Kedudukan Terpuji yang Khusus Diberikan Kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Di hari Kiamat kelak, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus akan diberi kedudukan mulia yang tidak diberikan kepada nabi-nabi lainnya. Beliau adalah pemimpin seluruh anak cucu Adam pada hari Kiamat. Dalam Shahih Muslim, diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku adalah pemimpin anak-cucu Adam pada hari Kiamat, orang yang pertama-tama dikeluarkan dari rekahan bumi, yang pertama-tama memberi syafa’at, dan yang pertama-tama diterima syafa’atnya.”
Dan diriwayatkan pula oleh Muslim dari Ubay bin Ka’ab Radliyallahu ‘anhu, dalam hadits tentang dibacanya al-Qur’an atas tujuh huruf, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Maka aku berdoa, ‘Yaa Allah, ampunilah dosa-dosa umatku.’ Dan aku menunda permohonanku yang ketiga sampai suatu hari nanti, dimana semua makhluk berharap kepadaku, termasuk Nabi Ibrahim sekalipun.”
Nabi Muhammad merupakan pemimpin seluruh Nabi di hari Kiamat, Ahmad meriwayatkan dari at-Thufail bin Ubay bin Ka’ab, dari ayahnya, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Apabila Hari Kiamat telah tiba, maka aku menjadi pemimpin para nabi, juru bicara mereka dan pemilik syafa’at, ini bukanlah suatu kesombongan.”
Sedang menurut riwayat al-Bukhari, bahwa perawi hadits tentang syafa’at al-uzhma berkata, aku mendengar Ibnu Umar mengatakan,
“Sesungguhnya manusia pada hari Kiamat akan bergegas, setiap umat mengikuti nabinya seraya berkata, ‘Hai fulan, berilah syafa’at! Hai fulan, berilah syafa’at!’ Hingga berakhirlah permintaan syafaat itu kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan itulah hari dimana Allah mengangkat beliau ke tempat yang mulia.”
Telaga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Berikut ini adalah beberapa hadits masyhur mengenai telaga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang diriwayatkan lewat berbagai jalur sanad yang ma’tsur, yang saling mendukung satu sama lain.
Ada sejumlah shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah meriwayatkan hadits-hadits mengenai telaga beliau kelak di Hari Kiamat, antara lain; Ubay bin Ka’ab, Jabir bin Samurah, Jabir bin Abdullah, Jundub bin Abdullah al-Bajli, Zaid bin Arqam, Salman al-Farisi, Haritsah bin Wahab, Hudzaifah bin Usaid, Hudzaifah bin al-yaman, Samurah bin Jundub bin Sa’ad, Abdullah bin Zaid bin Ashim, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr bin Ash, Abdullah bin Mas’ud, Utbah bin Abd as-Sulami, Uqbah bin Amir al-Jahmi, an-Nuwwas bin Sam’an, Abu Umamah al-Bahili, Abu Barzah al-Aslami, Abu Barkah, Abu Dzar al-Ghifari, Abu Sa’id al-Khudri, Abu Hurairah ad-Dausi, Asma binti Abu Bakar, Aisyah, dan Ummu Salamah –Ridwanallahu ‘alaihim-.
Berikut adalah beberapa riwayat dari para shahabat tentang telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam;
Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan, bahwa perawi hadits ini berkata, bercerita kepadaku Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ukuran telagaku adalah seluas antara Ailah dan Shan’a di Yaman, dan sesungguhnya kendi-kendinya sebanyak bintang-bintang di langit.”
Al-Bukhari meriwayatkan pula, bahwa perawi hadits ini berkata, Aku mendengar Jundub berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku menunggu (kedatangan) kamu sekalian di telaga.”
Al-Bukhari meriwayatkan pula dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi Radliyallahu ‘anhu, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya aku menunggu (kedatangan) kamu sekalian di telaga. Barangsiapa melewati, dia pasti minum, dan barangsiapa minum, maka dia tidak akan dahaga selamanya. Sesungguhnya akan ada beberapa kaum yang ditolak (dari telaga itu), aku kenal mereka, dan mereka pun mengenal aku. Kemudian terhalanglah antara aku dan mereka.”
Abu Hazim (perawi hadits ini) berkata, An-Nu’man bin Abi Iyyasy mendengar (hadits)-ku ini, maka dia bertanya, “Begitukah yang kamu dengar dari Sahl?” Dan aku menjawab, “Ya, bahkan aku menyaksikan Abu Sa’id al-Khudri menyatakan, ‘Sesungguhnya kami mendengarnya begitu.’ Lalu dia menambahkan,
Maka aku (Rasulullah) berkata, ‘Mereka dari golonganku.”
Namun aku dibantah, “Sesungguhnya kamu tidak tahu bid’ah-bid’ah yang telah mereka adakan sepeninggalmu.”
Maka aku pun berkata, “Enyahlah, enyahlah, orang yang telah merubah (agama) sepeninggalku.”
Dan al-Bukhari meriwayatkan pula dari Ibnu Umar Radliyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya di depan mu ada telaga seluas antara Jarba’ dan Adzruhi.” (Jarba’ nama suatu tempat di wilayah ‘Amman dan Balqa’, negeri Syam, dekat pegunungan Surah, di sebelah Tanah Hejaz).
Selanjutnya, Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu ‘anhu, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku menunggu (kedatangan) kalian di telaga.”
Beliau berkata, dari Abdullah bin Mas’du Radliyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku menunggu (kedatangan) kalian di telaga. Dan sesungguhnya akan didatangkan beberapa orang dari kamu, kemudian mereka terhalang dariku, maka aku berkata, ‘Ya Tuhan-ku, mereka adalah shahabat-shahabatku.’ Maka dijawab, ‘Sesungguhnya kamu tidak tahu bid’ah-bid’ah yang telah mereka adakan sepeninggalmu.’”
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Antara rumahku dan mimbarku adalah sebuah taman di antara taman-taman surga. Dan mimbarku berada di atas telagaku.”
Dan menurut riwayat Muslim dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya telagaku lebih luas dari jarak antara Ailah dan Aden. (Air)nya lebih putih dari salju, lebih manis dari madu dicampur susu. Cawan-cawannya lebih banyak dari bilangan bintang-bintang di langit. Dan sesungguhnya aku benar-benar akan mencegah beberapa orang darinya, sebagaimana seseorang mencegah onta orang lain dari telaganya.” Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengenali kami pada hari itu?” Beliau menjawab, “Ya, ada tanda padamu yang tidak dimiliki umat yang lain. Kamu akan datang kepadaku dengan wajah dan anggota tubuh bercahaya karena bekas wudhu.”
Dan Muslim meriwayatkan pula dari Abdullah bin Ubaidillah bin Abi Mulaikah, dia mendengar Aisyah Radliyallahu ‘anhaa, dia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, selagi berada di tengah para shahabatnya.
“Sesungguhnya aku akan ada di telaga, menunggu siapa-siapa yang akan datang kepadaku di antara kalian. Maka, demi Allah, akan ada beberapa orang terhalang dariku, sehingga benar-benar akan aku katakan, ‘Ya Rabb-ku, mereka dari golonganku, mereka dari umatku.’ Allah menjawab, ‘Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang telah mereka perbuat sepeninggalmu. Mereka selalu berbalik ke belakang (murtad).”
Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Muslim seorang diri. Dan Allah ta’alaa jualah yang memberi taufik kepada kebenaran.
Al-Allamah Abu Abdillah al-Qurthubi dalam kitab Tadzkirahnya mengatakan, bahwa adanya telaga sebelum mizan (timbangan) itu diperselisihkan.
Menurut Abu Hasan al-Qabisi, “Yang benar, telaga itu sebelum Mizan.”
Pernyataan al-Qabisi itu ditanggapi oleh al-Qurthubi, “Bahwa menurut logika, seharusnya memang demikian. Karena manusia ketika bangun dari kubur, mereka dalam keadaan kehausan, sebagaimana diterangkan di atas. Oleh karena itu, pantaslah jika telaga didahulukan sebelum mizan dan shirath.”
Sementara itu, Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab beliau, Ilmu Kasyfil Akhirah, mengatakan, para pengarang kitab dari sebagian ulama salaf meriwayatkan, “Bahwa telaga itu akan didatangi setelah melewati shirath.”
Ini tentu merupakan kekeliruan, dan oleh karenanya al-Qurthubi mengatakan, “Yang benar adalah seperti yang dikatakan al-Qabasi.” Dan selanjutnya dia sebutkan hadits tentang ditolaknya orang-orang yang murtad untuk mendekati telaga. Kemudian dia berkata, “Hadits ini di samping shahih, juga merupakan dalil yang tegas, bahwa telaga itu ada di Mauqif sebelum manusia melintasi shirath. Karena, siapapun yang melintasi Shirath, pasti selamat.”
Kemudian, dalam menerangkan ukuran telaga, panjang maupun lebarnya, pernyataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memang berbeda-beda. Menanggapi hal ini, al-Qurthubi berkata, “Orang menyangka itu merupakan suatu keraguan. Padahal tidak demikian, karena yang terjadi adalah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita kepada para shahabatnya tentang telaga berkali-kali. Pada setiap kalinya beliau menerangkan dengan tampat-tempat yang diketahui oleh masing-masing shahabat. Bahkan dalam hadits shahih diterangkan bahwa beliau mendefinisikannya dengan sebulan kali sebulan.”
“Tidakkah terdetik dalam hatimu, bahwa ketika menerangkan hal itu, beliau masih berada di bumi ini? Padahal yang diterangkan ada di bumi yang sudah berganti kelak, yaitu sebuah bumi berwarna putih bagai perak, tidak dikotori dengan pertumpahan darah, dan tidak terjadi penganiayaan terhadap seorang pun. Bumi yang suci, karena hendak dipijak oleh Allah Yang Maha Agung untuk melakukan pengadilan.”
Dalam sebuah hadits diterangkan, bahwa di setiap sisi telaga itu, ada seorang dari empat Khulafa’ Rasyidin. Pada sudut pertama ada Abu Bakar, pada sudut kedua ada Umar, pada sudut ketiga ada Utsman, dan pada sudut keempat Ali –Radliyallahu ‘anhum-.
Sumber: Ibnu Katsir. Huru-Hara Hari Kiamat “An-Nihayah: Fitan wa Ahwaalu Akhiruz-Zamaan”. Terj. Anshari Umar Sitanggal, H. Imron Hasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2002.