Larangan Tidak Menceritakan Nikmat Allah

Allah SWT berfirman, “Dan ingat juga, tatkala Rabb-mu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami aka menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nimat-Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih,” (Ibrahim: 7).

Diriwatkan dari an-Nu’man bin Basyir r.a, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang tidak mampu mensyukuri sesuatu yang sedikit berarti ia juga tidak akan mampu mensyukuri yang banyak. Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia berarti ia tidak mensyukuri Allah. Menceritakan nikmat Allah adalah perbuatan syukur, tidak menceritakannya berarti perbuatan kufur. Berjama’ah itu rahmat dan berpecah itu adzab,” (Hasan, HR Ahmad [IV/278]).

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah dari Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa dianugerahi kenikmatan lalu ia menceritakannya berarti iat elah mensyukuri nikmat tersebut dan barangsiapa yang menyembunyikannya berarti ia telah kufur terhadap nikmat tersebut,” (Shahih, HR Abu Dawud [4814]).

Kandungan Bab:

  1. Larangan terhadap perbuatan tidak mensyukuri nikmaat yaitu dengan menyembunyikannya dan tidak menceritakan nikmat yang seharusnya diperlihatkan dan diumumkan.
  2. Menceritakan nikmat dan mensyukurinya akan menimbulkan kecintaan terhadap Dzat yang memberi nikmat tersebut serta memohon kepada-Nya agar diberi tambahan.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/315-318.