Sunnah-Sunnah Ibadah Haji (4)

4. Sunnah-Sunnah Sa’i

a.            Menjamah Rukun Yamani sebagaimana yang telah ditegaskan dalam hadits yang lalu.

b.           Membaca ayat, ”Innash Shafaa Wal Marwata Min Sya’aairillaahi Faman Hajjal Baita Awitamara Faala Junaa Ha ’Alahh Ayyatithawwafa Bhimaa Waman Tathawwaa Khairan Fainnaallaaha Syaakirun ’Alim (Al-Baqarah;158).” Kemudian mengucapkan, ”Nabdau bimaa Badaallaahubih (Kami memulai Sa’i dengan apa yang dimulai Allah). Hal ini dilakukan ketika sudah dekat ke Shafa pada waktu melakukan sa’i (semua ini termaktub dalam hadits Jabir yang panjang).

c.            Ketika berada di atas bukit Shafa menghadap kiblat sembari mengucapkan:

Allahu Akbar (3x), Laa Ilaaha Illallaahu Wahdahuu Laa Syariika Lah, Lahul Mulku Wa Lahul Hamdu, Wa Huwa ’Alaa Kulli Syai-In Qadiir. Laa Nashara ’Abdah, Wa Hasamal Ahzaaba Wahdah (Allah Yang Maha Besar (3X), tiada Ilah/sesembahan (yang patut diibadahi kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kerajaan dan bagi-Nyalah segala puji, Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu, Tiada Ilah (yang patut diibadahi), kecuali Allah sunnah semata yang telah memenuhi janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan persengkongkolan musuh-musuh). Kemudian dia berdo’a kepada Allah apa yang dikehendakinya. Ini dilakukan sebanyak tiga kali.

d.           Melakukan sa’i dengan berlari-lari bila melintas dua pilar hajar (lampu hijau).

e.            Sewaktu berada di atas bukit Marwah pun dia melakukan amalan yang dilakukannya di atas bukit Shafa, yaitu menghadap ke Baitullah seraya berdzikir dan berdo’a.

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 487 — 488.