Ribuan Warga Maladewa Desak Pemerintah Terapkan Syariat Islam

Maladewa

REPUBLIKA – Ribuan demonstran turun ke jalan di ibukota Maladewa, Male, Jumat, (23/12). Demonstran mendesak pemerintah untuk menegakkan hukum Islam dan menghentikan kegiatan anti-Islam, termasuk rencana yang memungkinkan penerbangan langsung ke Israel.

“Kami di sini untuk menunjukkan bahwa kami tidak akan mendukung kebijakan-kebijakan, namun kami bukan ekstremis,” kata pemimpin oposisi dari Partai Rayyithunge Divehi (DRP), Ahmed Thasmeen Ali. Ia menegaskan bahwa Maladewa selamanya akan menjadi bangsa Islam.

Lebih dari 3.000 demonstran menuduh pemerintahan Presiden Muhammad Nasheed telah mengorbankan prinsip-prinsip Islam. Pengunjuk rasa juga mendesak pemerintah Maladewa menghentikan penjualan alkohol di berbagai tempat, menutup rumah bordil yang berkedok panti pijat.

Selain itu, mereka juga menuntut pemerintah menghancurkan monumen yang menandai KTT Asia Selatan bulan lalu karena banyak orang mengartikan itu sebagai berhala. Protes serupa muncul bulan lalu setelah pertemuan dengan komite hak asasi manusia PBB, Navi Pillay. Pillay yang bertemu dengan presiden meminta Maladewa mengakhiri praktek hukuman cambuk yang dilakukan terhadap perempuan yang terbukti berzina.

Peristiwa itu memicu protes di negara kepulauan tersebut. Mereka menyerukan untuk menangkap Pillary. Pengunjuk rasa mengepung gedung PBB, dan menuntut permintaan PBB serta anggota parlemen meminta maaf.

Sebagai jawaban protes kemarin, presiden Maladewa, Mohamed Nasheed, juga meminta rakyat agar lebih bertoleran. Nasheed mendesak 330.000 Muslim Sunni, untuk menolak ekstremisme agama dan mendukung “bentuk tradisional” Islam yang telah dipraktekkan di Maladewa untuk 800 tahun terakhir.

Nasheed mengatakan Islam moderat sangat penting untuk melestarikan industri pariwisata yang menghasilkan lebih dari dua pertiga pendapatan negara. “Untuk membangun perekonomian kita, kita perlu investasi asing dan kita perlu menciptakan suatu lingkungan di mana orang asing dapat berinvestasi. Kita tidak bisa mencapai pembangunan dengan pergi mundur ke Zaman Batu atau yang bodoh,” ujar Nasheed. Maladewa adalah negara kepulauan dengan 1.200 pulau terkenal untuk pariwisata. (Arbi)