1. Sunnah-Sunnah Ihram:
a. Mandi ketika akan memulai ihram, berdasarkan hadits dari Zaid bin Tsabit r.a. bahwa ia pernah melihat Nabi saw. melepaskan pakaiannya dan mandi untuk memulai ihram. (Shahih Tirmidzi ni:664 dan Tirmidzi II:163 no:931)
b. Memakai wangi-wangian di badannya sebelum memulai berihram.
Dari Aisyah r.a. berkata, ”Saya pernah memakaikan wangi-wangian pada Rasulullah saw. untuk berihram ketika akan memulai ihram, dan untuk tahalullnya sebelum melakukan thawaf [ifadah, peng] di Baitullah.” (Nyttafaqun ’alaih: Fathul Bari III: 396 no:1539, Muslim II: 864 no:33 dan 1189, Tirmidzi II:199 no:920 dengan tambahan, ‘Aunul Ma’bud V:169 no:1729, Nasa’I V:137 dan Ibnu Majah II:976 no:2926).
c. Mengenakan kain panjang dan selendang yang berwarna putih untuk berihram.
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, ”Nabi saw. berangkat dari Madinah setelah menyisir rambutnya dan mengenakan wangi-wangian, kemudian berkain panjang dan berselendang. Demikian itu (juga) yang diperbuat oleh para sahabatnya.” (Shahih: Fathul Bari III: 405 no:1545).
Adapun dianjurkannya berwarna putih, didasarkan pada hadits dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Kenakanlah pakaianmu yang berwarna putih, karena sesungguhnya ia adalah sebaik-baik pakaianmu; dan kafanilah mayat-mayatmu dengannya!” (Shahih: Shahihul Jami’ no:3236, al-Janaiz hal.62, Tirmidzi II:232 no:999, dan ’Aunul Ma’bud X:362 no:3860).
d. Shalat di Wadi (lembah) ‘Aqiq bagi jama’ah yang lewat di sana berdasarkan hadits Umar. Dari Umar r.a.berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda di Wadi ‘Aqiq, “Tadi malam aku didatangi utusan dari Robba (yaitu malaikat Jibril), lalu ia berkata, ‘Shalatlah kamu di Wadi yang penuh barakah ini dan lakukanlah umrah dalam haji!” (Shahih: Shahihul Ibnu Majah no:2410, FAthul Bari III: 392 no:534, ‘Aunul Ma’bud V:232 no:1783, dan Ibnu Majah II:991 no:2976).
e. Mengeraskan suara ketika membaca talbiyah.
Dari as-Saib bin Khallad r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Saya didatangi malaikat Jibril, lalu ia memerintahku agar saya menyuruh para sahabatku mengeraskan suaranya ketika mengucapkan ihlal (ihlal ialah kalimat ikrar atau niat hendak menunaikan haji atau umrah, pent.) atau talbiyah.” (Shahih: Shahihul Tirmidzi no:663, Tirmidzi II:163 no:830, dan ’Aunul Ma’bud V:260 no:1197, Ibnu Majah II:975 no:2922 dan Nasa’I V:162).
Oleh karena itu, para sahabat Rasulullah saw. mengeraskan suara ketika mengucapkan ihlal atau talbiyah sekeras-kerasnya.
Abu Hazim berkata, “Adalah para sahabat Rasulullah saw. apabila memulai berihram, mereka tidak sampai ke Rauha’ sebelum parau suaranya” (Shahihul isnad: Diriwayatkan Sa’id bin Manshur dengan sanad janya” sebagaimana yang termaktub dalam al-Muhalla VII:94 dan Ibnu Ah-Syaibah dengan sanad shahih dari al-Mutthalib bin Abdullah sebagaimana yang disebutkan dalam Fathul Bari III:324 secara mursal. Selesai, dinukil dari Manasikul al-Albaniu hal.17).
f. Membaca tahmid, tasbih, dan takbir sebelum memulai ihram.
Dari Anas r.a. berkata, “Rasulullah saw. shalat bersama kami zhukur empat raka’at di Madinah dan ‘ashar dua raka’at di Dzilhulaifah, kemudian beliau bermalam di sana hingga pagi, kemudian Beliau berangkat naik (antaranya), hingga tiba di Baida’, lalu Beliau membaca tahmid, tasbih dan takbir, kemudian Beliau berihlal untuk haji dan umrah.” (Shahihul: Shahih Abu Daud no:1558, Fathul Bari III:441 no:1551 dan ‘Aunul Ma’bud V:223 no:1779 sema’na)
g. Berihlah (Ucapan ketika hendak Haji atau umrah).
Dari Nafi r.a. berkata, “Adalah Ibnu Umar r.a. apabila usai shalat shubuh di Dzihulaifah, beliau menyuruh (sahabatnya) mempersiapkan untanya, terus disediakan untuk bepergian, kemudian menaikinya. Manakala kendaraannya telah siap berangkat dengan beliau, beliaupun menghadap ke arah kiblat sambil berdiri di atas untanya. Kemudian beliau mengucapkan talbiyah … Dia menyangka, bahwa Rasulullah saw mengerjakan (juga seperti) itu” (Shahih: Fathul Bari III: 412 no:1553).
Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 478 – 481.