Ulama Sri Lanka Setuju Lepas Logo Halal Dalam Produk

KOLOMBO, muslimdaily.net, – Dalam sebuah pengorbanan untuk menjaga keamanan negara mereka, ulama Muslim di Sri Lanka memutuskan pada hari Senin, 11 Maret untuk merelakan melepas logo halal pada semua produk untuk membantu meredakan ketegangan dengan umat Buddha.

“Kami merelakan apa yang sangat penting bagi umat Islam,” kata Rizwe Mufthi dari All Ceylon Jamiyyathul Ulama (ACJU), lembaga utama para ulama di Sri Lanka, kepada Zee News sebagaimana dilansir onislam.net.

“Kami melakukan pengorbanan untuk kepentingan perdamaian dan keharmonisan antar etnis.”

Para sarjana Muslim mengatakan produk di rak-rak supermarket tidak lagi mencantumkan logo sertifikasi halal. Ketegangan telah tumbuh di Sri Lanka atas keberadaan daging halal di negara yang berpenduduk mayoritas Buddha itu. Sebuah kelompok garis keras Buddha yang dikenal sebagai “Bodu Bala Sena”, atau Angkatan Buddha, telah menyerukan untuk melarang penjualan makanan halal di Sri Lanka, seruan yang sebenarnya ditentang oleh pemerintah.

Kelompok ini telah mengadakan unjuk rasa untuk menyerukan boikot produk halal di negara ini. Kelompok garis keras Buddha ini juga telah memberikan ultimatum kepada umat Islam untuk menarik semua produk dengan logo halal pada akhir Maret. Kelompok ini berargumen bahwa non-Muslim, dimana orang Budhha menjadi mayoritas di Sri Lanka, “merasa” dipaksa untuk mengkonsumsi makanan bersertifikat halal.

Dalam upaya sebelumnya untuk meredakan ketegangan, para ulama yang tergabung dalam ACJU mengatakan bahwa produk halal hanya akan ditawarkan kepada Muslim, sebuah pernyataan yang masih ditolak oleh Buddha garis keras.

Logo Halal Khusus Untuk Ekspor

Ulama Sri Lanka mengatakan bahwa sertifikasi halal sekarang akan terbatas pada produk ekspor yang ditujukan untuk negara-negara Muslim. ACJU mengatakan sertifikat halal akan dikeluarkan gratis hanya untuk eksportir yang memintanya.

“Sampai semua stok barang habis, pasar akan masih memiliki produk dengan logo halal,” pernyataan Kamar Dagang dan Industri Sri Lanka.

Para pejabat mendesak produsen untuk memulai proses mengubah kemasan dengan segera untuk memastikan produk tanpa logo halal tersedia di pasar.

Muslim Sri Lanka, yang dikenal sebagai bangsa “Moor”, adalah kelompok etnis terbesar ketiga di negara itu setelah Sinhala, yang membentuk 70 persen, dan Tamil, yang mencapai 12,5 persen. Muslim di Sri Lanka kini menghadapi tekanan berat setelah ekstrimis Buddha melakukan provokasi terhadap umat Islam di sana.

Sebelumnya pada bulan April, sejumlah biksu terganggu oleh ibadah yang dilakukan Muslim di desa Dambulla. Selanjutnya sekelompok orang melakukan serangan ke masjid dan mengklaim bahwa masjid yang dibangun pada tahun 1962 adalah masjid ilegal. Beberapa minggu kemudian, para biksu menyusun sebuah surat ancaman yang ditujukan untuk umat Islam di kota terdekat Kurunegala, menuntut kegiatan umat Islam ada dihentikan. [har]