Pengadilan di Hari Kiamat

313662 7a2a063a A8be 11e4 8350 Ca4e2523fab8

Dalam hadits tentang sangkakala di terangkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi untuk mengajukan syafaat kepada Allah, memohon agar Dia segera memberikan keputusan terhadap hamba-hamba-Nya, yakni setelah hal itu diminta kepada Adam dan para nabi yang lain sesudahnya agar melakukannya. Namun semuanya menyatakan dirinya tidak sanggup, dan akhirnya sampailah giliran kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ternyata beliau meluluskan permintaan tersebut, dan diterima syafaatnya oleh Allah ta’alaa.

Maka para malaikat pun turun berduyun-duyun. Mereka turun dari langit yang terendah dalam jumlah yang sama dengan penghuni bumi, yaitu jin dan manusia. Lalu mereka membentuk lingkaran mengelilingi para penghuni bumi itu.

Sesudah itu turun pula para malaikat penghuni langit kedua, lalu melingkari para malaikat penghuni langit ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh. Setiap penghuni langit yang lebih tinggi melingkari para penghuni langit di bawahnya.

Lalu turun para malaikat Karubiyyun dan para malaikat pembawa ‘Arsy. Mereka mendengungkan tasbih,taqdis, dan ta’zhim, yaitu,
“Mahasuci Dzat yang Memiliki keperkasaan dan kekuasaan, Mahasuci Dzat yang Memiliki kerajaan dan keagungan, Mahasuci Dzat yang Maha Hidup dan tidak akan mati, Mahasuci Dzat yang mematikan segala makhluk, sedang Dia tidak akan mati. Mahasuci Dia dan Maha Kudus, Mahasuci Dia dan Maha Kudus, Maha Suci Tuhan kami yang Maha Tinggi, pemilik para malaikat dan Jibril. Maha Suci Tuhan kami yang Maha Tinggi. Dia mematikan segala makhluk sedang Dia tidak akan mati.”

Berkata Abu Bakar bin Abid-Dunya dalam kitabnya al-Ahwal, bercerita kepadaku Hamzah bin Abbas, dari Abdullah bin Utsman, dari Ibnul Mubarak, dari Abul Minhal Saiyar bin Salamah ar-Riyahi, dari Syahr bin Hausyab, dari Ibnu Abbas Radliyallahu ‘anhu, dia berkata,

“Pada hari Kiamat kelak, bumi akan dibentangkan seperti kulit, dan luasnya ditambah. Semua makhluk dikumpulkan di satu lapangan, baik jin maupun manusia. Sesudah itu langit yang terendah digenggam dari penduduknya (tidak lagi memuat mereka), supaya mereka semua berkumpul di muka bumi. Padahal penduduk langit ini saja benar-benar lebih banyak jumlahnya berkali lipat daripada semua penduduk bumi, baik jin maupun manusia.

Manakala penduduk bumi melihat mereka, maka terperanjatlah mereka lalu bertanya, “Adakah Tuhan bersama kalian?”
Mendengar pertanyaan penduduk bumi, para penduduk langit itu terkesima lalu menjawab, “Maha Suci Tuhan kami, Dia tidak bersama kami, tetapi Dia pasti datang.”

Selanjutnya semua langit digenggam satu-persatu. Setiap kali satu langit digenggam, ternyata penduduknya lebih banyak berkali lipat daripada penduduk langit di bawahnya, apalagi dibanding dengan seluruh penduduk bumi, baik jin maupun manusia. Dan setiap kali mereka melewati penduduk bumi, mereka terperanjat dan bertanya seperti tadi, dan penduduk langit itu pun memberi jawaban yang sama seperti tadi.

Dan akhirnya, langit yang ke tujuh pun digenggam, yang penduduknya benar-benar lebih banyak berkali lipat daripada penduduk enam langit yang lain, apalagi dibanding dengan penduduk bumi. Allah ta’alaa datang bersama mereka, sementara setiap umat telah berbaris rapi. Maka terdengarlah suatu panggilan, “Para hari ini kamu sekalian akan mengetahui siapa orang-orang yang mendapat kemuliaan.”

Hendaklah berdiri orang-orang yang tergolong dalam firman Allah ta’alaa,

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhan-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka.” (As-Sajdah: 16).

Maka mereka pun berdiri dan langsung diantar ke Surga. Dan selanjutnya, terdengar panggilan yang kedua, “Pada hari ini kamu sekalian akan tahu siapakah orang-orang yang mendapat kemuliaan.”

Hendaklah berdiri orang-orang yang tergolong dalam firman Allah ta’alaa,

Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual-beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayarkan zakat. Mereka takut akan suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang.” (An-Nuur: 37).

Maka mereka pun berdiri dan langsung di antar ke Surga. Kemudian, apabila mereka semua telah diambil, maka muncullah semacam leher dari dalam neraka. Leher itu mendekati seluruh makhluk. Dia mempunyai dua mata yang tajam dan lidah yang fasih. Dia berkata, “Aku ditugaskan untuk mencari tiga macam orang. Aku ditugaskan mencari setiap penguasa yang kejam.” Lalu dia mematuk mereka dari dalam barisan, bagaikan seekor burung mematuk biji-bijian wijen. Mereka ditahan dalam neraka Jahannam.

Kemudian leher neraka itu keluar lagi seraya berkata, “Aku ditugaskan untuk mencari yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya.” Maka dia pun mematuk mereka dari dalam barisan, bagaikan seekor burung mematuk biji-biji wijen. Mereka juga ditahan dalam neraka Jahannam.

Kemudian keluar lagi untuk ketiga kalinya seraya berkata, “Aku ditugaskan mencari para pelukis.” Maka dia mematuk mereka dari dalam barisan, bagaikan seekor burung mematuk biji-bijian wijen. Mereka ditahan dalam neraka Jahannam.”

Allah ta’alaa berfirman,

Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar geramanannya dan suara nyalanya. Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di dalam neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Tetapi dikatakan kepada mereka), ‘Janganlah kalian mengharapkan satu kebinasaan saja, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak.’” (Al-Furqan: 122-14).

Asy-Sya’bi berkata, “Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar geramannya dan suara nyalanya, karena neraka marah dan benci kepada setiap orang musyrik dan mempertuhankan selain Allah.”

Apabila mereka semua telah diambil, maka buku-buku catatan amal disebarkan dan dibuka. Begitu pula timbangan dipasang, selanjutnya dipanggilah tiap-tiap orang untuk dihitung amalnya.

Selanjutnya dalam hadits sangkakala, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maka Allah meletakkan Kursi-Nya di manapun Dia kehendaki dari bumi-Nya.” Maksud Kursi di sini adalah Kursi pengadilan, untuk memberi keputusan di antara hamba-hamba-Nya.

Sumber: Ibnu Katsir. Huru-Hara Hari Kiamat “An-Nihayah: Fitan wa Ahwaalu Akhiruz-Zamaan”. Terj. Anshari Umar Sitanggal, H. Imron Hasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2002.