Larangan Berlebih-lebihan Dalam Agama

Allah SWT berfirman, "Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus’." (Al-Maa-idah: 77).

Allah SWT berfirman, "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar." (An-Nisaa': 171).

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. berkata kepadaku pada pagi hari di Jumratul 'Aqabah, ketika itu beliau berada di atas kendaraan, 'Ambillah beberapa buah batu untukku!' Maka aku pun mengambil tujuh buah batu untuk beliau yang akan digunakan untuk melontar jumrah. Kemudian beliau berkata, 'Lemparlah dengan batu-batu seperti ini!' Kemudian beliau melanjutkan, 'Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluww (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan ummat sebelum kalian adalah sikap ghuluww mereka dalam agama’." (Shahih, HR an-Nasa’i [V/268], Ibnu Majah [3029], Ahmad [I/215], Abu Ya'la [2427 dan 2472], Ibnul Jarud [473], ath-Thabrani dalam al-Kabiir [12747] dan al-Hakim [I/466]).

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Celakalah orang-orang yang melampaui batas!' Beliau mengucapkannya tiga kali.” (HR. Muslim (2670).

Kandungan Bab:

  1. Islam selalu mengambil sikap tengah dalam segala urusan. Sebab, keadilan dan kejelasan merupakan salah satu keistimewaan yang amat mendasar bagi ummat Islam. Dengan itulah Allah membedakan kaum Muslimin dengan ummat-ummat lainnya. Dengan itu pula mereka bisa menjadi panutan dan saksi atas ummat-ummat lainnya.

    Allah SWT berfirman, "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikanmu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)mu." (Al-Baqarah: 143). 

  2. Banyak sekali dalil-dalil Al-Qur-an dan As-Sunnah yang memperingatkan dan mengharamkan ghuluww dan sikap melampaui batas. 
  3. Sikap ghuluww itu diawali dengan sesuatu yang sepele, namun dalam waktu singkat bahayanya akan meluas dan kerusakannya akan menyebar. Orang-orang yang jatuh dalam sikap ghuluww ini akan berbicara tentang Allah tanpa haq yang akhirnya mereka sesat dan menyesatkan orang lain dari jalan yang lurus. Sikap ghuluww inilah yang merupakan penyebab munculnya seluruh penyimpangan-pengimpangan. Maka, mereka berhak menerima ketetapan adzab, karena itulah Allah membinasakan mereka. 
  4. Islam telah menentang semua perkara yang mengarah kepada sikap ghuluw ini. Semoga Allah merahmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang berkata, "Agama Allah adalah agama pertengahan, antara sikap ekstrim (berlebih-lebihan) dan sikap moderat (terlalu longgar)." 
  5. Islam adalah agama pertengahan di antara agama-agama lainnya. Dan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Salafush Shalih, Ahli Hadits pertengahan di antara seluruh kelompok-kelompok lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab al-Washiyyatul Kubra. Jangan lewatkan membaca buku tersebut, karena sangat bagus, lengkap, dan berharga.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 1/271-273.