Oleh: Ust. Ahmad Taqiyuddin, Lc. Al-Hafidz.
Hampir seluruh manusia yang hidup di dunia ini ingin memperoleh kesuksesan. Dan sebaliknya, nyaris tidak ada satupun manusia yang ingin mendapatkan kerugian dan kegagalan. Kesuksesan menurut sebagaian orang adalah kesuksesan dalam pendidikan. Sebagaian mereka menganggap bahwa kesuksesan adalah taraf ekonomi yang mapan. Dan sebagian lain melihat kesuksesan adalah jabatan yang tinggi. Semua itu adalah kesuksesan yang sifatnya sementara, bahkan, kesuksesan tersebut dapat membawa pemiliknya kepada kebinasaan jika tidak digunakan dalam rangka taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah pemilik semesta alam.
Membahas tentang kesuksesan, Islam memiliki konsep tersendiri. Hal tersebut Allah nyatakan dalam firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung (sukses). Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran : 185)
Demikianlah kesuksesan menurut Allah. Orang-orang yang dijauhkan dari adzab neraka dan dimasukkan ke dalam syurga-Nya, merekalah orang yang memperoleh kesuksesan yang abadi dan hakiki. Apakah ada kesuksesan yang lebih besar daripada kesuksesan ini?
Sesungguhnya Allah memasukkan hamba-hamba-Nya yang beriman ke dalam syurga-Nya dengan rahmat dan keutamaan-Nya.. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
وعن أبي هريرة – رضي الله عنه – قال: قال رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم -: ((لن ينجِّي أحدًا منكم عملُه))، قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال: ((ولا أنا، إلا أن يتغمَّدَني اللهُ برحمة، سدِّدوا
Hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: Dari Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, bahwa beliau bersabda,“Tidak seorang pun di antara kalian yang akan diselamatkan oleh amal perbuatannya.” Seorang lelaki bertanya: Engkau pun tidak, wahai Rasulullah? Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menjawab, “Aku juga tidak, hanya saja Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku akan tetapi tetaplah kalian berusaha berbuat dan berkata yang benar.” (H.R. Bukhari).
Ketika orang-orang beriman memiliki kualitas iman dan amal yang bebeda di dunia, maka Allah pun membedakan derajat di antara mereka di syurga dengan keadilan-Nya. Allah berfirman:
انظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلاً
“Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.” (Al-Isra’ : 21)
Rasulullah shalallah alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا يَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الْأُفُقِ مِنْ الْمَشْرِقِ أَوْ الْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ
Dari Abu Sa’id Alkhudzri radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shalallahu alahi wasallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya penduduk syurga melihat ruangan-ruangan di atas mereka, sebagaimana mereka melihat bintang yang terang benderang di tempat terbit dan tempat terbenarnya. Sebagian mereka lebih (tinggi derajatnya) atas sebagian yang lain.” (H.R. Bukhari).
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
والجنَّة درجات ، متفاضلة تفاضلاً عظيماً ، وأولياء الله المؤمنون المتقون في تلك الدرجات : بحسب إيمانهم ، وتقواهم
“Syurga bertigkat-tingkat, dan perbedaan antara satu dengan yang lain sangatlah besar. Para wali Allah, orang-orang beriman dan bertakwa berada pada satu derajat sesuai dengan keimanan dan ketakwaan mereka. (Majmu’ Fatawa)
Syurga dengan kenikmatannya yang sempurna, kenikmatan yang Allah kabarkan kepada hamba-Nya melalui firman-firman-Nya dalam kitabnya yang suci dan juga melalui lisan Rasul-Nya yang mulia. Sengaja allah mengabarkan berita tentang syurga secara detail dan rinci supaya jiwa-jiwa yang suci selalu rindu untuk memasukinya. Syurga adalah rumah abadi bagi para penghuninya. Tidak ada lagi perintah dan larangan. Tidak ada taklif (beban). Yang ada hanyalah kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terputus. Namun walaupun demikian penduduk syurga masih tetap bertasbih, mensucikan dzat Allah Yang Maha Agung. Rasulullah shalallah alaihi wasallam bersabda:
إن أهلَ الجنةِ يُلهمُون التسْبيحَ كَمَا يُلهَمُونَ النَّفَس
“Sesungguhnya penduduk syurga diberi ilham oleh Alllah untuk selalu bertasbih kepada-Nya sebagaimana mereka diberi ilham untuk bernafas.” (H.R. Muslim)
Syaikh Shaleh Al Maghamisi hafizhahullah ta’ala menerangkan bahwa tasbih yang keluar dari lisan-lisan penduduk syurga bukanlah suatu taklif (beban), namun sebuah ilham seperti ilham Allah kepada manusia dalam bernafas.
Dengan demikian hadis di atas menunjukkan bahwa tasbih memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala. Bahkan tasbih adalah ibadah yang paling utama. Tasbih. Bukan hanya dzikir di dunia saja, namun dzikir penduduk syurga di akherat kelak. Dengan mentadaburi ayat-ayat suci Al-Quran niscaya akan terkuak rahasia dahsyatnya sebuah kalimah tasbih.
Allah berfirman:
وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ
“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah.” (Ar-Ra’d; 13)
Guruh pun bertasbih dan memuji Allah.
Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah : 30)
Para malaikat-Nya pun bertasbih kepadaNya.
Allah berfirman:
وإنما يؤمن باياتنا الذين إذا ذكروا بها خروا سجد وسبحوا بحمد ربهم
“Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya.” (As-Sajadah : 15)
Orang-orang yang beriman bertasbih dan memuji Allah.
Allah berfirman:
فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلّاً آتَيْنَا حُكْماً وَعِلْماً وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ وَكُنَّا فَاعِلِينَ
“Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat) ; dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.” (Al-Anbiya : 79)
Sampai gunung dan burungpun bertasbih kepada Allah.
Kemudian Allah berfirman bahwa seluruh makhluk-Nya bertasbih kepadanya:
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ وَلَـكِن لاَّ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيماً غَفُوراً
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Al-Isra’ : 44)
Demikianlah Allah mengabarkan tasbih mereka; guruh, para malaikat, orang-orang mukmin, gunung dan burung, bahkan seluruh penghuni langit dan bumi. Namun lebih dari itu Allah mengabarkan bahwa diri-Nya bertasbih mensucikan dzat-Nya sendiri Yang Maha Agung. Allah berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya.” (Al-Isra; : 1)
Allah berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَداً سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ
“Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Allah mempunyai anak”. Maha Suci Allah.” (Al-Baqarah : 116)
Allah bertasbih mensucikan diri-Nya sendiri supaya manusia mengetahui bahwa tasbih memiliki kedudukan yang agung di sisi-Nya.
Lihatlah Nabi Zakariya di saat Allah berikan tanda kekuasaan-Nya ketika hendak memberikan kepadanya keturunan pada lanjut usia. Sebuah tanda, yaitu Nabi Zakariya tidak mampu berbicara selama tiga hari padahal beliau sehat-sehat saja. Namun dalam kondisi tersebut, Nabiyullah Zakariya ketika berjumpa dengan kaumnya tetap memerintahkan mereka untuk selalu bertasbih kepada Allah. sebagaimana firmannya, “Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda”. Tuhan berfirman: “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat”.Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (Maryam : 10-11)
Para ulama’ menyatakan makna tasbih adalah: تنزيه عن جميع النقائص والعيوب Pensucian dari sifat kurang dan cacat. Artinya dengan bertasbih berarti kita telah menafikan aib atau cacat dari dzat Yang Maha Mulia dan menetapkan kesempurnaan hanya milik-Nya belaka. Karena pada dasarnya penafian tanpa ada penetapan lawan dari penafian tersebut bukanlah suatu pujian. Sebagaimana disebutkan dalam kaidah:
النفي المحض لايقتضي مدحا
Penafian sesuatu tanpa adanya penetapan terhadap kebalikannya tidak menunjukkan suatu pujian.
Penafian kebodohan dari dzat Allah berarti penetapan pengetahuan yang sempurna baginya. Penafian kelemahan dari dzat Allah berarti penetapan kekuasaan yang sempurna tanpa batas bagi-Nya. Demikian juga penafian cacat atau aib dari dzat Allah berarti penetapan puncak kesempurnaan hanya milik-Nya. Karena hanya Allahlah yang memiliki nama nama yang indah dan sifat sifat yang utama. Klimaksnya, ketika seorang mampu selalu membasahi lisannya dengan tasbih, memahami maknanya, berarti ia telah mencapai maqom ubudiyah yang tinggi, ia telah mengamalkan dari seluruh asmaul husna. Karena inti dari asmaul husna adalah penetapan kesempurnaan hanya milik Allah dan penafian segala bentuk kurang dan cacat dari-Nya. Dan penetapan puncak kesempurnaan hanya milik Allah terkandung pada kalimat tasbih, SUBHAANALLAAH.
Pantaslah kalau Rasulullah menyatakan dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآَنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Mahasuci Allah (tasbih) segala puji bagi Allah (tahmid) memenuhi apa yang di antara langit dan bumi.“
Wallahu a’lam.