – dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu, dia berkata, Kami pernah menemani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tiba-tiba beliau tertawa lalu bertanya,
“Tahukah kalian mengapa aku tertawa?”
Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Rasulullah bersabda, “(Aku tertawa) karena dialog antara seorang hamba dengan Rabb-nya pada hari Kiamat. Hamba itu berkata, ‘Ya Rabb-ku, bukanlah Engkau telah menyelamatkanku dari kezhaliman?’
‘Benar.’ Jawab Allah.
Maka hamba itu berkata, ‘Jika begitu, aku sungguh tidak mau ada yang memberi kesaksian atas diriku selain dari pihakku.’
Allah berfirman, ‘Memang, pada hari ini cukuplah dirimu sebagai saksi atas kamu, disamping para malaikat pencatat amal yang mulia.’
Maka Allah kemudian mengunci mulut orang itu dan berfirman kepada anggota-anggota tubuhnya, ‘Berbicaralah!’ Seketika anggota-anggota tubuhnya berbicara tentang perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukannya. Kemudian orang itu diizinkan lagi berbicara, maka ia berkata, ‘Tidak mungkin, tapi celaka kalian! Demi kalianlah aku membela diri.’”
Imam al-Baihaqi juga membawakan riwayat dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat ini,
“Pada hari itu bumi menceritakan berita-beritanya, karena sesungguhnya Rabb-mu telah memerintahkan (itu) kepadanya.” (Az-Zalzalah: 4-5)
Kemudian beliau menerangkan, “Sesungguhnya berita-beritanya adalah, bahwa dia memberi kesaksian atas setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan, tentang apa-apa yang telah dilakukannya di atas permukaan bumi. Dia akan mengatakan, ‘Orang ini telah melakukan ini dan itu, pada hari ini dan itu.’ Itulah berita-berita bumi.”
Dosa Syirik dan Zhalim
Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah Radliyallahu ‘anhaa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Catatan-catatan amal di sisi Allah ada tiga macam; Catatan yang tidak dipedulikan Allah sedikit pun, catatan yang tidak dibiarkan Allah sedikit pun, dan catatan yang tidak diampuni Allah, adapun catatan yang tidak diampuni Allah adalah syirik.”
Catatan yang tidak dipedulikan Allah sedikit pun adalah kezhaliman seseorang terhadap dirinya sendiri dalam hubungannya dengan Tuhan-nya, seperti meninggalkan puasa dan shalat. Allah akan mengampuni dan memaafkannya jika Dia menghendaki. Adapun yang tidak dibiarkan Allah sedikit pun adalah kezhaliman seseorang terhadap sesamanya, ini pasti ada pembalasannya.
Nikmat yang dikaruniakan Allah
Allah ta’alaa berfirman,
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang nikmat (yang kamu sombongkan di dunia).” (At-Takatsur: 8).
Dalam sebuah hadits shahih diceritakan, bahwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para shahabatnya memakan kambing yang sengaja disembelih untuk beliau di sebuah kebun milik Abul Haitsam bin Minhal. Di waktu itu mereka juga memakan korma muda dan meminum air, maka Rasulullah bersabda, “Ini pun termasuk nikmat yang akan ditanyakan kepadamu kelak.”
Maksud beliau, akan ditanyakan apakah kamu mensyukurinya, dan apa yang kamu lakukan untuk mengimbanginya?
Demikianlah, sebagaimana dinyatakan pula dalam sebuah hadits lainnya,
“Jadikanlah dzikir kepada Allah dan shalat sebagai lauk-pauk makananmu, dan janganlah kamu tidur di atasnya, sehingga hatimu menjadi keras.”
Dan dalam Shahih Muslim diriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Anak Adam berkata, ‘Hartaku.’ Padahal, tidak ada harta yang kamu miliki selain makanan yang telah kamu makan sampai habis, dan pakaian yang telah kamu pakai sampai rusak, dan sedekah yang telah kamu berikan, sampai (benar-benar) kamu laksanakan. Sedang selain itu, semuanya lenyap darimu, dan ditinggal untuk orang lain.”
Allah ta’alaa berfirman,
“Manusia berkata, ‘Aku telah menghabiskan harta yang banyak.’ Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya?” (Al-Balad: 6-7)
Rahmat Allah di dunia dan di akhirat
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu dia berkata, Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan rahmat pada hari menciptakan (ada 100 rahmat), lalu Dia menahan 99 rahmat, dan yang satu Dia lepaskan kepada seluruh makhluk-Nya. Maka, andaikan orang kafir tahu seluruh rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya dia takkan putus asa masuk surga. Dan andaikan orang mukmin tahu segala macam adzab yang ada di sisi Allah, niscaya dia takkan merasa nyaman dari (ancaman) neraka.”
Hadits ini hanya diriwayatkan oleh al-Bukhari melalui jalur ini.
Kemudian Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pada hari Allah Azza wa Jalla menciptkan langit dan bumi, Dia menciptakan 100 rahmat. Lalu satu di antaranya Dia
letakkan di bumi. Maka, dengan adanya rahmat yang satu itulah seorang ibu menyayangi anaknya, dan berbagai jenis binatang menyayangi sesamanya, dan juga burung-burung. Sedang rahmat yang 99 Allah menangguhkannya sampai Hari Kiamat. (Apabila Hari Kiamat telah tiba), maka rahmat yang satu tadi disempurnakan Allah subhanahu wa ta’alaa dengan rahmat (yang Sembilan puluh Sembilan) ini.”
Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim.
Selain itu ada juga riwayat yang berasal dari jalur Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu,
“Sesungguhnya Allah menulis sebuah catatan ketika menciptakan langit dan bumi, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.”
Dalam riwayat lain, “Rahmat-Ku mendahului murka-Ku.”
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Umar bin Khatthab Radliyallahu ‘anhu, ia berkata, Ada segerombolan tawanan datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya ada seorang wanita. Wanita itu tiba-tiba memerah susunya sambil berjalan. Bila dia bertemu dengan seorang bayi di antara para tawanan, maka dia ambil lalu disusuinya.
(Melihat itu) maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah menurut kalian wanita seperti ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam api?”
Kami menjawab, “Tidak, dia tidak akan tega melemparkannya.”
Kemudian beliau bersabda, “Allah subhanahu wa ta’alaa lebih penyayang kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya.”
Sedang dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Bardah bin Abi Musa, dari ayahnya, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila Hari Kiamat telah tiba, maka kepada setiap muslim diserahkan seorang Yahudi atau Nasrani, seraya dikatakan kepadanya, ‘Inilah penebusmu dari neraka.’”
Dan dalam riwayat lainnya dinyatakan,
“Tidak seorang muslim pun yang meninggal dunia melainkan Allah menggantikan tempatnya di neraka dengan Yahudi atau Nasrani.”
Mendengar itu, maka Umar bin Abdul Aziz memerintahkan Abu Bardah bersumpah atas nama Allah Yang Tiada Tuhan melainkan Dia, sebanyak tiga kali. Bahwa ayahnya benar-benar menceritakan hadits itu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka Abu Bardah pun bersumpah di hadapan Umar bin Abdul Aziz.
Dan menurut riwayat Muslim juga, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan ada beberapa orang muslim yang datang pada Hari Kiamat dengan membawa dosa-dosa seperti gunung, maka Allah mengampuni mereka atas dosa-dosa itu, dan menimpakannya kepada orang Yahudi atau Nasrani.”
Sumber: Ibnu Katsir. Huru-Hara Hari Kiamat “An-Nihayah: Fitan wa Ahwaalu Akhiruz-Zamaan”. Terj. Anshari Umar Sitanggal, H. Imron Hasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2002.