CILACAP (voa-islam.com) – Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyatakan keprihatinannya atas pembantaian terhadap umat Islam yang terus berlangsung di Myanmar.
Menyikapi hal tersebut, ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebelumnya pernah mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Myanmar, Thein Sein.
Surat yang dikirimkan ke Kedutaan Besar Myanmar, Senin (30/7/2012) itu memuat tiga tuntutan umat Islam yang disuarakan ustadz Abu Bakar Ba’asyir untuk membela Muslim Rohingya:
1. Hentikan kezaliman berupa pengusiran, pembantaian terhadap ummat Islam di Myanmar.
2. Berikan mereka kebebasan untuk memeluk Islam dan menjalankan ibadahnya.
3. Jangan ada lagi diskriminasi terhadap ummat Islam.
Bila tuntutan tersebut tak juga dilaksanakan, ustadz Abu Bakar Ba’asyir menegaskan, mujahidin akan segera menghancurkan Myanmar sebagaimana hancurnya Rusia.
“Dengan izin Alloh pula kami bisa memperlakukan anda dan rakyat anda seperti negara sosialis komunis Rusia yang hancur berkeping-keping atau amerika yang sebentar lagi akan binasa (Insya Alloh).
Kami tak ingin mendengar tangisan saudara-saudara muslim kami di buminya Alloh negeri kalian dan negerinya ummat Islam yang tinggal di sini, kami tidak ridho setetes darah pun tertumpah dari kaum muslimin,” demikian kutipan surat tersebut.
Tak lama berselang, Duta Besar Myanmar, Pyo Soe, membalas surat ustadz Abu Bakar Ba’asyir tersebut secara resmi. Intinya pemerintah Myanmar membantah adanya terjadinya diskriminasi dan pembantaian Muslim Rohingya.
“Walaupun ini terlihat seperti konflik antara dua agama seperti yang digambarkan oleh beberapa sumber, yang sesungguhnya tidak benar. Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan dengan benar dalam konferensi persnya pada hari sabtu, 4 Agustus 2012 bahwa konflik Rakhine – Rohingya adalah konflik umum, bukan agama, “kebetulan suku Rohingya adalah Muslim dan suku Rakhine beragama Buddha,” tulis Pyo Soe dalam surat tersebut.
Namun, kenyataanya hingga saat ini Muslim Rohingya terus mengalami penindasan. Ia geram atas dusta pemerintah Myanmar itu.
“Jika umat Islam yang minoritas memang jadi sasaran pembantaian. Lain halnya jika umat Islam yang berkuasa, orang-orang kafir itu justru mendapatkan keadilan,” kata ustadz Abu Bakar Ba’asyir saat dibesuk di LP Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap, Kamis (23/4/2013).
Dari balik sel Super Maximum Security, LP Pasir Putih Nusakambangan, ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyerukan kaum muslimin agar berjihad ke Myanmar. Sebab, hanya jihad solusi satu-satunya menghentikan genosida terhadap Muslim Rohingnya yang terus terjadi.
“Semua itu kesalahan kita sendiri yang tidak mau berjihad. Di Filipina itu kaum Muslimin kuat karena mereka mau berjihad,” tuturnya.
Ustadz Ba’asyir pun mengutip ayat Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 82:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS. Al-Maidah: 82).
“Jadi orang yang paling buruk permusuhannya terhadap Islam itu adalah orang Yahudi dan orang Musyrik,” tegasnya.
Selain itu, ia menyesalkan sikap orang-orang Budha di Indonesia yang tak mampu menghentikan pembantaian terhadap Muslim Rohingya yang dilakukan oleh penganut Budha di Myanmar.
“Omong kosong, ajaran Budha yang katanya mengasihi itu, buktinya yang membantai kaum Muslimin adalah orang-orang Budha,” tandasnya.