Ayat 186, yaitu firman Allah Ta’ala yang artinya, “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (Ali Imran: 186)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim dan Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan sanad yang baik bahwa ayat tersebut turun karena yang terjadi antara Abu Bakar dan Fanshash, karena kata-katanya, “Sesungguhnya Allah fakir dan kamilah yang kaya.”
Abdurrazaq meriwayatkan dari Muammar dari az-Zuhri, dari Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik bahwa ayat ini turun pada Ka’ab ibnul-Asyraf yang mengejek Nabi saw. dan para sahabat beliau dengan syairnya.
Ayat 188, yaitu firman Allah ta’ala, yang artinya, “Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.” (Ali Imran: 188)
Sebab Turunnya Ayat
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan yang lainnya meriwayatkan dari jalur Hamid bin Aburrahman bin Auf bahwa Marwan berkata kepada penjaga pintu rumahnya, “Wahai Rafi’, temuilah Ibnu Abbas. Katakan kepadanya,” ‘Jika setiap orang dari kita yang senang dengan apa yang didapatkannya dan suka dipuji karena apa yang tidak dilakukannya akan diazab, tentu kita semua akan diazab.’
Ketika ditemui dan mendengar pertanyaan itu, Ibnu Abbas berkata, ‘Ayat ini turun pada Ahli Kitab yang ditanya oleh Nabi saw. tentang sesuatu, lalu mereka menyembunyikan jawabannya dan tidak mau menyampaikannya kepada beliau. Dan, mereka memberi tahu beliau dengan jawaban yang tidak benar. Lalu mereka pergi setelah berkata kepada beliau bahwa mereka telah menjawab pertanyaan beliau dengan sebenarnya. Mereka juga meminta pujian karenanya dan mereka berbahagia karena apa yang mereka lakukan, yaitu menyembunyikan apa yang ditanya Rasulullah.'” (64)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa ketika Rasulullah berangkat untuk berperang, orang-orang munafik selalu tidak ikut berangkat. Mereka bahagia dengan ketidakberangkatan mereka itu. Ketika Rasulullah kembali, mereka meminta maaf kepada beliau sembari bersumpah, dan mereka ingin dipuji karena apa yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Maka turunlah firman Allah,
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan …” (65)
Abdurrazaq dalam tafsirnya meriwayatkan dari Zaid bin Aslam bahwa pada suatu ketika Rafi’ bin Khudaij dan Zaid bin Tsabit berada di tempat Marwan. Lalu Marwan bertanya, “Wahai Rafi’, pada peristiwa apa turun ayat 188 surah Ali Imran, ‘Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.’ “
Rafi’ menjawab, “Ayat ini turun pada orang-orang munafik yang selalu meminta uzur karena tidak ikut serta ketika Rasulullah berperang. Mereka berkata, ‘Tidak ada yang menghalangi kami untuk berangkat bersama kalian, kecuali kesibukan kami. Sebenarnya kami ingin sekali berangkat bersama kalian.’ Maka Allah menurunkan ayat itu.”
Tapi Marwan tampak tidak setuju dengan apa yang dikatakan Rafi’ tersebut. Maka Rafi’ terkejut dengan sikap Marwan dan dia segera bertanya kepada Zaid bin Tsabit, “Demi Allah, apakah engkau tahu dengan apa yang saya katakan?” Zaid menjawab, “Ya, saya mengetahuinya.”
Al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Riwayat ini dan riwayat dari Ibnu Abbas dapat digabungkan dengan menyatakan bahwa ayat ini kemungkinan turun pada dua kelompok tersebut.”
Ibnu Hajjar berkata juga, “Al-Farra’ meriwayatkan bahwa ayat ini turun pada kata-kata orang-orang Yahudi, ‘Kami adalah Ahli Kitab yang pertama, umat yang pertama melakukan shalat, dan umat yang pertama taat kepada Tuhan.’ Namun, mereka tetap tidak mengakui Muhammad.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari beberapa jalur dari beberapa orang tabi’in riwayat yang serupa dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan, tidak masalah ayat ini turun pada semua itu.
Ayat 190, yaitu firman Allah ta’ala,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (Ali Imran: 190)
Sebab Turunnya Ayat
Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, ‘Apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian?’ Orang-orang Yahudi itu menjawab, ‘Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya.’ Lalu orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, ‘Apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?’ Mereka menjawab, ‘Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati.’ Lalu mereka mendatangi Nabi saw. lalu mereka berkata kepada beliau,’ ‘Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kami.’ Lalu beliau berdoa, maka turunlah firman Allah,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”‘ (66)
Ayat 195, yaitu firman Allah ta’ala,
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain . Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” (Ali Imran: 195)
Sebab Turunnya Ayat
Abdurrazaq, Sa’id bin Manshur, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak mendengar Allah menyebutkan para wanita yang melakukan hijrah.”
Maka Allah menurunkan firman-Nya,
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan,….” (67)
Ayat 199, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.” (Ali Imran: 199)
Sebab Turunnya Ayat
An-Nasa’i meriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Ketika berita tentang meninggalnya an-Najasyi sampai kepada Rasulullah, beliau bersabda,” ‘Mari shalati dia.’ Para sahabat menjawab, ‘Wahai Rasulullah, apakah kami melakukan shalat atas seorang budak dari Ethiopia?’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya,
‘Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah,….’ (68)
Ibnu Jarir juga meriwayatkan yang serupa dengannya dari Jabir. Dan dalam al-Mustadrak, al-Hakim meriwayatkan dari Abdullah ibnuz-Zubair, dia berkata, “Turun pada an-Najasyi firman Allah,
‘Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah,….’
65. HR. Bukhari dalam Kitabut Tafsir, No. 4567 dan Muslim dalam Kitabut Shifatul Munaafiqiin, No. 2777.
66. HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabiir, No. 12153.
67. HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak, No. 3131.
68. HR. an-Nasa’i dalam Kitabut Tafsir, No. 108-109.
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 145 – 150.