Diriwayatkan dari Ikrimah dari Adullah bin Abbas r.a, ia berkata, “Berilah kajian kepada manusia setiap Jum’at sekali, jika engkau merasa kurang, dua kali. Jika engkau ingin menambahnya, maka tiga kali. Janganlah membuat manusia bosan dengan al-Qur’an. Jangan samapi aku dapati engkau mendatangi suatu kaum yang sedang larut dalam sebuah pembicaraan lalu engkau berbicara kepada mereka sehingga memutus pembicaraan mereka dan engkau buat mereka jemu. Akan tetapi diamlah, apabila mereka menyuruhmu berbicara maka berbicaralah dalam kondisi mereka siap mendengarkan kata-katamu. Jauhilah sajak dalam berdo’a karena aku menyaksikan Rasulullah saw. dan para sahabat beliau menjauhi hal itu,” (HR Bukhari [6337]).
Kandungan Bab:
- Sajak yang dilarang dalam doa adalah perkataan yang dirangkai tanpa wazan (timbangan yang benar). Rangkaian kata yang dibuat-buat, yang bertentangan dengan kedudukan, kehinaan, dan merendahkan diri, tidak sejalan dengan kekhusyuan dan ketundukan. Mirip seperti kata-kata dukun.
- Kata-kata yang teratur rapi tanpa dibuat-buat yang secara spontan keluar dari lisan yang fasih dan fitrah tidaklah menjadi masalah. Do’a-do’a ma’tsur yang shahih banyak yang ditemukan seperti ini. Akan tetapi hal ini diucapkan secara spontanitas tanpa dibuat-buat. Dan itu merupakan sebuah keindahan gaya bahasa yagn sangat tinggi.
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/393-395.