3. Sunnah-sunnah Thawaf:
a. Idhthiba’, yaitu memasukkan pakaian ihramnya dari bawah ketiaknya yang kanan dan menyelubungi bahu yang kiri, sehingga bahu yang kanan terbuka berdasarkan hadits:
Dari Ya’la bin Umayyah r.a. bahwa Nabi saw. melakukan thawaf dengan beridhthiba’ (Hasan: Shahih Ibnu Majah no:2391, ’Aunulk Ma’bud V:336 no: 1866, Tirmidzi II:175 no:161, Ibnu Majah II:2954 no:984).
b. Menjamah hajar aswad berdasarkan hadits:
Dari Ibnu Umar ra, ia bertutur, ”Saya pernah melihat Rasulullah saw sewaktu datang ke Mekkah, bila sudah menjamah hajar aswar, maka itulah pertanda beliau memulai thawaf dengan berlari kecil pada tiga putaran (pertama) dalam thawafnya yang banyaknya tujuh kali putaran (Muttafaqun ’alaihi Fathul Bari III:470 no:1603, Maslim II:920 no:232 dam 1261 dan Nasa’i V:229).
c. Mencium hajar aswad:
Dari Zuid bin Aslam dari bapaknya, ia bertutur : Saya pernah melihat Umar bin Khattab r.a. mencium hajar aswad, dan berkata, ”Kalaulah sekiranya aku tidak melihat Rasulullah saw. menciummu, niscaya aku tidak mau menciummu.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari III:462 no:1597, Muslim II:925 no:1270, ’Aunul Ma’bud V:325 no:1856, Ibnu Majah II:981 no:2943, Tirmidzi II: 175 no:862 dan Nasa’i V:227).
d. Sujud menghormati hajar aswad:
Dari Ibnu Umar r.a. berkata, saya pernah melihat Umar bin Khattab r.a. mencium hajar aswad dan sujud diatasnya, kemudian kembali lagi mencium (lagi) dan sujud (lagi) diatasnya. Kemudian dia berkata, “Begitulah saya melihat Rasulullah saw. (berbuat).” (Hasan: Irwa-ul Ghalil IV:312 dan al-Bazzar II:23 no:1114).
e. Bertakbir di tempat hajar aswad berdasarkan hadits:
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata,”Nabi saw. melakukan thawaf di Baitullah dengan menunggu unta. Setiap kali datang di rukun (yaitu hajar aswad), beliau memberi isyarat ke rukun itu dengan sesuatu yang ada di sisinya, terus bertakbir.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 1114 dan Fathul Bari III: 476 no:1613).
f. Lari-lari kecil pada tiga kali putaran pertama dari thawaf pertama:
Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah saw. apabila melakukan thawat pertama di Baitullah, beliau melakukan ramal (lari-lari kecil) tiga kali, dan berjalan biasa empat kali; dimulai dari hajar aswad sampai berakhir di hajar aswad (lagi). (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:2387, Ibnu Majah II:983 no:2950 dan lafadz ini baginya, dan semakna diriwayatkan dalam Fathul Bari III:470 no:1603, Muslim II:920 no:1261, ’Aunul Ma’bud V: 344 no: 1876, dan Nasa’i V:229).
g. Menjamah Rukun Yamani:
Dari Ibnu Umar r.a. berkata, ”Aku tidak pernah melihat Nabi saw. menjamah sebagian Baitullah, kecuali dua rukun Yamani saja [yaitu hajar aswad dan rukun Yamani, pent.]” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari III:473 no:1609, Muslim II:924 no:1267, ’Aunul Ma’bud V:326 no:1757, dan Nasa’i V:231).
h. Memanjatkan do’a ini, ketika berada di antara dua rukun [antara hajar aswad dan rukun Yamani, pengoreksi].
”RABBANA AATINAA FIDDUNYAA HASANAH WA FIL AAHIRATI HASANAH WA QINAA ’ADZAABANNAAR (wahai Rabb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari adzab neraka).” (Hasan: Shahih Abu Daud no:1666 dan ’Aunul Ma’bud V:344 no:1875).
i. Shalat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim usai melakukan thawaf:
Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw. datang ke Mekkah lalu melakukan thawaf di seputar Baitullah tujuh kali, kemudian mengerjakan shalat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim, lalu berthawaf antara Shafa dan Marwah dan ia bertutur, “Sungguh pada diri Rasulullah saw. itu terdapat satu tauladan yang baik.” (Shahih Ibnu Majah no:2394, Fathul Bari III:478 no: 1627, dan Ibnu Majah II:986 no:2959).
j. Sebelum shalat dua raka’at sewaktu berada di mawam Ibrahim dianjurkan membaca, WATTAKHADZUU MIMMAQAAMA IBRAHIMA MUSHALLAA, dan pada dua raka’at tersebut dianjurkan membaca, QULYAA AYYUHAL KAAFIRUUN dan QUL HUWALLAAHU AHAD:
Dari Jabir r.a., “Bahwasanya Rasulullah saw. ketika sampai di mawam Ibrahim ‘alaihissalam, beliau membaca, WATTAKHADZUU MIMMAQAAMA IBRAHIMA MUSHALLAA, kemudian Rasulullah saw. shalat dua rakaat dengan membaca dua (surat) yaitu, al-Ikhlas dan al-Kafirun.
k. Menempelkan dada, wajah dan kedua lengan pada dinding ka’bah antara rukun Yamani dan pintu Ka’bah:
Dari Amar bin Syu’aib dari bapaknya dari datuknya, ia berkata, saya pernah melakukan thawaf dengan Abdullah bin Amr; tatkala kami selesai dari thawaf tujuh kali putaran, kami ruku’ (yaitu shalat dua raka’at) di belakang Ka’bah, kemudian aku bertanya, “Tidaklah engkau berlindung kepada Allah dari siksa neraka?” Lalu ia berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka.’ Kemudian ia beranjak (dari tempat shalatnya), lalu menjamah rukun Yamani, kemudian berdiri antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah, lalu ia menempelkan dadanya, kedua tangannya, dan pipinya pada dinding Ka’bah. Kemudian dia berkata, ’Beginilah saya melihat Rasulullah saw berbuat.’” (Telah termuat dalam hadits Jabir yang panjang).
l. Minum air zamzam dan membasuh kepalanya dengannya. Ini didasarkan pada hadits Jabir bahwa Nabi saw pernah melakukannya.
Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 483 — 487.